![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Orang yang Sering Mengecek Like di Media Sosial Biasanya Mempunyai 8 Rasa Ketidakamanan Ini Menurut Psikologi, Apa Saja?](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/10/jawapos/orang-yang-sering-mengecek-like-di-media-sosial-biasanya-mempunyai-8-rasa-ketidakamanan-ini-menurut-psikologi-apa-saja-1190668.jpg)
Ilustrasi orang yang mengecek like di media sosial. (Pexels)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Orang yang Sering Mengecek Like di Media Sosial Biasanya Mempunyai 8 Rasa Ketidakamanan Ini Menurut Psikologi, Apa Saja?
Pernahkah Anda merasa gelisah saat menunggu jumlah like di media sosial bertambah? Atau Anda terus-menerus membuka aplikasi hanya untuk melihat apakah ada notifikasi baru? Jika iya, Anda tidak sendirian. Banyak orang mengalami hal yang sama. Setiap kali mengunggah sesuatu, mereka selalu mengecek apakah ada yang memberi like atau komentar. Rasanya seperti validasi terhadap keberadaan diri sendiri. Namun, seiring waktu, Anda akan menyadari bahwa kebiasaan ini lebih dari sekadar mencari perhatian. ada ketidakamanan tersembunyi di baliknya. Banyak orang mengalami hal serupa tanpa menyadari alasan sebenarnya. Jadi, mari kita bahas delapan rasa tidak aman yang mungkin membuat seseorang terobsesi dengan jumlah like di media sosial, dikutip dari Personal Branding Blog, Senin (10/2). 1. Mereka Meragukan Harga Diri Mereka Sendiri Salah satu alasan utama seseorang terus mengecek like di media sosialnya adalah karena mereka mencari pengakuan eksternal. Setiap jempol yang naik terasa seperti pengakuan bahwa mereka "berharga" dan "dianggap ada." Jika like yang didapat sedikit, mereka bisa merasa tidak cukup baik. Penelitian menunjukkan bahwa banyak dari kita mencari validasi dari luar untuk membuktikan bahwa kita layak dicintai dan dihargai. Namun, kepercayaan diri sejati datang dari dalam, bukan dari angka di layar. Untuk mengatasinya, coba ini: Tuliskan tiga hal yang Anda hargai dari diri sendiri. Bacalah saat Anda merasa tidak cukup baik karena jumlah like yang sedikit. 2. Mereka Takut Menjadi Tidak Relevan Di era digital, kita sering merasa harus terus eksis agar tidak "dilupakan." Banyak orang, terutama mereka yang bekerja di bidang kreatif atau pemasaran, terobsesi untuk tetap terlihat di media sosial. Jika sebuah unggahan sepi interaksi, mereka merasa seakan kehilangan eksistensi. Namun, apakah jumlah like benar-benar menentukan relevansi kita? Tidak juga. Yang lebih penting adalah kontribusi nyata yang kita berikan, baik secara online maupun offline. Tips: Fokuslah pada kualitas, bukan kuantitas. Sering kali, dampak yang nyata tidak datang dari unggahan viral, tetapi dari hubungan dan karya yang bermakna. 3. Mereka Merasa Tidak Punya Tempat yang Cocok Pernah merasa sedih karena unggahan Anda tidak mendapat banyak reaksi? Itu bisa jadi karena kita mengaitkan jumlah like dengan rasa memiliki dalam suatu komunitas. Padahal, interaksi di media sosial tidak selalu mencerminkan hubungan nyata. Seseorang bisa punya ribuan follower, tapi tetap merasa kesepian. Solusi: Coba jalin hubungan di dunia nyata. Bergabunglah dengan komunitas, hadiri acara, atau cukup ajak teman ngobrol tanpa layar di antara kalian. 4. Mereka Takut Ketinggalan (FOMO) Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) membuat banyak orang terus-menerus memeriksa media sosial, takut kalau-kalau mereka melewatkan sesuatu yang penting. Saat melihat foto pesta atau acara yang tidak kita hadiri, kita bisa merasa tertinggal. Untuk mengimbanginya, kita sering mengunggah lebih banyak dan mengecek responsnya secara obsesif. Cara mengatasinya: Luangkan waktu tanpa ponsel. Dengan tidak terus-menerus melihat "highlight reel" orang lain, Anda bisa lebih fokus pada kehidupan Anda sendiri. 5. Mereka Bingung dengan Identitas Diri Kadang, kita bertanya-tanya, "Apakah saya benar-benar orang yang saya tampilkan di media sosial?" Jika seseorang membentuk kepribadiannya berdasarkan apa yang mendapat banyak like, lama-kelamaan mereka bisa kehilangan jati diri. Solusi: Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang benar-benar penting bagi saya, terlepas dari pendapat orang lain?" Jawaban ini bisa membantu Anda tetap autentik, tanpa perlu bergantung pada validasi eksternal. 6. Mereka Mengukur Keberhasilan dari Validasi Orang Lain Banyak orang merasa bahwa jika unggahan mereka tidak mendapat banyak like, berarti usaha mereka sia-sia. Namun, kesuksesan sejati tidak ditentukan oleh jumlah like atau komentar. Seorang seniman sejati, misalnya, tidak berkarya demi validasi, tetapi karena mencintai apa yang mereka lakukan. Cara mengubah mindset: Tentukan standar keberhasilan Anda sendiri, tanpa bergantung pada respons orang lain. 7. Mereka Terjebak dalam Perbandingan Sosial Kita semua pernah membandingkan diri dengan orang lain. Saat melihat teman mendapat lebih banyak like atau komentar, kita bisa merasa kurang berharga. Namun, membandingkan diri dengan orang lain hanya akan mencuri kebahagiaan kita. Tips: Kurangi mengikuti akun yang membuat Anda merasa tidak cukup baik, dan alihkan fokus pada pertumbuhan pribadi Anda sendiri. 8. Mereka Sulit Menetapkan Batasan Beberapa orang memeriksa ponsel mereka begitu mereka bangun tidur, bahkan sebelum menyentuh segelas air. Ini bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa perlu selalu "hadir" di media sosial, takut kehilangan sesuatu atau mengecewakan orang lain jika tidak segera merespons. Solusi: Atur batasan, seperti menonaktifkan notifikasi di malam hari atau menetapkan waktu tanpa ponsel setiap hari. Kesimpulan: Belajarlah untuk Melepaskan Kita semua ingin merasa dihargai dan diakui. Namun, jika kita terus-menerus mencari validasi dari like dan komentar, kita bisa terjebak dalam lingkaran ketidakamanan yang tidak ada habisnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri, bukan bagaimana dunia maya melihat kita. Jika Anda merasa sulit melepaskan ketergantungan pada media sosial, coba tantang diri sendiri untuk tidak memeriksa notifikasi selama 24 jam. Perhatikan bagaimana perasaan Anda, dan gunakan waktu itu untuk merenungkan nilai-nilai yang benar-benar penting bagi Anda. Pada akhirnya, like hanyalah angka. Tapi Anda? Anda lebih dari sekadar angka di layar. (*)
Editor: Dinarsa Kurniawan
Tag: #orang #yang #sering #mengecek #like #media #sosial #biasanya #mempunyai #rasa #ketidakamanan #menurut #psikologi #saja