Harga Beras, Cabai, dan Telur Naik, Omzet Pedagang Turun 50 Persen
– Sejumlah bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga beberapa pekan terakhir. Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak menampik situasi tersebut dan akan menelusuri penyebabnya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, selain beras, harga bahan pokok seperti cabai hingga telur memang terpantau melonjak tajam.
”Nanti kita lihat apa sebabnya (harga telur naik, Red). Memang harga pakan jagung naik. Kalau itu terus berlanjut, seperti yang lalu, harga jagung disubsidi Rp 1.000 per kilogram sehingga ia bisa mendapat pakannya, sehingga bisa kembali lagi (normal) harganya,” ujar dia.
Untuk cabai, menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim, kenaikan harga terjadi lantaran adanya gangguan produksi di beberapa wilayah akibat perubahan iklim. ”Kenaikan harga diduga karena adanya gangguan produksi di beberapa wilayah sentra produksi,” ungkapnya.
Isy berharap gangguan produksi tidak berlangsung lama sehingga pasokan cabai akan kembali terpenuhi dan terkendali memasuki periode Ramadan hingga Lebaran 2024. ”Apabila tidak terjadi gangguan panen, diprediksi pasokan akan dapat terpenuhi dan harga dapat terkendali pada periode puasa sampai Lebaran,” bebernya.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengamini kondisi gejolak harga di lapangan. Kenaikan harga bahan pokok tidak hanya terkonsentrasi pada komoditas beras, tapi juga cabai merah hingga minyak goreng. Dia juga mencatat kenaikan harga ayam ras mulai terjadi di sejumlah daerah karena tingginya permintaan pasar. ”Hal ini sejalan dengan situasi Indonesia yang akan memasuki bulan suci Ramadan,” ujarnya.
Reynaldi menambahkan, ketidakstabilan pasokan ditambah dengan harga yang tinggi membuat pedagang mengalami penurunan omzet. ”Perhitungan kami, keuntungan pedagang sudah turun 45 sampai 50 persen dampak kenaikan harga,” imbuhnya.
Sebetulnya, dari data early warning system (EWS) yang dikelola Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), ketersediaan aneka cabai pada bulan Februari dinilai aman. Produksi cabai rawit utama yang berasal dari Kabupaten Malang diprediksi sebanyak 15.233 ton. Lalu di Temanggung sebanyak 7.200 ton dan di Garut 6.950 ton.
Kemudian, untuk komoditas cabai besar, produksi utamanya berasal dari Kabupaten Sleman sebanyak 17.028 ton, Garut sebanyak 9.466 ton, dan Bandung sebanyak 3.795 ton. Karena itu, Direktorat Jenderal Hortikultura optimistis pasokan cabai untuk 2024 bakal tercukupi. Pasokan juga aman menjelang hari besar keagamaan negara (HBKN) kali ini.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Andi Muhammad Idil Fitri mengungkapkan, pihaknya bersama petani champion memastikan telah mengamankan pasokan cabai, khususnya menjelang bulan Ramadan. Menurut dia, dengan kondisi pertanaman cabai mulai banyak di wilayah sentra, masyarakat tidak perlu khawatir dengan ketersediaan cabai.
”Karena banyak petani yang sudah mulai menanam cabai, tentunya kebutuhan cabai di masa Ramadan dan Idul Fitri kita prediksi aman. Kami juga memiliki champion cabai yang selalu siap siaga dengan stok di lapangan dan tentunya siap terlibat aktif untuk penanganan stok cabai,” ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya tetap menyiapkan sejumlah langkah antisipasi menghadapi kenaikan harga yang biasa terjadi menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Salah satunya melalui kebijakan pengamanan buffer stock atau penggunaan skema dengan tujuan untuk menstabilkan harga di pasar yang fluktuatif. ”Pengamanan buffer stock dilakukan melalui pengamanan panen di sentra produksi melalui skema kemitraan dengan petani champion,” ujarnya.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Malang Heri Suntoro menambahkan, saat ini hasil panen cabai di Malang berasal dari berbagai kecamatan yang menjadi sentra produksi. Seperti Kecamatan Dampit, Poncokusumo, Tumpang, Karangploso, dan Pujon seluas 5.784 hektare. Selain itu, terdapat pula pertanaman cabai usia dua bulan yang ditanam pada Desember 2023 sampai Februari 2024 seluas 3.408 hektare yang berada di Kecamatan Poncokusumo, Wajak, Tumpang, Karangploso, Pujon, Ngantang, dan Dampit. ”Ini untuk pengamanan masa Ramadan dan Idul Fitri,” katanya.
Diakuinya, meski kondisi pertanaman cabai rawit tidak maksimal terkena imbas El Nino serta serangan thrips dan virus kuning, hasil produksi cabai di Malang masih cukup melimpah. Sehingga bisa memenuhi permintaan pasar lokal serta dikirim juga ke Pasar Induk Pare.
Sementara itu, Ketua Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo mengungkapkan, strategi pemerintah dalam menggerakkan para champion dalam menjaga pasokan cabai saat ini cukup efektif. Dengan koordinasi dan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan mitra binaan, semua bisa dikelola dan dirancang dengan baik.
”Utamanya dalam pengamanan pasokan jelang HBKN. Jelang Ramadan kali ini pun kami siap terlibat aktif dalam penyediaan produk cabai untuk masyarakat,” jelasnya. (agf/mia/c9/fal)
Tag: #harga #beras #cabai #telur #naik #omzet #pedagang #turun #persen