Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Ilustrasi lembur. Penelitian terbaru menemukan bahwa kebiasaan kerja lembur dapat mengubah struktur otak, memengaruhi kesehatan emosional dan kognitif.(shutterstock)
18:06
12 Juni 2025

Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak

Bekerja terlalu lama tidak hanya meningkatkan risiko penyakit jantung atau gangguan mental hingga kematian.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) melaporkan bahwa kerja berlebihan berkontribusi terhadap lebih dari 800.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun.

Meski dampak mental dan emosional akibat bekerja berlebihan sudah diketahui, para ilmuwan masih mengungkap apa yang terjadi di dalam otak itu sendiri.

Studi terbaru mengungkap, kerja lembur yang berlebihan bisa memicu perubahan fisik struktur otak, terutama di area yang mengatur emosi dan fungsi eksekutif, seperti memori kerja dan kemampuan memecah masalah.

Temuan ini berasal dari studi yang dilakukan oleh dan dipublikasikan dalam jurnal Occupational & Environmental Medicine pada 1 Maret 2025.

Para peneliti menggunakan pencitraan otak untuk membandingkan kondisi otak pekerja yang terbiasa bekerja lebih dari 52 jam per minggu dengan mereka yang bekerja dalam jam normal.

Perubahan otak yang signifikan

Melansir SciTechDaily pada Senin (9/6/2025), hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa individu yang rutin bekerja lembur (52 jam atau lebih seminggu) mengalami peningkatan volume di beberapa bagian otak.

Salah satu yang paling menonjol adalah di girus frontal tengah, area otak yang penting untuk perhatian, memori kerja, dan pemrosesan bahasa.

Volume girus frontal tengah meningkat sampai 19 persen pada mereka yang biasa kerja lembur dibandingkan dengan mereka yang kerja sesuai jam standar.

Tak hanya itu, teknik voxel-based morphometry (VBM) yang digunakan dalam penelitian ini juga menemukan peningkatan volume di 16 area otak lainnya.

Termasuk di antaranya girus frontal superior, yang terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Lalu, insula, bagian otak yang berperan dalam pemrosesan emosi, kesadaran diri, dan pemahaman konteks sosial.

“Peningkatan volume otak yang diamati pada individu yang berkerja berlebihan mungkin mencerminkan respons neuroadaptif terhadap stres kerja kronis, meskipun mekanisme pastinya masih bersifat spekulatif,” tulis para peneliti dalam laporan mereka.

Metode penelitian terhadap perubahan otak

Studi ini dilakukan dengan melibatkan 110 pekerja layanan kesehatan dari Korea Selatan, yang datanya diambil dari Gachon Regional Occupational Cohort Study (GROCS).

Dari jumlah tersebut, 32 orang (28 persen) bekerja lebih dari 52 jam per minggu.

Para partisipan diberikan pemindaian otak menggunakan MRI sebagai bagian dari studi mengenai dampak kondisi kerja terhadap struktur otak.

Peneliti mencatat bahwa pekerja lembur cenderung lebih muda, memiliki masa kerja lebih singkat, dan tingkat pendidikan lebih tinggi dibanding mereka yang bekerja normal.

Karena ini adalah studi observasional singkat, tidak ada kesimpulan pasti yang dapat diambil tentang sebab dan akibat.

Para peneliti mengakui bahwa dengan tidak adanya data jangka panjang, tidak bisa diketahui dengan jelas apakah perubahan otak secara struktural ini merupakan efek dari kerja lembur atau faktor predisposisi.

Meski begitu, para peneliti menekankan pentingnya memperhatikan kesehatan otak dalam isu kesehatan kerja.

“Hasil penelitian ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi jam kerja berlebihan sebagai masalah kesehatan kerja dan menyoroti perlunya kebijakan tempat kerja yang mengurangi jam kerja berlebihan,” kata para peneliti.

Perubahan otak yang diamati ini dapat memberikan penjelasan dasar biologis untuk masalah kognitif dan emosional yang sering dilaporkan pada individu yang memiliki kebiasaan kerja lembur.

 

Tag:  #studi #kerja #lembur #terlalu #sering #bisa #ubah #struktur #otak

KOMENTAR