Ketika Buku, Kopi, dan Alunan Musik Menghadirkan Kehangatan di Smiljan Makarya
Suasana Perayaan Pembukaan Makarya, di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Selasa (11/2/2024).(KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA)
19:05
12 Februari 2025

Ketika Buku, Kopi, dan Alunan Musik Menghadirkan Kehangatan di Smiljan Makarya

- Ketika menelusuri toko buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (8/2/2025), ada yang mencuri perhatian, yakni sebuah tangga berwarna merah terang di tengah-tengah dinding bernuansa hitam.

Di bagian atas lorong diselipkan sebuah tulisan ‘Makarya’, yang menjadi nama dari tempat tersebut.

Karena penasaran, satu per satu anak tangga dilalui. Penampakan yang pertama kali terlihat, yaitu tulisan dari pelukis asal Belanda, Vincent van Gogh, mengenai kunjungan ke toko buku.

Ya, benar saja, tangga merah itu membawa penulis Kompas.com ke sebuah toko buku.

Suasana workshop buku di Smiljan Makarya yang berlokasi di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (9/2/2024).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Suasana workshop buku di Smiljan Makarya yang berlokasi di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (9/2/2024).

Suasana Makarya

Makarya rupanya sebuah toko buku yang berada di Lantai 1 Gramedia Matraman.

Toko buku di dalam toko buku, unik bukan?

Ketika memasuki ruangan, terdapat rak-rak yang diisi oleh buku-buku seperti novel, puisi, bahkan buku-buku pengembangan diri dari dalam dan luar negeri.

Suasana begitu hangat, disertai dengan sorotan lampu bernuansa kuning yang membuat suasana semakin intim, seperti berkunjung ke rumah kerabat.

Ada juga deretan bingkai lukisan dipajang, yang memberikan kesan "nyeni" di ruangan tersebut.

Di tengah ruangan, rupanya sedang ada acara bincang buku. Layaknya di rumah, para pengunjung dengan nyaman duduk di lantai kayu menyimak perbincangan.

Berjalan lebih jauh ke dalam, ruangan tersebut terhubung dengan ruangan lain yang jauh lebih ramai.

(Kiri ke kanan) Staff Business Development Group Penerbitan Gramedia sekaligus sosok dibalik Makarya, Immaculata Adhista, CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, dan Konseptor Makarya Tomi Wibisono dalam Perayaan Pembukaan Makarya, di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Selasa (11/2/2024).Dok. Kompas Gramedia (Kiri ke kanan) Staff Business Development Group Penerbitan Gramedia sekaligus sosok dibalik Makarya, Immaculata Adhista, CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, dan Konseptor Makarya Tomi Wibisono dalam Perayaan Pembukaan Makarya, di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Selasa (11/2/2024).

Di ruang ini, banyak orang menyeruput kopi hangat dengan berbagai kesibukan.

Ada yang bercengkrama dengan sahabat, membuka laptop di samping secangkir kopi hitam, hingga beberapa anak-anak yang lalu lalang mengitari sudut ruangan.

Kolaborasi antara toko buku kekinian dengan coffee shop ini dikenal dengan Smiljan Makarya.

Smiljan sendiri merupakan salah satu nama toko kopi yang terkenal dan sudah memiliki beberapa cabang, seperti di Bintaro, Lebak Bulus, Cirebon, Blok M, dan yang terbaru di Matraman ini.

Cerita di Balik Smiljan Makarya

Smiljan Makarya hadir dari ide tiga pemuda yang memiliki kecintaan dengan buku, yaitu Immaculata Adhista atau akrab disapa Adhis, Tomi Wibisono, dan Rahmat Indrani.

Ketiganya memiliki latar belakang yang berbeda.

Adhis bekerja sebagai staf Business Development Group Penerbitan Gramedia, Tomi sebagai Pendiri dan CEO Buku Akik, dan Rahmat selaku pemilik Smiljan Coffee.

Perbedaan tersebut, justru menciptakan Smiljan Makarya sebagai sebuah ruang yang aman dan nyaman bagi para pelaku di industri buku.

Awalnya, mereka merasa buku sudah semakin ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia.

Bahkan, konsep toko buku dianggap sudah bergeser dengan lebih mementingkan nilai transaksional antara pembeli dan penjual saja.

