Lee Jae-myung, dari Buruh Pabrik hingga Menjadi Presiden Korea Selatan
Lee Jae-myung dan istrinya Kim Hea-Kyung pada malam pemilihan Pemilu Korea Selatan, Selasa (3/6/2025).(Tangkapan layar via BBC)
06:06
5 Juni 2025

Lee Jae-myung, dari Buruh Pabrik hingga Menjadi Presiden Korea Selatan

Lee Jae-myung resmi terpilih sebagai Presiden Korea Selatan setelah memenangkan pemilu nasional yang digelar pada Selasa (3/6/2025).

Kemenangan ini menjadi puncak perjalanan panjang seorang tokoh yang memulai kariernya dari bawah, sebagai buruh pabrik, hingga menduduki jabatan tertinggi di negeri ginseng.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Korea Selatan pada Rabu (4/6/2025) pagi telah mengumumkan hasil perolehan suara yang menempatkan Lee sebagai pemenang pemilu.

 

Kemenangan ini juga menandai titik balik dalam karier politik Lee, yang sempat terguncang oleh berbagai kasus hukum, termasuk tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Namun, krisis konstitusional yang terjadi pada Desember 2024 turut mengubah arah politik Korea Selatan. Kegagalan mantan Presiden Yoon Suk Yeol dalam menerapkan darurat militer memicu gejolak politik yang akhirnya membuka jalan bagi Lee untuk meraih simpati publik.

Dalam kurun waktu enam bulan, dukungan terhadap Lee meningkat pesat. Ia pun menjadi kandidat unggulan dari Partai Demokrat liberal, menggantikan statusnya yang semula diragukan menjadi sosok yang diunggulkan.

Karier politik dan perubahan strategi

Lee Jae-myung dikenal sebagai sosok pekerja keras dengan latar belakang sebagai buruh pabrik. Ia menjadi representasi kelas pekerja yang sering kali merasa terpinggirkan dari panggung politik.

Di tengah masa kampanye, Lee mengubah pendekatannya. Ia mulai menekankan pentingnya hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat dan menunjukkan dukungan terhadap pelaku bisnis besar, terutama menjelang negosiasi dagang dengan Presiden AS saat ini, Donald Trump.

“Citra reformis Lee agak memudar karena fokusnya lebih pada ambisi kepresidenan. Namun, dalam isu-isu seperti mengatasi kesalahan masa lalu selama era kolonial Jepang, kesejahteraan, dan korupsi, ia tetap mengambil sikap tegas dan membangun basis dukungan yang loyal,” ujar Dr Lee Jun-han, profesor ilmu politik dari Universitas Nasional Incheon, kepada BBC.

Latar belakang hidup

Lee lahir pada 8 Desember 1963 di sebuah desa pegunungan di Andong, Provinsi Gyeongsang Utara. Ia merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dan tumbuh dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Di usia 13 tahun, ia mengalami kecelakaan kerja saat menjadi buruh pabrik, yang menyebabkan cedera permanen pada lengannya akibat mesin press.

Meski sempat membolos sekolah untuk membantu keluarganya, Lee berhasil menyelesaikan pendidikan dan meraih beasiswa penuh untuk belajar hukum. Ia lulus ujian pengacara pada 1986.

Pada 1992, ia menikah dengan Kim Hye-kyung dan dikaruniai dua orang anak.

Perjalanan politik

Sebelum masuk ke dunia politik, Lee bekerja sebagai pengacara hak asasi manusia selama hampir dua dekade. Ia kemudian bergabung dengan Partai Uri, cikal bakal Partai Demokrat Korea, pada 2005.

Pada 2010, Lee terpilih sebagai Wali Kota Seongnam dan mulai dikenal publik berkat kebijakan kesejahteraan gratis yang ia terapkan. Delapan tahun kemudian, ia menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi, wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Korea Selatan.

Kepemimpinannya selama pandemi Covid-19 mendapat pujian, terutama karena dorongannya kepada pemerintah pusat untuk memberikan bantuan universal kepada seluruh warga provinsi.

Pada Pemilu Presiden 2022, Lee sempat maju sebagai calon presiden, namun kalah tipis dengan selisih 0,76 poin persentase. Setahun kemudian, ia terpilih menjadi ketua Partai Demokrat.

Sosok kontroversial

Gaya politik Lee yang agresif membuatnya menjadi figur kontroversial di Korea Selatan. Menurut Dr. Lee Jun-han, Lee kerap mengambil langkah yang menantang status quo dan memicu perdebatan.

“Kehidupan Lee Jae-myung penuh dengan pasang surut, dan ia sering melakukan tindakan yang menimbulkan kontroversi,” ucap Dr. Lee.

Salah satu janji kampanye Lee yang menuai sorotan adalah wacana penerapan pendapatan dasar universal pada pilpres 2022. Kebijakan ini dianggap radikal oleh sebagian kalangan.

“Karena itu, sebagian orang sangat mendukungnya, sementara yang lain tidak mempercayai atau tidak menyukainya,” lanjut Dr. Lee.

“Ia adalah tokoh yang sangat kontroversial dan tidak konvensional yang membuat namanya terkenal dengan cara yang tidak sesuai norma tradisional Partai Demokrat,” imbuhnya.

Kini, Lee Jae-myung siap memulai babak baru dalam sejarah kepemimpinan Korea Selatan, membawa harapan bagi masyarakat kelas pekerja dan kelompok marjinal yang selama ini merasa tidak terwakili di kancah politik nasional.

Tag:  #myung #dari #buruh #pabrik #hingga #menjadi #presiden #korea #selatan

KOMENTAR