Awal Perseteruan Israel dan Iran: Akar Masalah, Latar Belakang, dan Tokoh di Baliknya
Bendera Israel dan Iran [Foto: Dok]
14:04
15 Juni 2025

Awal Perseteruan Israel dan Iran: Akar Masalah, Latar Belakang, dan Tokoh di Baliknya

Konflik Israel dan Iran kembali jadi perhatian dunia. Serangan udara dari militer Israel menimbulam ledakan di beberapa lokasi, termasuk Ibu Kota Iran, demikian laporan kantor berita negara IRNA.

Serangan dahsyat tersebut kabarnya sampai membuat Jenderal Hossein Salami dari Garda Revolusi Iran (IRGC) ikut menjadi korban. Setidaknya itu yang dilaporkan media-media Iran mengutip banyak sumber.

Rentetan ledakan, menurut warga di Teheran, Iran, terdengar pada Jumat pagi, 13 Juni waktu setempat. Suara ledakan terdengar beberapa jam setelah serangan pertama.

Asap hitam juga terlihat membumbung tinggi di atas kota Kemanshah, menurut warga lokal. Hal serupa juga terjadi di Tabriz, meski belum diketahui apa penyebabnya.

Atas serangan ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei segera memberikan respons. Dia menyatakan bersumpah akan memberikan hukuman berat kepada Israel.

"Israel sudah membuka tangan keji dan berlumuran darahnya demi melakukan kejahatan terhadap negara tercinta kami. Israel juga memperlihatkan watak jahatnya lebih dari sebelumnya dengan menyerang kawasan pemukiman," ujar Khamenei dalam pernyataannya.

Khamenei juga menyinggung adanya korban dari sejumlah tokoh penting militer dan ilmuan di Iran.

Dilaporkan bahwa serangan Israel tersebut bagian dari operasi militer besar yang dinamai Rising Lion. Serangan ditujukan atas kekhawatiran pengembangan senjata nuklir Iran.

Iran dan Israel bisa dibilang sudah cukup lama jadi musuh bebuyutan. Lantas bagaimana awal perseteruan keduanya mulai terjadi?

Awalnya harmonis

Perseteruan antara Israel dan Iran adalah salah satu konflik paling rumit dan berlarut di Timur Tengah.

Pada awalnya, Israel dan Iran memiliki hubungan diplomatik yang cukup baik, terutama sebelum tahun 1979. Situasi kemudian berubah drastis setelah Revolusi Islam Iran.

Keduanya berubah menjadi musuh ideologis yang bersaing dalam pengaruh politik, militer, dan agama di kawasan.

Hubungan baik Iran dan Israel terjadi saat kepemimpinan Shah Mohamad Reza Pahlavi. Shah yang waktu itu menjadi pemimpin Iran menjalin kerja sama di bidang intelejen, militer, dan ekonomi.

Kemudian pada 1979, Shah digulingkan. Kekuasaan diambil alih oleh Ayatullah Ruholah Khomeini lewat Revolusi Islam.

Pemerintahan baru ini mengadopsi sikap anti-Barat dan anti-Israel secara terbuka.

Khomeini bahkan menyebut Israel sebagai "Setan Kecil" yang harus dimusnahkan. Sementara Amerika Serikat dijuluki Iran sebagai "Setan Besar."

Sejak saat itu, Iran secara konsisten mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Israel, seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.

Dukungan logistik, dana, dan pelatihan militer terhadap kelompok-kelompok tersebut juga diberikan Iran secara aktif. Ini adalah bagian dari strategi "Proxy war" untuk melemahkan posisi Israel di kawasan.

Sementara Israel memandang hal tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka.

Memasuki awal 2000-an, konflik semakin tajam ketika Iran mulai mengembangkan program nuklir yang kontroversial. Meskipun Iran berulang kali menyatakan bahwa program tersebut bertujuan damai, seperti pembangkit listrik dan riset medis, Israel dan sejumlah negara Barat mencurigai adanya niat tersembunyi untuk membangun senjata nuklir.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menjadi salah satu suara paling vokal yang menyerukan tindakan keras terhadap Iran, termasuk sanksi ekonomi internasional dan opsi serangan militer preventif.

Tokoh-tokoh penting Iran seperti Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Mahmoud Ahmadinejad memperkuat retorika anti-Israel. Ahmadinejad bahkan sempat dikecam dunia karena menyatakan bahwa Israel harus dihapus dari peta.

Retorika Ahmaddinejad tak selalu diwujudkan dalam tindakan langsung. Meski begitu, ketegangan terus meningkat melalui serangan siber, pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, dan operasi intelijen yang dituding saling melibatkan keduanya.

Secara keseluruhan, konflik Israel-Iran mencerminkan persaingan ideologi antara negara Yahudi demokratis dan negara Islam teokratis. Perseteruan ini juga dipengaruhi oleh upaya kedua negara untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah, terutama di negara-negara konflik seperti Suriah, Yaman, dan Irak.

Hingga kini, hubungan Israel dan Iran tetap berada dalam kondisi sangat tegang, dengan potensi eskalasi sewaktu-waktu.

Meskipun sejumlah upaya diplomasi global pernah dilakukan untuk meredakan situasi, ketidakpercayaan mendalam antara kedua negara masih menjadi hambatan utama bagi perdamaian jangka panjang.

Editor: Yazir F

Tag:  #awal #perseteruan #israel #iran #akar #masalah #latar #belakang #tokoh #baliknya

KOMENTAR