Padahal, toko buku seharusnya lebih dari itu.

Menurut Tomi, toko buku seyogianya menjadi tempat untuk menyegarkan pikiran dan menjalankan slow living di tengah hiruk pikuknya kehidupan.

“Makarya mencoba merespons sebanyak-banyaknya kebutuhan dan kritik dari penulis, pembaca, dan pelaku di ekosistem buku lainnya,” kata Tomi dalam Perayaan Pembukaan Makarya, di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Selasa (11/2/2024).

“Karena banyak kritikan mengenai toko buku yang hanya berfokus pada transaksional, bukan tempat untuk membaca, atau berkarya,” sambungnya.

Sebelum mendirikan Makarya, mereka lebih dulu menampung kritik dan aspirasi dari berbagai pihak, mulai dari penulis, pembaca, pecinta seni, dan pihak lainnya yang ada di industri buku.

Seorang mahasisa Universitas Padjajaran, Salwa (21) saat ditemui Kompas.com, Sabtu (8/2/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Seorang mahasisa Universitas Padjajaran, Salwa (21) saat ditemui Kompas.com, Sabtu (8/2/2025).

Ketiganya kemudian mengulik konsep toko buku impian menurut banyak orang, hingga akhirnya berdirilah kolaborasi Smiljan dan Makarya ini.

Adhis menilai, tidak ada konsep toko buku yang sempurna.

Namun, ia dan kedua rekannya berupaya untuk terus mendengar kebutuhan para pencinta buku, agar terus melestarikan budaya membaca.

“Toko buku itu tidak ada yang sempurna, tapi kami coba menampung aspirasi berbagai pihak untuk membuat pengunjung happy dan menjadikan Makarya sebagai rumah yang bikin mereka kembali untuk pulang,” ungkap Adhis.

Smiljan Makarya Terasa Seperti Rumah

Menariknya, pengunjung yang hadir ke sini datang dari berbagai usia, mulai dari remaja, keluarga, hingga lansia.

Hal ini sejalan dengan harapan Rahmat.

Ia menjelaskan, toko buku dan kopi bukan hanya diperuntukkan kaum muda-mudi.

Semuanya bebas untuk mencintai buku dengan secangkir kopi.

“Sejauh ini pengunjungnya sangat beragam, tidak melulu anak muda saja. Bahkan, keluarga atau lansia yang masih suka membaca pun ada. Memang tempat ini terbuka untuk siapa saja,” jelas dia.

Buku, kopi, alunan musik yang lembut terasa seperti sedang berada di rumah sendiri.

Setidaknya begitulah yang dikatakan oleh Salwa (21), seorang mahasiswa dari Universitas Padjajaran Bandung.

Ia bercerita, dulu ia sering menyambangi Gramedia Matraman sepulang sekolah.

Hal ini ia lakukan untuk melepas penat setelah seharian belajar.

“Aku memang dari kecil sudah suka membaca, khususnya buku fiksi yang seperti Harry Potter dan Percy Jackson. Makanya pas SMA senang sekali ke Gramedia,” kata Salwa.

Ketika melihat ada konsep toko buku dengan kopi, ia pun semakin tertarik untuk napak tilas ke salah satu tempat favoritnya itu.

Kata ‘nyaman’ terbesit di benak Salwa ketika mengunjungi Makarya.

Ia datang bersama sahabatnya untuk berbagi tawa, sekaligus menyalurkan hobi membacanya.

“Ketika tahu kalau bisa bebas baca dan sambil ngopi, menurutku asyik banget. Karena kopi dan buku itu dua combo yang pas banget, serasa rumah sendiri,” seru dia.

Sebagai pencinta buku dan kopi, ia berharap tempat-tempat seperti Smiljan Makarya semakin menjamur di kota-kota lain.

“Konsep toko buku dan coffee shop ini oke banget dan seharusnya diperbanyak lagi di kota-kota lain di Indonesia, karena nyaman bisa melakukan berbagai aktivitas di satu tempat,” tandas dia.

Editor: Devi Pattricia

Tag:  #ketika #buku #kopi #alunan #musik #menghadirkan #kehangatan #smiljan #makarya

KOMENTAR