Orang yang Menikah Muda tapi Menyesal Kemudian Biasanya Menunjukkan 8 Perilaku Ini Menurut Psikologi, Apa Saja?
Psikologi mengungkap bahwa keputusan menikah muda sering kali diikuti dengan berbagai sikap yang justru menyesal di kemudian hari.
Perilaku ini dapat muncul sebagai respons terhadap tekanan emosional, perubahan prioritas, atau ketidaksiapan menghadapi tanggung jawab pernikahan.
Meski tidak semua pasangan mengalami hal ini, beberapa pola perilaku khas sering terlihat pada mereka yang menyesali keputusan menikah muda.
Dilansir dari Hack Spirit pada Minggu (2/2), diterangkan bahwa terdapat delapan perilaku yang melekat pada mereka yang menyesal setelah menikah muda menurut Psikologi.
- Kesalahan memahani cinta pada pandangan pertama
Banyak pasangan muda terjebak dalam perasaan yang menggebu-gebu di awal hubungan, menganggap sensasi kupu-kupu di perut dan keinginan untuk terus bersama adalah tanda cinta sejati.
Perasaan ini seringkali membuat mereka terburu-buru mengambil keputusan besar seperti menikah, tanpa menyadari bahwa yang mereka alami sebenarnya hanyalah ketertarikan sesaat.
Ketika fase awal yang penuh gairah ini mulai memudar, mereka mulai mempertanyakan keputusan mereka dan muncul penyesalan yang tidak diinginkan.
Meskipun cinta muda bisa berkembang menjadi ikatan yang dalam dan bertahan lama, penting untuk membedakan antara ketertarikan sesaat dan cinta yang sesungguhnya sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
- Melupakan pengembangan diri
Di masa muda, kita masih dalam proses menemukan jati diri dan menentukan arah hidup. Nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidup masih terus berkembang dan berubah. Ketika menikah muda, ada kemungkinan periode kritis pengembangan diri ini terabaikan.
Meski pasangan muda bisa tumbuh bersama, tetap penting bagi masing-masing memiliki ruang untuk berkembang secara individual.
- Ketidakmampuan mengelola patah hati
Perjalanan pernikahan, terutama yang dimulai di usia muda, tidak selalu berjalan mulus dan terkadang diwarnai dengan kesedihan mendalam. Ketidakmampuan mengatasi masa-masa sulit ini bisa menimbulkan penyesalan dan ketidakpuasan dalam jangka panjang.
Penting bagi pasangan untuk memiliki keterampilan mengelola kesedihan dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk pertumbuhan pribadi.
- Menghindari kerentanan emosional
Banyak orang memasuki pernikahan dengan pandangan yang terlalu romantis tentang kebahagiaan abadi. Terutama di usia muda, seringkali ada keengganan untuk membuka diri dan menunjukkan emosi yang sebenarnya kepada pasangan.
Kecenderungan untuk menghindari diskusi tentang ketakutan, ketidakamanan, atau luka masa lalu bisa menghalangi terciptanya koneksi yang lebih dalam dengan pasangan.
- Terjebak dalam konsep pasangan sempurna
Dongeng dan film yang mengajarkan konsep "belahan jiwa" bisa mendorong keputusan terburu-buru untuk menikah muda. Keyakinan bahwa hanya ada satu pasangan sempurna untuk setiap orang dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis.
Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pada konsep pasangan takdir tunggal justru bisa menimbulkan ketidakpuasan dalam hubungan.
- Mengabaikan perubahan dan perkembangan
Saat menikah muda, kita sering terpaku pada gambaran statis tentang siapa pasangan kita. Kita jatuh cinta pada sosok mereka saat ini dan berharap mereka akan tetap sama.
Padahal setiap orang akan berubah - mereka berkembang dan bertransformasi. Minat, nilai-nilai, dan aspirasi bisa berevolusi seiring waktu, dan itu adalah hal yang wajar.
- Mengikuti ekspektasi sosial
Tekanan sosial seringkali mendorong seseorang membuat keputusan sebelum benar-benar siap. Harapan untuk segera menikah dan membangun keluarga bisa sangat memberatkan.
Studi tentang pernikahan dini di Sub-County Mvita mengungkapkan bahwa tekanan sosial adalah faktor signifikan yang berkontribusi pada pernikahan dini, yang sering kali menghasilkan konsekuensi negatif bagi individu yang terlibat.
- Mengabaikan kecocokan finansial
Di masa muda dan sedang dimabuk cinta, aspek praktis seperti kecocokan finansial sering terabaikan. Banyak yang menghindari diskusi tentang masalah keuangan, dengan keyakinan bahwa cinta akan menyelesaikan segalanya.
Perbedaan kebiasaan dan tujuan finansial bisa menimbulkan gesekan dan penyesalan di kemudian hari. Kecocokan finansial sama pentingnya dengan kecocokan emosional dalam sebuah hubungan.
Tag: #orang #yang #menikah #muda #tapi #menyesal #kemudian #biasanya #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi #saja