Jika Tidak Diantisipasi, Kenaikan Harga Beras Bisa Berlanjut Hingga Ramadan dan Lebaran
Sejumlah warga yang tidak mendapatkan kupon tetap antre untuk mendapatkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Kantor Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024). (IMAM HUSEIN/JAWA POS)
21:54
21 Februari 2024

Jika Tidak Diantisipasi, Kenaikan Harga Beras Bisa Berlanjut Hingga Ramadan dan Lebaran

- Beras menjadi komoditas utama yang paling dicari masyarakat. Beras sempat hilang di sejumlah pasar modern, terutama untuk beras premium. Jika pun ada di pasaran, harga terus naik. Kenaikan harga beras ini berpotensi berlanjut hingga bulan puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri, jika tidak segera diantisipasi.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi mengatakan, kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal Februari seharusnya sudah diantisipasi sejak jauh-jauh hari. Kenaikan harga beras dan komoditas pangan lain umumnya sudah terjadi sejak September 2023 dengan harga Rp 12.685 dan pada Februari 2024 naik hingga harga Rp 13.187 per kilogram.

“Kenaikan harga beras salah satunya dikarenakan oleh minimnya ketersediaan yang diakibatkan oleh musim panen, dan cuaca. Di tengah fluktuasi harga yang kian meningkat, saat ini stabilisasi harga harus menjadi fokus utama untuk menghindari peningkatan inflasi,” ujar Azizah Fauzi dalam keterangannya yang diterima JawaPos.com pada Rabu (21/2).

Azizah menyebut, menurut panel harga pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) pada 14 Februari, harga beras medium II naik sebesar 6,25 persen atau Rp 900/kilogram menjadi Rp 14.250/kilogram, jika dibandingkan dengan harga Januari 2024.

Dari data yang dihimpun CIPS dalam Food Monitor, harga pada hari Pemilu 2024 lebih mahal sebesar 15,41 persen dari harga rata-rata pada Februari 2023. Kenaikan itu menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Jika harga beras akan terus naik, maka biaya hidup secara keseluruhan pun akan meningkat.

Ketika harga beras naik, biaya produksi makanan juga cenderung meningkat, karena beras menjadi bahan baku dalam banyak produk makanan. Kenaikan biaya produksi ini kemudian dapat menyebabkan naiknya harga-harga lainnya, karena produsen akan menaikkan harga produk mereka untuk menutupi biaya tambahan.

Kenaikan harga beras akan berdampak pada peningkatan tingkat inflasi, mengingat beras merupakan salah satu komoditas pokok yang menyumbang 3 persen pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan untuk menghitung inflasi.

Beras sudah sejak lama berkontribusi pada angka inflasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2023 menunjukkan beras sebagai komoditas penyumbang utama andil inflasi. Beras memiliki andil sebesar 0,18 persen dalam inflasi month to month, dan 0,55 persen dalam inflasi year on year. Komoditas yang satu ini kembali mengalami inflasi sebesar 0,64 persen (month-to-month/mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen pada Januari 2024.

Sementara itu, daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, akan semakin menurun. Pemutusan hubungan kerja di beberapa sektor diperkirakan juga menambah berat beban pengeluaran mereka.

Berbagai faktor berkontribusi pada kenaikan harga beras. Salah satunya kondisi cuaca saat ini yang mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah penghasil beras, seperti Cianjur.

El-Nino yang menyebabkan musim kemarau berkepanjangan sehingga berkurangnya pasokan atau suplai beras. Selain itu, terdapat juga faktor permintaan yang meningkat di tengah masa kampanye, beras kerap masuk dalam program tebus murah paket sembako.

Pemerintah melalui Perum Bulog merencakana impor 200 ribu ton beras yang didatangkan dari Thailand dan Tiongkok hingga Maret 2024 untuk menjamin stok pasar. Rencana impor beras ini diharapkan dapat efektif menstabilkan harga, apalagi menghadapi bulan puasa Ramadan pada pertengahan Maret.

Meskipun saat ini pemerintah telah mengumumkan berbagai langkah untuk mengendalikan harga beras. Namun, kebijakan yang dapat mengantisipasi permasalahan ketersediaan dan harga dalam jangka panjang selayaknya menjadi fokus utama.

Peningkatan produktivitas melalui penggunaan input bermutu, perbaikan sarana dan prasarana pertanian, hingga kebijakan yang lebih terbuka pada perdagangan internasional sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan menjaga keterjangkauan masyarakat kepada harga pangan.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #jika #tidak #diantisipasi #kenaikan #harga #beras #bisa #berlanjut #hingga #ramadan #lebaran

KOMENTAR