



Batuk Tak Kunjung Sembuh? Kenali Jenis-jenisnya
Kompas.com – Saat sedang batuk, aktivitas memang menjadi terasa lebih terganggu. Berbicara jadi tidak nyaman, tidur pun bisa terganggu karena tenggorokan terasa gatal atau kering.
Mengutip dari Healthline, batuk merupakan refleks alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir, partikel asing, atau iritasi.
Meski sering dianggap keluhan ringan, batuk yang tak kunjung sembuh sebaiknya tidak diabaikan. Sebab, batuk yang berlangsung lama bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan tertentu.
Mengenali jenis-jenis batuk berdasarkan penyebabnya dapat membantu menentukan langkah penanganan yang tepat, sekaligus mencegah kondisi yang lebih serius.
1. Batuk akut (kurang dari 3 minggu)
Batuk akut biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan atas, seperti flu atau common cold.
Gejala ini umum terjadi dan cenderung membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.
Menurut StatPearls Publishing, sebagian besar kasus batuk akut bersifat self-limiting dan dapat ditangani dengan istirahat cukup serta hidrasi.
2. Batuk subakut (3–8 minggu)
Batuk subakut sering muncul setelah fase akut dari infeksi pernapasan. Dikenal sebagai post-viral cough, kondisi ini terjadi akibat iritasi berkelanjutan pada saluran napas meskipun infeksi awal sudah sembuh.
Dalam penjelasan dari Osmosis.org, batuk pascainfeksi ini lebih sering ditemukan pada individu dengan riwayat alergi atau asma ringan yang belum terdiagnosis.
3. Batuk kronis (lebih dari 8 minggu)
Jika batuk berlangsung lebih dari delapan minggu, maka dikategorikan sebagai batuk kronis. Beberapa penyebab paling umum meliputi:
- Sindrom batuk saluran napas atas (Upper Airway Cough Syndrome / UACS):
Dahulu dikenal sebagai post-nasal drip, yaitu kondisi ketika lendir dari hidung menetes ke tenggorokan.
Berdasarkan Healthline, UACS merupakan penyebab utama batuk kronis yang dapat diatasi dengan terapi antihistamin atau dekongestan.
- Asma:
Selain sesak napas, asma juga bisa menyebabkan batuk kering terutama di malam hari.
Beberapa jurnal mencatat bahwa batuk bisa menjadi satu-satunya gejala asma pada sebagian pasien, terutama anak-anak.
- GERD (Gastroesophageal Reflux Disease):
Refluks asam lambung ke tenggorokan dapat merangsang refleks batuk. Medscape menjelaskan bahwa GERD menyumbang sekitar 20 persen kasus batuk kronis.
- Bronkitis eosinofilik non-asmatik:
Peradangan saluran napas dengan kadar eosinofil tinggi, meski tanpa gejala klasik asma.
Disebut dalam jurnal National Health Institute, kondisi ini sering keliru didiagnosis sebagai asma atau infeksi saluran napas.
- Infeksi kronis seperti tuberkulosis atau bronkiektasis:
Menurut jurnal National Health Institute, batuk berdahak yang berlangsung lama bisa menjadi tanda infeksi paru kronis yang membutuhkan pengobatan khusus.
Kapan perlu memeriksakan diri ke dokter?
Melansir dari laman Kemkes, Kementerian Kesehatan RI menyarankan agar masyarakat segera memeriksakan diri jika mengalami batuk lebih dari tiga minggu, terutama jika disertai gejala lain seperti:
- Penurunan berat badan
- Demam yang tidak kunjung reda
- Sesak napas atau nyeri dada
- Batuk berdarah
Penanganan batuk kronis harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasari. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat menjadi kunci agar terapi yang diberikan benar-benar efektif.