



Dua Tahun Genosida Israel di Gaza, Lebih dari 67 Ribu Orang Tewas!
- Dua tahun sudah perang di Jalur Gaza berlangsung tanpa jeda. Sejak Oktober 2023, wilayah sempit yang dihuni lebih dari dua juta orang itu telah berubah menjadi ladang kehancuran.
Melansir Al-Jazeera, data terbaru menunjukkan sedikitnya 67.160 warga Palestina tewas, sementara 169.679 lainnya luka-luka akibat serangan udara dan operasi darat Israel. Ribuan orang lainnya masih belum ditemukan, diduga tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Angka korban ini menandai salah satu tragedi kemanusiaan paling mematikan dalam sejarah modern Timur Tengah. Setiap pekan, laporan korban baru terus berdatangan dari rumah sakit yang kewalahan dan kamp pengungsian yang semakin padat.
Bahkan lembaga-lembaga kemanusiaan internasional menyebut Gaza kini berada di ambang 'kehancuran total', bukan hanya secara fisik, tetapi juga sosial dan moral. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir, serangan udara Israel kembali meningkat.
Sedikitnya 104 orang tewas sejak Jumat lalu, hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan penghentian operasi militer dan mendorong upaya damai baru. Namun, di lapangan, suara bom masih lebih nyaring daripada suara diplomasi.
Sementara itu, perundingan antara pejabat Israel dan Hamas yang difasilitasi Mesir belum menghasilkan terobosan berarti. Rencana damai yang diusulkan Washington dinilai terlalu lemah untuk menghentikan spiral kekerasan yang telah menelan puluhan ribu nyawa.
Para pengamat menilai, selama kedua pihak masih saling memandang lawan sebagai ancaman eksistensial, perundingan apapun hanya akan menjadi formalitas politik tanpa hasil nyata.
Kehidupan di Gaza kini berubah menjadi perjuangan bertahan hidup sehari-hari. Rumah sakit kekurangan bahan bakar, listrik hanya menyala beberapa jam sehari, dan air bersih menjadi barang mewah.
Badan-badan bantuan PBB memperingatkan bahwa lebih dari 80 persen penduduk Gaza kini bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan yang sulit masuk akibat blokade.
Di sisi lain, Israel masih mengaitkan operasi militernya dengan upaya menumpas Hamas, kelompok yang dituding bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.139 warga Israel dan menyandera sekitar 200 orang.
Namun, skala serangan balasan Israel telah memicu kecaman global karena dianggap tidak proporsional dan melanggar prinsip hukum humaniter internasional.
Bagi masyarakat Gaza, statistik kematian kini bukan lagi sekadar angka. Di setiap rumah, ada cerita kehilangan. Banyak keluarga yang kehilangan tiga generasi sekaligus, kakek, orang tua, dan anak-anak, dalam satu serangan.
Pemakaman massal juga menjadi pemandangan sehari-hari, sementara anak-anak tumbuh besar di bawah bayang-bayang pesawat tempur dan reruntuhan sekolah mereka.
Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata permanen, namun langkah konkret masih jauh dari harapan. Dewan Keamanan PBB berkali-kali gagal mencapai kesepakatan karena perbedaan kepentingan di antara negara anggota tetap.
Negara-negara Arab menuntut penghentian blokade dan pembukaan jalur kemanusiaan, sementara sekutu Barat Israel masih menekankan hak “membela diri”.
Kini, ketika perang Gaza memasuki tahun ketiganya, dunia dihadapkan pada kenyataan pahit: lebih dari 67 ribu nyawa telah hilang, namun tidak satu pun pihak menunjukkan kesediaan nyata untuk berhenti berperang.
Tag: #tahun #genosida #israel #gaza #lebih #dari #ribu #orang #tewas