Orang yang Selalu Overthinking dan Merasa Cemas Biasanya Memiliki 7 Pengalaman di Masa Kecil Ini
Ilustrasi Orang yang Selalu Overthinking (Pexels)
06:34
31 Januari 2025

Orang yang Selalu Overthinking dan Merasa Cemas Biasanya Memiliki 7 Pengalaman di Masa Kecil Ini

- Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa kamu selalu overthinking tentang hal-hal kecil? Kenapa rasanya sulit banget untuk berhenti memikirkan sesuatu secara berlebihan, bahkan hal-hal yang seharusnya nggak perlu dikhawatirkan?

Kalau kamu sering mengalami anxiety atau merasa cemas tanpa alasan yang jelas, bisa jadi penyebabnya ada di masa kecilmu. Beberapa pengalaman tertentu bahkan bisa menjadi pemicu utama dari kebiasaan berpikir berlebihan yang terbawa hingga dewasa.

Dilansir dari laman pureselfhelp.com pada Kamis (30/1) berikut adalah tujuh pengalaman masa kecil yang sering dialami oleh orang yang selalu overthinking dan berjuang dengan kecemasan.

1. Ekspektasi Tinggi

Sejak kecil, mungkin kamu dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik, misalnya dapat nilai sempurna, jadi juara di berbagai kompetisi, atau menjadi anak kebanggaan keluarga. Harapan ini, meskipun datang dari niat baik, bisa menanamkan rasa takut gagal yang luar biasa.

Akibatnya, kamu tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai dirimu hanya bergantung pada pencapaianmu. Setiap keputusan jadi penuh tekanan, karena kamu takut tidak memenuhi harapan orang lain. Siklus ini terus berlanjut hingga dewasa, membuatmu selalu overthinking dalam setiap langkah hidupmu.

2. Emosi yang Tidak Divalidasi

Pernahkah kamu diberitahu hal-hal seperti: "Ah, kamu lebay." atau "Nggak usah terlalu dipikirin." atau "Kamu terlalu sensitif."

Jika ya, besar kemungkinan kamu belajar untuk meragukan emosimu sendiri. Saat anak-anak sering diberi tahu bahwa perasaan mereka tidak valid atau berlebihan, mereka tumbuh dengan kebiasaan mempertanyakan setiap emosi yang mereka rasakan.

Ketika dewasa, setiap perasaan yang muncul langsung dianalisis berlebihan: "Apakah aku benar-benar marah atau aku cuma drama?" atau "Haruskah aku merasa sedih? Atau aku terlalu melebih-lebihkan?"

Pola ini membuat orang yang selalu overthinking sulit mempercayai intuisi mereka sendiri dan malah terjebak dalam kecemasan berlebihan.

3. Lingkungan yang Tidak Bisa Diprediksi

Jika masa kecilmu penuh dengan ketidakpastian, misalnya, suasana rumah yang sering berubah-ubah, orang tua yang emosinya sulit ditebak, atau kondisi keluarga yang tidak stabil; maka tubuh dan pikiranmu bisa berkembang dengan cara yang selalu siaga.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini cenderung mengembangkan kebiasaan memikirkan berbagai kemungkinan terburuk. Mereka terbiasa memprediksi situasi sebelum terjadi agar bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kekacauan berikutnya. Sayangnya, pola ini terbawa hingga dewasa dan berkontribusi pada anxiety dan kebiasaan berpikir berlebihan.

4. Sering Dikritik

Jika masa kecilmu dipenuhi dengan kritik terus-menerus, kemungkinan besar kamu tumbuh dengan perasaan bahwa apa pun yang kamu lakukan tidak akan pernah cukup baik. Akibatnya, kamu mulai mengkritik diri sendiri sebelum orang lain melakukannya.

Kamu selalu overthinking tentang apakah yang kamu lakukan sudah benar atau tidak. Setiap kata-kata dan tindakanmu dianalisis secara berlebihan: "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" "Apakah mereka menganggapku bodoh?" "Haruskah aku melakukan hal yang berbeda?"

Kritik yang berulang-ulang saat kecil bisa membentuk suara internal yang terus menghakimi diri sendiri, bahkan saat tidak ada orang lain yang melakukannya.

5. Kurangnya Komunikasi Terbuka

Di beberapa keluarga, berbicara tentang perasaan atau masalah dianggap tabu. Mungkin kamu pernah mencoba mengungkapkan sesuatu, tapi malah diabaikan atau dianggap tidak penting. Akibatnya, kamu tumbuh dengan kebiasaan menekan emosimu sendiri.

Namun, bukan berarti perasaan itu hilang. Sebaliknya, perasaan yang terpendam sering kali berubah menjadi kecemasan dan overthinking. Tanpa komunikasi terbuka, kamu mulai mencoba membaca maksud tersirat orang lain, terlalu memikirkan apa yang tidak dikatakan, dan membangun berbagai skenario di kepalamu yang menambah kecemasan.

6. Kurangnya Pendidikan Emosional

Banyak dari kita tumbuh tanpa benar-benar diajarkan cara memahami dan mengelola emosi. Alih-alih diajarkan bagaimana menghadapi rasa takut, sedih, atau marah dengan sehat, kita dibiarkan mencari tahu sendiri.

Sayangnya, tanpa bimbingan, banyak orang malah mengembangkan kebiasaan berpikir berlebihan sebagai mekanisme bertahan. Alih-alih menghadapi emosi secara langsung, mereka cenderung menganalisisnya berulang kali di kepala mereka, berusaha menemukan jawaban yang tidak selalu ada.

Tanpa pendidikan emosional yang memadai, orang yang selalu overthinking sering kali merasa kewalahan dengan emosi mereka sendiri dan berjuang untuk memahami mengapa mereka merasa seperti itu.

7. Tidak Merasa Aman untuk Menjadi Diri Sendiri

Jika di masa kecil kamu merasa harus selalu berperan sebagai "anak baik" atau "anak kuat" tanpa boleh menunjukkan kelemahan, maka kamu mungkin tumbuh dengan kebiasaan menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya.

Anak-anak yang merasa tidak bisa menjadi diri sendiri akan mengembangkan kebiasaan berpikir berlebihan sebagai bentuk pertahanan diri. Mereka selalu menganalisis bagaimana cara bertindak agar bisa diterima oleh orang lain. Mereka takut mengatakan sesuatu yang salah atau membuat kesalahan yang bisa membuat mereka dikritik atau ditolak.

Ketakutan ini terus terbawa hingga dewasa, menyebabkan kecemasan sosial dan kebiasaan mempertanyakan setiap tindakan yang mereka lakukan.

Kesimpulannya, orang yang selalu overthinking sering kali tidak menyadari bahwa kebiasaan ini berakar dari pengalaman di masa kecil mereka. Meskipun tidak semua orang yang mengalami hal-hal di atas akan mengalami anxiety atau kecemasan kronis, banyak dari mereka yang tumbuh dengan pola pikir yang sulit untuk dihentikan.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #orang #yang #selalu #overthinking #merasa #cemas #biasanya #memiliki #pengalaman #masa #kecil

KOMENTAR