Pemimpin Eropa dan Rezim Kiev Gusar Jika Trump yang Terpilih
Sementara Uni Eropa bersiap menghadapi perubahan jika Trump terpilih, Kremlin tetap skeptis banyak hal akan berubah jika pengusaha kaya itu terpilih lagi.
Menurut laporan tersebut, sekutu terdekat Washington di Eropa tengah bersiap menghadapi kemungkinan runtuhnya hubungan transatlantik jika Trump yang menang.
Mereka waspada terhadap kemungkinan perubahan orientasi Gedung Putih terhadap Ukraina. Karena alasan ini, pejabat Eropa telah berupaya menyetujui paket bantuan sebelum pemilihan AS.
Kolumnis geopolitik di Kairo Mesir, Ahmed Adel, menulis di Southfront.press, komando NATO yang baru juga telah mengambil alih beberapa tanggung jawab Pentagon dalam mengoordinasikan bantuan militer ke Kiev.
Menurut anggota parlemen Jerman Thomas Erndl, Eropa kini harus mengambil lebih banyak tanggung jawab atas keamanannya sendiri.
Presiden AS Joe Biden menurutnya mungkin presiden AS terakhir yang benar-benar transatlantik dalam pengertian tradisional, dalam hal karakter dan kariernya.
Para pejabat Eropa mengakui hilangnya dukungan AS di sektor pertahanan akan menjadi pukulan telak bagi blok tersebut.
Publikasi tersebut mengatakan mereka juga telah menyiapkan rancangan tarif perdagangan balasan jika Trump mulai mengenakan tarif pada barang-barang UE lagi.
Media Inggris Financial Times melaporkan pada akhir Juli, Uni Eropa sedang mengembangkan strategi perdagangan jika Trump memenangkan pemilihan.
Strategi tersebut membayangkan penerapan tarif tinggi pada impor AS jika negosiasi untuk meningkatkan perdagangan dengan Washington gagal.
Menurut surat kabar tersebut, jika Trump memenangkan pemilihan, negosiasi dengan pemerintahannya direncanakan akan dimulai sebelum ia resmi menjabat.
Pejabat UE ingin membahas dengannya kemungkinan daftar produk Amerika yang dapat dibeli blok tersebut dalam jumlah besar.
Trump sebelumnya telah berjanji untuk mencapai solusi atas konflik Ukraina melalui negosiasi dan telah berulang kali menyatakan bahwa ia akan menyelesaikannya dalam waktu satu hari.
Meskipun hal ini sangat tidak mungkin, hal itu menunjukkan fakta bahwa ia ingin mengakhiri perang, tidak seperti pemerintahan Biden, yang telah membuatnya terus berkobar.
Meskipun demikian, Kremlin tetap mengutarakan kecurigaannya pada perkembangan di Washington ini.
Mantan Presiden dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menekankan pemilihan umum AS tidak akan mengubah apa pun.
Posisi para kandidat Pilpres AS 2024 sepenuhnya mencerminkan konsensus bipartisan tentang perlunya kekalahan Rusia.
Medvedev menyebut Wakil Presiden AS saat ini Kamala Harris bodoh, tidak berpengalaman, mudah dikendalikan.
Ia mengklaim para menteri dan pembantunya, selain keluarga Obama, akan memerintah secara tidak langsung.
Menurutnya, Trump tidak akan dapat menghentikan konflik di Ukraina tidak dalam satu hari, tidak dalam tiga hari, tidak dalam tiga bulan.
“Jika dia benar-benar mencoba, dia bisa menjadi JFK yang baru," kata Medvedev menunjuk Presiden AS John F Kennedy yang mati ditembak di Dallas berdekade lalu.
Penembakan JFK konon dilakukan elemen-elemen negara dalam negara atau yang lebih dikenal deep state akibat kebijakannya terkait rudal Soviet di Kuba.
"Oleh karena itu, cara terbaik untuk menyenangkan para kandidat untuk jabatan tertinggi Amerika pada tanggal 5 November adalah dengan terus menghancurkan rezim Nazi di Kiev," kata Medvedev.
