Intervensi Gizi Demi Entaskan Malnutrisi Lewat Germasaribu dan Telurisasi
Para siswa SDN Segoroyoso, Kapanewon Pleret, Bantul berkumpul bersama dalam rangka Peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas), Senin (9/9/2024). 
17:00
19 September 2024

Intervensi Gizi Demi Entaskan Malnutrisi Lewat Germasaribu dan Telurisasi

Tepat pada pukul 07.00 WIB, suara bel tanda masuk sekolah berbunyi di SDN Segoroyoso, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (11/9/2024).

Namun bukannya masuk ke kelas masing-masing, ratusan siswa SDN Segoroyoso justru berkumpul di halaman sekolah. Mereka duduk bersila membentuk lingkaran, sesuai kelas masing-masing.

Tanpa dikomando, para siswa segera mengeluarkan bekal makanan yang telah disiapkan dari rumah. Suasana pun mendadak riuh. Saling bersahutan sembari memamerkan bekal makanan yang dibawa oleh masing-masing.

"Aku sangu iwak tongkol. Bekalmu opo? (Aku bawa bekal ikan tongkol. Bekalmu apa?)" tanya seorang siswa.

"Aku gowo sayur gudangan, lawuh bandeng, terus buahe pepaya (Aku bawa sayur gudangan, lauk ikan bandeng, lalu buahnya pepaya)," balas lainnya.

Keriuhan lantas berhenti sejenak saat guru dan wali kelas bergabung dengan para siswa. Mereka ikut duduk lesehan di halaman kelas kemudian sarapan bersama.

Ya, ini adalah hari Rabu. Harinya para siswa SDN Segoroyoso membawa bekal makanan lalu disantap bersama-sama, sebelum jam pelajaran dimulai. 

Kegiatan bernama Germasaribu yang merupakan kepanjangan dari Gemar makan sayur, ikan, dan buah ini sudah berlangsung sejak 2023 sebanyak satu kali dalam seminggu setiap Rabu

Guru SDN Segoroyoso, Fitriyatun mengatakan, Germasaribu merupakan satu di antara program gizi yang dijalankan sekolah. Kegiatan ini sebagai wujud pendidikan kesehatan dan literasi gizi sekaligus intervensi gizi bagi 201 siswa SDN Segoroyoso.

"Jadi setiap hari Rabu, kami minta para murid untuk membawa bekal berupa nasi, sayur, ikan, dan buah. Jika ada siswa yang karena kondisi tertentu tidak bisa mengonsumsi ikan, bisa diganti dengan lauk lain seperti telur, ayam," kata Fitri.

Lebih lanjut Fitri menjelaskan, program gizi di SDN Segoroyoso dilatarbelakangi temuan kondisi malnutrisi pada sejumlah siswa. Malnutrisi adalah kondisi ketika asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan harian tubuh baik kekurangan atau kelebihan makro (karbohidrat, protein, dan lemak) atau mikronutrien (vitamin dan mineral).

Sebagai acuan dalam penilaian status gizi siswa, sekolah merujuk pada pasal 4 ayat 1 poin e Permenkes RI nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. Dalam Permenkes itu dijelaskan, standar Antropometri yang digunakan untuk anak usia 5-18 tahun adalah Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Indeks Massa Tubuh menurut Umur anak usia 5-18 tahun digunakan untuk menentukan kategori: gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih, dan obesitas. Berdasarkan data per 3 November 2023, sebanyak 20 siswa SDN Segoroyoso masuk dalam kategori gizi kurang.

"Penyebabnya beragam, mulai dari latar belakang pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sanitasi, hingga anak-anak yang susah makan," ujar wanita yang mengampu kelas 3 ini.

Tak ingin terus berlarut, pihak sekolah turun tangan melakukan sejumlah program gizi. Satu di antaranya lewat kegiatan Germasaribu yang menyasar seluruh siswa tanpa terkecuali.

