Hasil Survei: Mayoritas Warga Palestina Tetap Dukung Hamas dan Ingin Mahmud Abbas Mundur
Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas. 
22:20
21 Maret 2024

Hasil Survei: Mayoritas Warga Palestina Tetap Dukung Hamas dan Ingin Mahmud Abbas Mundur

 Jajak pendapat yang dilakukan oleh Pusat Studi Survei Palestina menunjukkan kalau 71 persen responden puas pada keputusan Hamas melancarkan serangan 7 Oktober (Operasi Banjir Al-Aqsa) ke Israel.

Menurut jajak pendapat tersebut, dilansir Khaberni, 70 persen responden juga menyatakan puas pada Gerakan Hamas, berbanding 27 persen responden yang puas pada Gerakan Fatah.

"Jajak pendapat juga menunjukkan kalau 61 persen responden puas pada (pemimpin Hamas) Yaya Sinwar dan 14 persen puas pada (Presiden Palsetina) Mahmud Abbas.

Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan kalau 84 persen responden menginginkan Abbas mengundurkan diri, dan 65 persen responden percaya bahwa kekuasaan merupakan beban bagi rakyat.

Di sisi lain, jajak pendapat tersebut mengungkapkan siapa calon potensial yang akan menjadi sosok presiden berikutnya bagi Palestina

"Jejak Pendapat tersebut menungungkapkan kalau (pimpinan sayap politik Hamas) Ismail Haniyeh akan memperoleh 70 persen jika ia mencalonkan diri melawan Abbas, yang hanya akan memperoleh 22 persen suara.

"Responden menunjukkan bahwa 73 persen menolak rencana Amerika-Arab untuk mereformasi pemerintahan dan kembali ke perundingan," kata laporan tersebut.

Hamas-PIJ Kecam Penunjukan Perdana Menteri

Penunjukan Mohammad Mustafa sebagai Perdana Menteri (PM) Palestina oleh Presiden Palestina, Mahmud Abbas, berujung pengecaman.

Seperti diketahui, ditunjuknya Mohammad Mustafa lantaran PM Palestina sebelumnya, Mohammad Shtayyeh mengundurkan diri.

Adapun pengecaman itu dilakukan oleh Hamas, Jihad Islam, Popular Front for the Liberation of Palestine, dan National Initiative pada Jumat (15/3/2024).

Dikutip dari Anadolu Agency, empat kelompok perlawanan Palestina itu mempertanyakan alasan Abbas menunjuk Mohammad Mustafa menjadi PM Palestina yang baru.

Selain itu, mereka turut mempertanyakan kelayakan dan menyayangkan bahwa penunjukan PM baru berasal dari 'lingkungan politik yang sama'.

Hamas hingga National Initiative menilai penunjukan Mustafa akan memperdalam perpecahan.

Kelompok itu juga menyayangkan tidak adanya perundingan tingkat nasional terkait penunjukan Musatafa.

"Mengambil keputusan individu dan melakukan langkah-langkah yang dangkal dan kosong seperti membentuk pemerintahan baru tanpa konsensus nasional hanya akan memperkuat kebijakan unilateralisme dan memperdalam perpecahan," demikian tertulis dalam pernyataan resmi bersama.

Diketahui, penunjukan Mohammad Mustafa sebagai PM Palestina oleh Mahmud Abbas dilakukan pada Kamis (14/3/2024).

Hal ini dilakukan setelah PM Palestina sebelumnya mengundurkan diri secara mendadak pada 26 Februari 2024 lalu.

Dikutip dari Aljazeera, diduga mundurnya Shtayyeh lantaran adanya intervensi dari pihak asing dengan mengintervensi pemerintah di Gaza.

Pada saat itu, Shtayyeh mengatakan bahwa keputusan dirinya mundur lantaran 'eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya' di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki hingga perang di Gaza.

"Saya melihat tahap selanjutnya dan tantangan-tantangannya memerlukan pengaturan pemerintahan dan politik baru yang mempertimbangkan realitas baru di Gaza dan perlunya konteks Palestina-Palestina berdasarkan persatuan Palestina," kata Shtayyeh.

Profil Mohammad Mustafa

Mohammad Mustafa merupakan lulusan Universitas Geordge Washington dan menjadi anggota komite eksekutif independen Organisasi Pembebasan Palestina yang didominasi gerakan dari organisasi Fatah.

Mustafa adalah penasihat ekonomi senior bagi Abbas dan sempat menjadi Ketua Dewan Dana Investasi Palestina (PIF) di tahun 2006 dan 2013, dikutip dari Britannica.

Selain itu, dirinya juga sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Palestina pada 2013-2014 dan Menteri Ekonomi Palestina di tahun 2014.

Mustafa merupakan pakar terkemuka di bidang ekonomi.

Tak hanya di Palestina, Mustafa juga sempat menjadi penasihat ekonomi di Pemerintah Kuwait dan Arab Saudi.

Mustafa juga dikenal sebagai pebisnis dengan memimpin beberapa perusahaan mentereng di Palestina seperti Wataniya Mobile, perusahaan investasi Real Estat Amaar dan Real Estat Al Reehan.

Lalu, dia juga memimpin perusahaan pembangkit listrik di Palestina hingga Dana Sharakat untuk Usaha Kecil.

Mustafa juga sempat dipercaya menjadi pimpinan dari BUMN bidang telekomunikasi Palestina, PalTel.

Dia sempat bekerja di Bank Dunia dengan memegang jabatan penting seperti membidangi sektor pembangunan dan reformasi ekonomi, pembiayaan proyek, hingga pembangunan infrastruktur.

(oln/khbrn/*)

Tag:  #hasil #survei #mayoritas #warga #palestina #tetap #dukung #hamas #ingin #mahmud #abbas #mundur

KOMENTAR