Meskipun Moskow skeptis tentang kemampuan Trump untuk mengakhiri perang, rezim Kiev "khawatir" tentang miliarder Amerika yang kembali ke Gedung Putih.
"Kami khawatir dengan Trump," kata seorang pejabat senior Ukraina kepada The Guardian.
Sumber lain, kali ini dari struktur keamanan Ukraina, mengatakan hal sama kepada surat kabar Inggris tersebut.
"Semua orang memahami Trump sama sekali tidak peduli dengan Ukraina, dan bahwa kepresidenan Trump akan menjadi perjalanan ke kasino bagi Ukraina,” kataya.
“Kita bisa menang besar atau kita bisa kehilangan segalanya. Namun, sekarang semua orang sudah kelelahan, dan beberapa orang bersedia membuat taruhan yang berisiko," katanya.
Tidak diragukan lagi, seperti rekan-rekan mereka di Eropa, yang sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan kepresidenan Trump, rezim Kiev akan merasa lega jika Harris menang.
Perempuan itu diharapkan lebih dapat diprediksi dan melanjutkan kebijakan Biden.
Dengan cara ini, hasil pemilihan presiden AS adalah masalah hidup dan mati bagi rezim Kiev karena perlambatan atau penghentian senjata hanya akan mempercepat kemajuan Rusia.
Dukungan militer Eropa sangat penting bagi Ukraina. Namun, itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan dukungan AS, yang jumlahnya lebih dari $64 miliar, melampaui bantuan militer yang diberikan oleh semua sekutu lainnya secara kolektif.
Tampaknya Eropa yakin Trump pasti akan memperlambat atau menghentikan bantuan militer ke Ukraina dan sedang mempersiapkan skema otonominya sendiri jika Partai Republik terpilih.
Bantuan Eropa tidak dapat menggantikan sedikit pun bantuan Amerika, yang hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat Ukraina.
Dari Polandia Perdana Menteri Donald Tusk mengatakan era negara-negara Eropa yang menyerahkan keamanan mereka ke Amerika telah berakhir.
Donald Tusk menambahkan, itu tidak akan tergantung Pemilihan Presiden AS akan dimenangkan oleh Kamala Harris atau saingannya dari Partai Republik Donald Trump.
Tusk, yang menjabat sebagai Presiden Dewan Eropa dari 2014 hingga 2019, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah posting di platform X.
“Harris atau Trump? Beberapa orang mengklaim masa depan Eropa bergantung pada pemilihan Amerika, sementara itu pertama-tama dan terutama bergantung pada kita,” tulisnya.
Namun, UE menurut Tusk hanya akan dapat mengambil tindakan sendiri jika akhirnya tumbuh dan percaya pada kekuatannya sendiri.
“Apa pun hasilnya (dari pemilihan AS), era serah terima geopolitik telah berakhir bagi Eropa,” tegas Tusk.
Financial Times mengatakan dalam sebuah artikel pada Sabtu menulis, banyak orang Eropa tidak bisa tidur di malam hari karena prospek Donald Trump memenangkan pemilihan.
Pendukung Ukraina di Eropa juga khawatir Trump mungkin mencoba menyelesaikan perang di sana dengan syarat yang pada dasarnya merupakan kemenangan bagi Rusia.
Masih menurut Financial Times, sebagian besar orang Eropa akan merasa lebih nyaman dengan Harris di Ruang Oval.
Selama kampanye, kandidat Demokrat tersebut telah menyatakan dukungan kuat untuk NATO, berjanji untuk terus mendukung Ukraina, dan menekankan pentingnya aliansi Amerika.
Sebuah jajak pendapat oleh perusahaan riset Savanta yang dilakukan di Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, dan Polandia bulan lalu menyatakan kepemimpinan Kamala Harris akan menjadi yang terbaik untuk keamanan Eropa.(Tribunnews.com/Southfront.press/Setya Krisna Sumarga)
Tag: #pemimpin #eropa #rezim #kiev #gusar #jika #trump #yang #terpilih