Program Telurisasi Telurisasi di Segoroyoso Bantul Dua siswa SDN Segoroyoso Bantul memakan telur yang diberikan pihak sekolah dalam program Telurisasi. Telurisasi merupakan kelanjutan dari program One Day One Egg atau 1 Hari 1 Telur yang pernah dilakukan JAPFA di sekolahnya pada 2022.

Tak berhenti sampai di situ, siswa yang masuk kategori gizi kurang juga mendapat intervensi tambahan lewat kegiatan Telurisasi. Setiap seminggu sekali, mereka akan mendapatkan satu butir telur matang dari sekolah.

"Kenapa memilih telur? Pertama, murah dan mudah didapat. Selain itu, telur merupakan bahan pangan dengan nilai nutrisi yang baik sekaligus sumber protein karena mengandung asam amino yang dibutuhkan tubuh," jelas Fitri.

Fitri mengungkapkan Telurisasi merupakan kelanjutan dari program One Day One Egg atau 1 Hari 1 Telur yang pernah dilakukan JAPFA di sekolahnya pada 2022.

Program tersebut diawali dengan melakukan skrining status gizi untuk menetapkan penerima manfaat. Dalam hal ini, JAPFA ikut melibatkan pihak sekolah dan Puskesmas Pleret sebagai tim ahli yang melakukan pengukuran status gizi siswa SDN Segoroyoso.

Seluruh siswa malnutrisi lantas mendapatkan intervensi dari JAPFA berupa telur. Setiap hari selama tiga bulan, JAPFA memberikan telur kepada siswa penerima manfaat untuk meningkatkan status gizinya.

"Hasilnya, status gizi sejumlah siswa yang mengikuti program One Day One Egg mengalami peningkatan. Sehingga kami merasa perlu melanjutkan program tersebut secara mandiri, meski pendampingan dari JAPFA telah berakhir," jelas dia.

Program gizi lainnya yang dilaksanakan sekolah binaan JAPFA itu adalah Kantin Sehat.  Dalam program tersebut, kantin di SDN Segoroyoso menyediakan sejumlah menu sehat olahan sendiri, tanpa bahan pengawet, dan memiliki kandungan gizi.

Oleh karena itu, nyaris tak ditemukan snack atau makanan ringan kemasan di Kantin Sehat SDN Segoroyoso. Bahkan dengan adanya Kantin Sehat, tak ada pedagang makanan yang berjualan di luar sekolah saat jam istirahat.

"Siswa pun kami minta untuk membawa botol minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik," ucapnya.

Fitri menjelaskan, pihak sekolah selalu melakukan monitoring dan evaluasi terkait menu di Kantin Sehat.

"Kami ingatkan penjual di Kantin Sehat saat menemukan ada makanan yang tidak sehat. Selain itu, kami juga meminta penjual melakukan variasi makanan yang dijual agar anak-anak tidak cepat bosan dengan menu yang itu-itu saja," beber Fitri.

Sejumlah makanan yang dijual Kantin Sehat SDN Segoroyoso, Bantul Sejumlah makanan yang dijual Kantin Sehat SDN Segoroyoso, Bantul.

Nah, keuntungan yang didapat sekolah dari kegiatan Kantin Sehat, lanjut Fitri, dipakai untuk membeli telur yang dibagikan kepada siswa dalam kegiatan Telurisasi.

Ia juga mengungkapkan, adanya Kantin Sehat juga meminimalisir risiko penyakit yang muncul akibat jajan sembarangan.

Fitri masih ingat, saat belum ada Kantin Sehat, banyak siswa yang kerap mengeluh sakit perut. Sementara kini jarang bahkan hampir tidak ada siswa yang absen sekolah karena alasan sakit perut.

Sekolah juga menggelar Market Day yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Dalam kegiatan tersebut, siswa menjual makanan ringan yang sehat dan bergizi.

"Ada kriteria dari menu yang dijual. Yang utama adalah makanan sehat dan sebisa mungkin makanan tradisional seperti bakmi, jagung rebus, jus buah, atau mie khas Bantul, mie lethek," kata Fitri.

