Adu Kuat Jaringan Sekutu Iran dan Israel Dalam Perang, Ada yang Hanya Ingin Jadi Penengah
Eskalasi saling serang antara Iran dan Israel meningkatkan kekhawatiran pecahnya perang besar di Timur Tengah. (Reuters)
19:57
20 Juni 2025

Adu Kuat Jaringan Sekutu Iran dan Israel Dalam Perang, Ada yang Hanya Ingin Jadi Penengah

Perang yang dimulai dengan serangan Israel ke Iran membuat kedua negara terlibat saling serang menggunakan rudal.

Kedua negara juga memiliki sekutu yang sama-sama merespons situasi perang tersebut. Namun, peta kekuatan sekutu kedua negara belum seimbang. 

Iran diketahui telah berupaya membangun hubungan dengan sekutunya selama puluhan tahun. Dibentuklah sebuah "poros perlawanan" untuk melawan terhadap pengaruh Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Dalam aksi saling serang rudal ini, AS telah menunjukkan keberpihakannya terhadap Israel. AS bahkan mengancam dan mengklaim mengetahui lokasi pemimpin tertinggi Iran Ali Khameini. 

Sekutu Iran, sejauh ini hanya satu kelompok militan yang turun tangan berupaya membela. Walau kelompok sekutu Iran ini pernah memberikan ancaman bahwa serangan apapun terhadap afiliasi Iran akan direspons dengan hebat. 

Poros Perlawanan bentukan Iran ini terdiri dari Hizbullah di Lebanon, sejumlah kelompok bersenjata di Iraq, dan kelompok militan Palestina, Hamas.

Dalam dua tahun terakhir, sekutu Iran mengalami pukulan bertubi-tubi melemah atau bahkan digulingkan dari kekuasaan. 

Dikutip dari ABC, Pakar Keamanan King Collage's London Andreas Krieg menyebut bahwa sekutu Iran dalam kondisi yang buruk.

"Ini bukan lagi sebuah poros, melainkan "jaringan longgar" yang setiap orang tenaga disibukkan dengan kelangsungan hidupnya sendiri," ujarnya. 

Sementara Sarjana Timur Tengah Universitas Australia sekaligus mantan duta besar Australia untuk Lebanon Ian Parmeter menuturkan, kondisi Iran tengah berada dalam masa terburuk dalam 40 tahun terakhir.

"Tidak ada sekutu yang mampu mendukung dengan cara yang sebelumnya bisa dilakukan," ujarnya.  

Kondisi itulah yang membuat Israel mampu memberikan serangan. Dia melanjutkan bahwa Israel telah menghancurkan kemampuan tempur Hamas dalam dua tahun terakhir.

Di Suriah, rezim Bashar al-Assad runtuh kurang dari dua minggu setelah aksi saling serang Israel dengan Hizbullah di Lebanon usai. Keruntuhan rezim Bashar al Assad sekaligus memutus hubungan penting dengan Iran. 

Iran diketahui juga menjadi bagian dari jaringan tak resmi negara CRINK yang terdiri dari China, Rusia, Iran dan Korea Utara. Sekutu global Iran ini belum menunjukkan gelagat membela sepadan dengan yang dilakukan AS. 

China memang telah mengutuk serangan Israel terhadap Iran. Namun, responsnya yang tampak sejauh ini hanya mendukung solusi diplomatik. Begitu pula dengan Korea Utara yang juga mengutuk serangan tersebut. 

Hanya Rusia yang turun tangan untuk menawarkan menengahi konflik. Presiden Rusia Vladimir Putin tak hanya mengecam serangan terhadap Iran, namun juga memperingatkan AS bahwa intervensi semacam apapun akan menjadi eskalasi yang mengerikan.

"Rusia sangat dekat dengan Iran karena Iran merupakan pemasok pesawat tanpa awak untuk Rusia dalam perang dengan Ukraina," ujarnya. 

Menurut dia, Rusia berutang budi karena drone Iran. Namun, di saat yang sama, Putin juga memiliki hubungan yang baik dengan Netanyahu.

"Tawaran Rusia untuk menjadi penengah sepertinya tidak akan berhasil, kendati itu sebuah cara yang baik untuk menampilkan Putin sebagai negarawan internasional," tuturnya. 

Negara Timur Tengah lainnya hampir tidak mungkin untuk mendukung Iran. Seperti, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab. Sebab, mereka tidak dekat dan tidak menginginkan ekskalasi meningkat. 

Sedangkan Israel memiliki Amerika Serikat yang kuat secara militer dan politik sebagai sekutu dekat. "Netanyahu tidak akan melakukan apa pun tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Trump. Dia memiliki hubungan yang luar biasa dekat dengannya," kata Parmeter.

Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Iran "menyerah tanpa syarat" dan mengemukakan gagasan bahwa pemimpin tertingginya, Ali Khamenei, akan menjadi "target empuk" jika ia dibunuh.

AS juga memiliki kehadiran militer yang sangat signifikan di timur tengah dengan kapal-kapal di seluruh perairan tersebut. 

Parmeter mengatakan Israel ingin AS terlibat karena Israel membutuhkan bom "penghancur bunker" Amerika untuk menyelesaikan penghancuran situs nuklir Iran.

Bom-bom ini dirancang untuk menembus jauh di bawah permukaan sebelum meledak, membuatnya ideal untuk menyerang bunker dan terowongan yang diperkeras.

Dalam kasus ini, Parmeter mengatakan Israel membutuhkan mereka untuk secara signifikan merusak pabrik pengayaan bahan bakar nuklir Fordow milik Iran, yang dibangun jauh di dalam gunung.

"Risiko besarnya adalah Amerika Serikat akan terlibat dengan cara tertentu, tetapi saya tidak melihatnya akan terlibat dengan mengerahkan pasukan darat atau lebih dari sekadar menggunakan bom penghancur bunker," ujarnya.

Hal ini terjadi karena Trump menghadapi tekanan domestik dari basis Partai Republiknya sendiri, yang "terbagi" pendapatnya mengenai apakah akan terlibat dalam perang lain.

Sementara itu, negara-negara G7 juga telah menyatakan dukungan mereka terhadap keamanan Israel, tetapi telah mendesak "de-eskalasi permusuhan yang lebih luas di Timur Tengah, termasuk gencatan senjata di Gaza".

 

Editor: Bayu Putra

Tag:  #kuat #jaringan #sekutu #iran #israel #dalam #perang #yang #hanya #ingin #jadi #penengah

KOMENTAR