Ibu Hamil dan Lansia, Ini Kelompok yang Rentan Alami Komplikasi akibat DBD
Ilustrasi ibu hamil. Kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis berisiko tinggi mengalami komplikasi serius akibat demam berdarah jika tidak ditangani sejak awal.(Freepik/bearfotos)
15:06
29 Juni 2025

Ibu Hamil dan Lansia, Ini Kelompok yang Rentan Alami Komplikasi akibat DBD

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronik.

Virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini memang tidak menular langsung antar-manusia, tetapi bisa menimbulkan komplikasi berat bahkan kematian jika tidak segera dikenali.

“Semua orang bisa terinfeksi, tapi ada kelompok yang sangat rentan mengalami komplikasi. Misalnya lansia, bayi, ibu hamil, dan pasien dengan penyakit kronik seperti gagal ginjal, liver, diabetes, dan hipertensi,” kata Dr. dr. I Made Susila Utama, SpPD-KPTI dari RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI, Kamis (19/6/2025).

Kelompok rentan yang harus waspada terhadap DBD

Penting bagi masyarakat untuk mengetahui siapa saja yang lebih berisiko mengalami perburukan kondisi akibat infeksi dengue. Berikut kelompok rentan yang perlu mendapatkan perhatian ekstra.

  • Anak-anak dan balita

Anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang matang, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dengue dan komplikasinya, termasuk dehidrasi berat dan syok.

  • Lansia (elderly)

Lansia cenderung memiliki daya tahan tubuh lebih lemah serta berisiko memiliki penyakit penyerta, yang membuat infeksi dengue lebih sulit ditangani.

  • Ibu hamil

Infeksi DBD pada ibu hamil berisiko tinggi memicu perdarahan, dehidrasi, hingga komplikasi pada janin.

“Pada kehamilan trimester ketiga, persalinan dalam kondisi trombosit rendah bisa memicu perdarahan berat. Itu sangat berbahaya,” ujar Made.

  • Penderita Penyakit Kronis

Orang dengan penyakit ginjal, liver, diabetes, atau gangguan paru-paru lebih mudah mengalami komplikasi berat seperti gagal organ saat terinfeksi dengue.

Kenapa ibu hamil perlu penanganan khusus?

Menurut Made, penanganan DBD pada ibu hamil lebih kompleks karena setiap trimester kehamilan memiliki tantangan medis berbeda, seperti:

  • Trimester I: Gejala seperti mual dan muntah sering disalahartikan sebagai keluhan kehamilan biasa. Padahal, ini bisa jadi tanda awal infeksi dengue yang memerlukan cairan lebih.
  • Trimester II: Terjadi perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan cairan plasma (hemodilusi), sehingga menyulitkan dokter dalam menilai kebocoran plasma yang menjadi ciri khas DBD berat.
  • Trimester III: Risiko paling tinggi karena ibu tidak boleh menjalani persalinan saat trombosit rendah. “Tindakan invasif seperti persalinan dalam fase kritis bisa sangat berisiko. Harus bed rest total dan pengawasan ketat,” jelasnya.

Penanganan infeksi dengue pada ibu hamil memerlukan kolaborasi antara dokter penyakit dalam dan spesialis kebidanan untuk menentukan langkah terbaik demi keselamatan ibu dan janin.

DBD bisa dialami oleh siapa saja, tetapi kelompok rentan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi yang bisa berakibat fatal.

Karena itu, penting untuk mengenali gejala awal demam berdarah, memeriksakan diri dalam tiga hari pertama demam, dan memperhatikan tanda-tanda bahaya seperti muntah hebat, perdarahan, atau lemas ekstrem.

 

Tag:  #hamil #lansia #kelompok #yang #rentan #alami #komplikasi #akibat

KOMENTAR