Waspada! Risiko Pneumonia Meningkat di Usia Dewasa hingga Lanjut Usia
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), sekitar 450 juta kasus pneumonia tercatat setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan 4 juta jiwa meninggal karena penyakit ini.
Jumlah penderita pneumonia meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi pneumonia pada kelompok usia 15-24 tahun mencapai 1,8 persen.
Pada kelompok usia 25-44 tahun mencapai 1,9 persen.
Sedangkan kelompok usia 45-54 tahun mencapai 2,2 persen.
Lalu kelompok usia 55-64 tahun mencapai 2,5 persen.
Dan pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 3,0 persen.
Data ini mencerminkan risiko lebih tinggi bagi populasi lanjut usia, disebabkan karena melemahnya daya tahan tubuh seiring pertambahan usia.
Karenanya, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Paru, Dr. dr. Gurmeet Singh, SpPD-KP, mengungkapkan penting untuk waspada.
Terlebih lagi gejala awal sering kali tidak terlihat.
"Penting untuk diingat bahwa gejala pneumonia tidak selalu terlihat dengan jelas, terutama pada tahap awal," ungkap dr Gurmeet pada keterangannya, Sabtu (27/1/2024).
Pneumonia, utamanya pada usia dewasa dengan kondisi medis tertentu atau usia lanjut memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya.
Mengingat pneumonia pada kelompok risiko ini dapat dengan cepat menjadi kondisi yang mengancam jiwa.
Pneumonia dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti demam tinggi, menggigil, nyeri dada, batuk berdahak, kesulitan bernapas, pernapasan yang cepat, denyut jantung yang meningkat, dan rasa lemah pada tubuh.
Berbagai faktor risiko mempengaruhi terjadinya pneumonia, seperti kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok, kecanduan alkohol.
Risiko pneumonia juga semakin tinggi pada orang dewasa apabila memiliki kondisi medis tertentu.
Seperti penyakit kronis pada jantung, paru, ginjal, atau hati; implan koklea, kebocoran cairan serebrospinal (CSF); penyakit paru obstruktif kronik, emfisema, dan asma.
Serta penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh seperti diabetes melitus dan infeksi HIV.
Gurmeet pun menegaskan pentingnya langkah preventif.
"Upaya proaktif seperti vaksinasi dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif, ditambah dengan upaya pencegahan seperti penggunaan masker, berolahraga secara rutin, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat," pungkasnya.
Vaksinasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) merupakan salah satu langkah penting dalam pencegahan infeksi bakteri pneumokokus yang merupakan penyebab penyakit pneumonia.
Di Indonesia, tersedia vaksin PCV13 yang melindungi dari 13 serotipe pneumokokus.
Dengan perkembangan teknologi terbaru, kini telah tersedia vaksin PCV15 yang memberikan perlindungan tambahan untuk dua serotipe pneumokokus.
Vaksin PCV15 mampu melindungi dari 15 serotipe pneumokokus, dan telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Selain mencegah pneumonia, pemberian vaksinasi PCV juga dapat mencegah penyakit lainnya.
Seperti radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia) dan radang telinga (otitis) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
"Selain dengan meningkatkan literasi masyarakat terkait penyakit pneumonia, vaksinasi PCV menjadi langkah penting bukan hanya untuk pencegahan awal, tetapi juga sebagai upaya efektif dalam mencegah infeksi berulang," tutup dr. Mellisa Handoko Wiyono, Country Medical Lead, MSD Indonesia.
Tag: #waspada #risiko #pneumonia #meningkat #usia #dewasa #hingga #lanjut #usia