Guru SDN Segoroyoso lainnya, Rina Idarini mengatakan, sekolah melakukan monitoring kesehatan seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin, tiga bulan sekali. 

Lewat monitoring tersebut, sekolah dapat mengetahui status gizi para siswa sehingga dapat dilakukan intervensi bagi siswa dengan status gizi tertentu.

"Kalau yang gizi kurang, kan, ada program Telurisasi. Nah, anak-anak dengan status gizi lebih dan obesitas juga mendapat intervensi berupa pemberian jam olahraga khusus dan latihan fisik," kata Rina.

Kerjasama dengan Orangtua Edukasi gizi pada orang tua atau wali murid SDN Segoroyoso Program Edukasi Gizi pada orang tua atau wali murid SDN Segoroyoso dalam rangka Pendidikan Kesehatan dan Literasi Gizi.

Rina tak menampik, berjalannya sejumlah program gizi yang dijalankan SDN Segoroyoso tak lepas dari kerjasama pihak sekolah dengan orangtua atau wali murid.

Pihak sekolah turut memberikan pemahaman lewat edukasi gizi kepada para orang tua. Termasuk menekankan pentingnya asupan protein hewani bagi anak-anak. Menurut Rina, anak usia SD sangat membutuhkan asupan protein hewani untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan mereka.

"Dulu anak-anak dan orangtua belum begitu paham tentang hal ini. Sing (yang) penting anak sekolah, disanguni (diberi) uang, terus jajan. Sekarang tidak bisa seperti itu, orang tua harus ikut berperan. Misalnya ikut menyiapkan bekal makanan sehat dan berprotein hewani saat kegiatan Germasaribu, ikut menyiapkan makanan sehat untuk dijual di Market Day," kata dia.

Dengan pembiasaan di sekolah, diharapkan dapat membangun kesadaran serta kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi di kalangan siswa dan orang tua.

"Yang selama ini, jarang atau nggak pernah sarapan di rumah, jadi mulai terbiasa makan dulu sebelum sekolah. Yang dulu nggak mau makan ikan, karena ada Germasaribu, jadi gemar makan ikan," jelas guru kelas 4 itu.

Sementara itu, Kepala SDN Segoroyoso, Zuniwati mengatakan, sekolah akan terus mendukung sejumlah program gizi yang telah dijalankan. Terlebih ada hasil nyata yang dituai dari program gizi tersebut. Misalnya peningkatan status gizi anak hingga prestasi para siswa.

"Dengan gizi yang baik, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehingga proses kegiatan belajar mengajar berjalan lancar dan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi," kata dia.

Hal ini, sambung Yuniwati, dibuktikan lewat sejumlah prestasi yang pernah diraih siswa SDN Segoroyoso. Pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten (Popkab) Bantul 2024, 8 siswa sukses meraih prestasi di sejumlah cabang olahraga.

Seorang siswa SDN Segoroyoso, Zikri Karima juga mengaku senang dengan program Germasaribu dan Telurisasi yang dijalankan di sekolah.  Bahkan siswi kelas 4 merupakan satu di antara penerima manfaat program Telurisasi yang status gizinya mengalami peningkatan.

"Karena dulu sering dikasih telur, sekarang di rumah pun jadi suka makan olahan telur, mulai dari digoreng, direbus, sampai disemur," kata peraih Juara 2 Lomba Menggambar dalam event JAPFA for Kids 2023.

Hal senada juga disampaikan Assyifa Tika. Siswi kelas 6 itu mengaku, sang ibulah, Tuti Kurniawati yang paling bersemangat saat menyiapkan bekal untuknya. "Biasanya dibekali nasi, ikan tongkol, ayam goreng, tempe, mangga," ucap Assyifa.

