



Daging Jadi Barang Mewah Idul Adha di Gaza, Makan Tepung Sudah Bahagia
– Di masa-masa damai, Hari Raya Idul Adha di Jalur Gaza identik dengan kegembiraan. Keluarga besar berkumpul menyembelih hewan kurban, membagikan daging, dan menikmati hidangan bersama.
Suasana pasar semarak oleh warga yang membeli kue kering, permen, hingga pakaian anak-anak.
Namun, kegembiraan itu kini tinggal kenangan. Setelah lebih dari 20 bulan konflik Israel-Hamas sejak Oktober 2023, warga Gaza menghadapi Idul Adha dalam bayang-bayang kehancuran, pengungsian, dan trauma yang mendalam.
Tak ada lagi daging kurban
Blokade bantuan kemanusiaan yang berlangsung selama dua bulan terakhir memperburuk kondisi warga.
Akses terhadap kebutuhan pokok semakin terbatas. Perayaan Idul Adha yang biasanya ditandai dengan penyembelihan domba nyaris tidak mungkin terwujud.
“Biasanya pada waktu seperti ini saya menerima hingga 300 pesanan, termasuk untuk anak sapi dan domba, tetapi tahun ini, satu pun belum ada,” ujar Ahmed Al Zayigh, tukang daging di Kota Gaza, kepada AFP, Jumat (6/6/2025).
Di tengah keterbatasan, daging menjadi barang mewah yang tak terjangkau. Mohammed Othman (36), pengungsi yang kini tinggal di Deir Al Balah, mengatakan bahwa sekadar mendapatkan roti pun sudah menjadi anugerah.
“Kami hanya berharap bisa menemukan roti untuk memberi makan anak-anak kami di hari Idul Adha. Mereka akan bersukacita hanya dengan mendapat tepung, seolah-olah itu daging,” katanya.
Ia mengaku merindukan tradisi berbagi daging kurban kepada yang membutuhkan sebagaimana diajarkan dalam Al Quran. Namun, realitas di lapangan membuat tradisi itu sulit dijalankan.
Idul Adha tanpa orangtua
Bagi sebagian anak, Idul Adha tahun ini terasa semakin sunyi. Imad Dib (11), kehilangan kedua orangtuanya akibat serangan udara Israel. Ini menjadi Idul Adha pertamanya tanpa kehadiran mereka.
“Ayah biasanya membelikan kami seekor domba, tetapi sekarang kami sendirian,” tutur Imad lirih.
Dulu, katanya, Idul Adha adalah hari yang ditunggu-tunggu. Ia senang memakai baju baru dan menikmati suasana perayaan. Kini, ia hanya mengenakan sepatu tambalan dan tinggal di tenda seadanya.
“Tahun ini, kami hanya memikirkan bagaimana bisa makan sesuatu,” katanya.
Di kamp pengungsian Al Mawasi, Gaza selatan, Hamza Sobeh (37) tetap menjalankan ibadah puasa menjelang Idul Adha. Ia mengajak anak-anaknya bertakbir untuk menumbuhkan semangat, meski dalam keterbatasan.
“Saya ingin mereka merasakan sedikit kegembiraan Idul Adha, setidaknya secara spiritual, agar mereka tidak putus asa,” ujarnya.
Ia berharap bisa membeli kue isi kurma jika ada kesempatan. Namun, bagi banyak keluarga, perayaan bukan lagi prioritas. Bukan hanya karena biaya, tetapi karena luka batin dan kehilangan.
“Idul Adha kali ini terasa seperti darah,” ucap Sami Felfel, warga Gaza utara.
“Ini adalah tahun-tahun tersulit yang pernah kami jalani di Gaza,” tambahnya.
Tag: #daging #jadi #barang #mewah #idul #adha #gaza #makan #tepung #sudah #bahagia