



Mengapa Waktu Penting dalam Mengelola Keuangan dan Investasi?
Tahun baru adalah waktu yang tepat untuk meninjau ulang rencana keuangan dan strategi investasi kita. Ketika melihat kinerja beberapa alternatif investasi sepanjang tahun 2024, kita bisa melihat bagaimana pasar saham Indonesia mengalami kinerja yang kurang menggembirakan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan sebesar -2,65 persen, sementara obligasi, yang diukur dengan Indeks BINDO, menunjukkan kenaikan sebesar 4,71 persen. Terbatasnya kinerja pasar modal ini mendorong banyak investor muda beralih ke instrumen lain yang tengah ramai dibicarakan, seperti emas.
Emas pada tahun 2024 memang mencatatkan pertumbuhan 27,22 persen, yang membuatnya menjadi primadona investasi. Namun, apakah emas bisa diandalkan dalam jangka panjang?
Menurut Eveline Haumahu, Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, dalam memilih instrumen investasi, kita tentu menginginkan alternatif yang bisa memberikan hasil baik dalam jangka panjang, bukan hanya keuntungan sesaat.
Eveline menunjukkan, selama 5 tahun terakhir, saham memberikan pertumbuhan rata-rata 2,50 persen per tahun, sementara obligasi tumbuh 7,29 persen dan emas tumbuh 11,58 persen per tahun.
Begitu juga pada periode 10 tahun, saham mencatatkan kenaikan rata-rata 3,15 persen, obligasi 8,21 persen, dan emas sedikit lebih tinggi di angka 8,28 persen.
Namun, dalam periode yang lebih panjang, yaitu 15 tahun terakhir, saham menunjukkan pertumbuhan tahunan rata-rata 7,13 persen, sementara obligasi tumbuh lebih tinggi di angka 8,95 persen, dan emas hanya tumbuh 5,98 persen per tahun.
Tantangan investasi emas
Eveline menyebutkan, meskipun emas menarik perhatian dengan pertumbuhannya yang signifikan pada tahun 2024, bukan berarti instrumen ini tanpa risiko.
Di beberapa tahun terakhir, emas pernah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada 2021, emas mencatatkan penurunan sebesar -3,64 persen, dan pada 2015 serta 2013, emas mengalami penurunan yang lebih besar yaitu -10,41 persen dan -28,28 persen.
Sebagai perbandingan, saham tercatat mengalami penurunan terburuk sebesar -12,10 persen pada 2015, sementara obligasi terendah pada 2013 hanya -7,10 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa meskipun emas bisa menjadi investasi yang menarik dalam jangka pendek, ia bukanlah instrumen yang kebal terhadap fluktuasi pasar," papar Eveline.
Ia menambahkan, investasi bukan hanya soal keuntungan dalam setahun. Sebagai contoh, kita mungkin berinvestasi untuk tujuan jangka panjang seperti dana pendidikan anak, melanjutkan studi S2, atau menyiapkan dana pensiun.
"Dalam merencanakan investasi jangka panjang, sangat penting untuk tidak terbuai dengan keuntungan jangka pendek yang bisa datang dan pergi. Kinerja jangka panjang suatu instrumen investasi memberikan gambaran yang lebih jelas tentang potensi dan karakter instrumen tersebut, dibandingkan dengan hanya melihat fluktuasi jangka pendek yang bisa mengguncang keyakinan kita," tambahnya.
Reksa dana jadi solusi diversifikasi investasi
Menurut Eveline, salah satu instrumen investasi yang menawarkan diversifikasi dan pengelolaan aktif adalah reksadana.
Reksa dana memungkinkan kita untuk berinvestasi di berbagai saham dan obligasi berkualitas dalam satu produk, memberikan potensi keuntungan yang lebih optimal dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan berinvestasi langsung di saham atau obligasi.
Reksa dana sudah menjadi pilihan bagi lebih dari 14 juta investor di Indonesia, yang melihatnya sebagai cara yang efektif untuk menumbuhkan dan melindungi aset mereka.
"Reksa dana juga bisa disesuaikan dengan tujuan investasi kita. Bagi investor yang mencari pertumbuhan agresif untuk tujuan jangka panjang, reksa dana saham atau campuran bisa menjadi pilihan," kata Eveline.
Sementara untuk tujuan jangka menengah, reksadana obligasi bisa menjadi pilihan yang lebih moderat. Sedangkan bagi yang membutuhkan investasi untuk tujuan yang lebih dekat, seperti dana darurat, reksadana pasar uang yang lebih konservatif bisa menjadi pilihan yang tepat.
“Investasi bukanlah tentang mengejar keuntungan jangka pendek semata, tetapi tentang memahami potensi jangka panjang dari instrumen yang kita pilih. Diversifikasi dan strategi pengelolaan yang bijak sangat penting untuk mengoptimalkan hasil investasi, terutama ketika kita fokus pada tujuan keuangan yang lebih besar, seperti dana pensiun atau pendidikan anak,” kata Eveline.
Jangan terburu-buru mengejar hasil instan
Eveline menegaskan bahwa dalam memilih instrumen investasi, penting untuk mempertimbangkan tujuan jangka panjang kita, memahami risiko, dan tidak terburu-buru mengejar keuntungan instan.
Dengan demikian, baik saham, obligasi, emas, dan reksa dana masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan. Namun, dengan diversifikasi yang bijak dan fokus pada tujuan jangka panjang, kita dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan memberikan hasil yang lebih optimal.
Selamat berinvestasi dan semoga perjalanan keuangan Anda di tahun 2025 ini semakin sukses!
Tag: #mengapa #waktu #penting #dalam #mengelola #keuangan #investasi