Dilema Rupiah Indonesia Terhadap Menguatnya  Dolar AS: Kebijakan Berubah di Tengah Pelemahan Mata Uang Rupiah
Ilustrasi dolar Amerika dan mata uang seperti rupiah dan lain-lainnya. /Sumber Foto: (Freepik/8photo)
18:00
18 April 2024

Dilema Rupiah Indonesia Terhadap Menguatnya  Dolar AS: Kebijakan Berubah di Tengah Pelemahan Mata Uang Rupiah

 

 Perekonomian Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan yang tidak terduga dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika

Rupiah, yang sebelumnya diharapkan akan mengalami pelonggaran moneter, kini justru mengalami penurunan nilai yang signifikan. Situasi ini mendorong Bank Indonesia untuk mempertimbangkan perubahan kebijakan. 

Ketika masyarakat kembali beraktivitas pasca libur Lebaran, nilai rupiah anjlok hingga mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir dibandingkan dengan dolar Amerika yang menguat. 

Hal ini terjadi karena adanya prediksi bahwa Federal Reserve AS akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan ekonomi yang berkembang pesat. 

Dilansir dari laman Reuters, Kamis (18/4), penurunan nilai rupiah ini telah menembus angka 16.000 rupiah per dolar Amerika, dengan penurunan sebesar 5,25 persen sepanjang tahun ini. 

Penurunan yang tajam ini memicu analis pasar untuk berspekulasi bahwa Bank Indonesia mungkin akan menaikkan suku bunga guna menstabilkan mata uang.

Bank Indonesia memiliki posisi yang unik sebagai bank sentral satu-satunya di dunia yang memiliki mandat utama menjaga stabilitas mata uang. 

Sepanjang tahun 2023 dan memasuki tahun ini, bank telah menggunakan berbagai strategi intervensi untuk menangani fluktuasi rupiah di tengah penguatan dolar. 

Sampai saat ini, Bank Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu bank sentral pertama di Asia yang memulai pemangkasan suku bunga. 

Namun, dengan adanya rapat kebijakan yang dijadwalkan pada 23 April, tampaknya ada perubahan arah kebijakan. Kenaikan suku bunga, yang akan menjadi yang pertama sejak bulan Oktober, kini sedang dipertimbangkan. 

Meskipun inflasi masih terkendali, dan ada kekhawatiran terhadap pertumbuhan, kenaikan suku bunga dapat meningkatkan daya tarik imbal hasil yang selama ini menarik minat investor terhadap rupiah, meskipun hal ini juga ikut andil dalam fluktuasi yang sering terjadi.

Pesona rupiah sebagai mata uang yang menguntungkan dalam carry-trade kini meredup karena volatilitasnya dan margin keuntungan yang tipis dibandingkan dengan pasar dolar. 

Selisih antara obligasi pemerintah AS dengan durasi 10 tahun dan obligasi pemerintah Indonesia, yang pernah mencapai 7,5 persentase poin, kini hanya tinggal dua poin. 

Pemegang asing atas surat berharga pemerintah Indonesia telah berkurang dari seperempat pada Desember 2020 menjadi hanya 14 persen.

Bank Indonesia telah bertindak proaktif dengan melakukan kombinasi pembelian rupiah langsung di pasar valuta asing dan kontrak forward non-deliverable domestik, serta pembelian obligasi pemerintah, untuk menahan penurunan nilai rupiah. 

Langkah-langkah ini cukup berhasil, karena rupiah tidak mengalami penurunan sebesar mata uang lainnya, seperti won Korea. Selain itu, intervensi di pasar DNDF telah menekan ekspektasi penurunan nilai, dengan prediksi penurunan hanya sekitar 0,5 persen dalam enam bulan ke depan.

Edi Susianto, kepala departemen moneter Bank Indonesia, telah menegaskan bahwa bank sentral berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menghindari volatilitas rupiah yang berlebihan. Ini termasuk koordinasi permintaan dolar dari perusahaan-perusahaan BUMN seperti Pertamina.

Saat Indonesia menghadapi dilema ekonomi ini, mata dunia tertuju padanya. Keputusan yang akan diambil oleh Bank Indonesia dalam waktu dekat ini akan menjadi contoh bagi pasar negara berkembang lainnya dan akan menentukan arah baru bagi perekonomian Indonesia.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #dilema #rupiah #indonesia #terhadap #menguatnya #dolar #kebijakan #berubah #tengah #pelemahan #mata #uang #rupiah

KOMENTAR