Produksi Turun, Beras Punya Andil Terbesar terhadap Inflasi
Sejumlah warga yang tidak mendapatkan kupon tetap antre untuk mendapatkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Kantor Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024). (IMAM HUSEIN/JAWA POS)
13:45
2 Maret 2024

Produksi Turun, Beras Punya Andil Terbesar terhadap Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan produksi beras nasional pada 2023 turun sebanyak 440 ribu ton atau 1,39 persen dibandingkan 2022. Penurunan itu dampak dari penurunan jumlah panen.

Pantauan Jawa Pos, sejumlah minimarket di Depok, Jawa Barat, belum menyediakan beras premium. Misalnya, di sebuah minimarket di Jalan Pondok Petir, sama sekali tidak ada beras premium 5 kg yang dijual. Hanya beras merah 2 kg yang masih tersedia.

Begitu pula di minimarket berbeda di Jalan Kramat, tidak ada stok beras premium 5 kg. Salah seorang kasir menyebut bahwa sudah hampir sebulan tidak ada beras yang tersedia.

Sedangkan harga beras di pedagang eceran juga melambung. Misalnya, di sebuah toko di Jalan Kramat, Artiningsih, pemilik toko, mengaku sudah sebulan harga beras selalu tinggi. ”Yang awalnya Rp 13 ribu per liter, sekarang dijual Rp 15 ribu per liter,” urainya.

Hal serupa dirasakan Latif, pedagang toko kelontong di Jalan Taqwa. Menurut dia, tokonya hanya menyediakan dua jenis beras. Harga awal beras Rp 10 ribu dan Rp 13 ribu. ”Semua sejak sebulan lalu naik jadi Rp 13 ribu dan Rp 15 ribu. Belum turun juga harganya,” urainya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan, pada 2022 jumlah produksi beras nasional mencapai 31,54 juta ton dan pada 2023 hanya 31,10 juta ton. ”Penurunan produksi ini dampak dari penurunan luas panen padi dan produksi padi, bisa jadi akibat El Nino,” terangnya.

BPS juga membandingkan produksi beras periode Januari–April 2023 dengan periode yang sama pada 2024. Pada Januari hingga April 2023, jumlah produksi beras mencapai 12,98 juta ton, lalu dengan periode yang sama pada 2024 diprediksi produksi beras hanya 10,71 juta ton. ”Kalau dibandingkan 2023 dengan 2024, diprediksi turun 17,52 persen,” paparnya.

Menurutnya, penurunan produksi beras terjadi di sejumlah daerah lumbung padi. Di antaranya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Banten. ”Kenaikan produksi ada di Jawa Timur, Sumbar, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Lampung,” jelasnya.

Selain itu, BPS mencatat inflasi pada Februari 2024 sebesar 2,75 persen year-on-year (YoY) dan 0,37 persen secara bulanan. Realisasi tersebut meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya di level 2,57 persen YoY dan 0,2 persen month-to-month (MtM). Komoditas beras kembali mengalami inflasi 5,32 persen dengan andil 0,21 persen.

”Komoditas beras memberikan andil inflasi terbesar. Baik secara month-to-month, year-to-date (YtD), maupun year-on-year. Secara umum, kenaikan harga beras terjadi di 37 provinsi,” ujar Habibullah.

Peningkatan indeks harga konsumen (IHK) Februari 2024 secara tahunan meningkat dari 102,75 menjadi 105,58. Sedangkan secara bulanan juga terkerek menjadi 105,58 dari 105,19 di Januari 2024. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh indeks kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 6,36 persen.

”Telur dan daging ayam ras turut memberikan andil terhadap inflasi umum masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,02 persen,” imbuhnya. (idr/han/wan/c6/ttg)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #produksi #turun #beras #punya #andil #terbesar #terhadap #inflasi

KOMENTAR