Bahkan dari pembiasaan yang didapat, anak pertama dari 2 bersaudara ini pun terbiasa untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah. "Iya selalu sarapan sebelum ke sekolah, biar bisa konsentrasi saat belajar di kelas," kata dia.

Pentingnya Protein Hewani Bekal yang dibawa para siswa SDN Segoroyoso Bantul Germasaribu Bekal yang dibawa para siswa SDN Segoroyoso Bantul dalam program Germasaribu.

Program intervensi gizi yang berjalan di SDN Segoroyoso pun menuai apresiasi dari Ahli Gizi RS Nirmala Suri Sukoharjo, Radyan Yaminar. Radyan mengatakan, program sekolah yang memberikan penambahan protein hewani berupa telur untuk meningkatkan status gizi para siswa adalah langkah tepat.

"Secara umum, protein terbaik bagi anak usia sekolah adalah protein yang bersumber dari hewan atau disebut protein hewani karena lebih efektif untuk meningkatkan pertumbuhan," kata Radyan.

Dibandingkan dengan protein nabati, protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap yang penting untuk mendukung pertumbuhan anak. Selain itu, penyerapan protein hewani lebih mudah daripada protein nabati.

"Misalkan protein hewani itu diserap oleh tubuh sekitar 70 sampai 80 persen, sedangkan protein nabati diserap sekitar 20 sampai 30 persen," paparnya.

Oleh karena itu, sambung Radyan, protein hewani sangat dianjurkan dikonsumsi anak-anak untuk mencegah stunting dan gizi buruk sekaligus memperbaiki status gizi sebelum masa pubertas. Sehingga ketika masa pubertas datang, anak-anak telah tumbuh secara maksimal.

Hal senada juga disampaikan Guru Besar dan Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Prof Sandra Fikawati.

Prof Fika mengatakan, protein hewani berkontribusi signifikan pada pertumbuhan, khususnya pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam fase pertumbuhan aktif. Sementara bagi orang dewasa dan lansia, protein hewani penting untuk pemeliharaan massa otot serta kekuatan.

"Oleh karena itu, peran penting protein hewani tidak dapat dilewatkan, utamanya dalam mendukung peningkatan gizi masyarakat. Ada banyak sumber protein hewani, seperti daging, ikan, telur, dan produk susu, yang memungkinkan untuk diversifikasi dan pilihan sesuai dengan preferensi," kata dia.

Komitmen Peningkatan Gizi

Sementara itu, Vice President Head of Social Investment JAPFA, R. Artsanti Alif juga ikut mengapresiasi program gizi yang terus berlanjut di SDN Segoroyoso.

Artsanti mengatakan, SDN Segoroyoso menjadi salah satu sekolah yang mengikuti pilot program One Day One Egg lewat kegiatan JAPFA for Kids yang berfokus pada pengentasan siswa malnutrisi (gizi kurang dan gizi buruk).

"Hingga pilot program berakhir, sekolah tetap melaksanakan program secara mandiri," kata dia kepada Tribunnews.com.

Dalam kegiatan One Day One Egg, JAPFA melakukan pendampingan yang cukup kuat. Salah satunya dengan memastikan setiap penerima manfaat mengonsumsi telur di sekolah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurangan yang mungkin muncul.

Sebagai salah satu produsen protein hewani terbesar di Indonesia, lanjut Artsanti, JAPFA memilih telur sebagai tambahan protein untuk siswa karena telur merupakan sumber protein yang murah, mudah didapatkan, dan mudah disimpan.

"Dengan demikian, setelah program berakhir, diharapkan orang tua terbiasa menyediakan makanan berprotein untuk anak mereka setiap hari agar terhindar dari gizi buruk dan gizi kurang," kata dia.

Menurut Artsanti, apa yang dilakukan JAPFA sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap peningkatan gizi masyarakat dengan produk protein hewani yang aman dan terjangkau.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Editor: Garudea Prabawati

Tag:  #intervensi #gizi #demi #entaskan #malnutrisi #lewat #germasaribu #telurisasi

KOMENTAR