BSI Siapkan Restrukturisasi Pembiayaan Warga Terdampak Bencana di Sumatera
Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo (kiri) mengenalkan BSI Gold kepada Menteri Perekonomian RI Airlangga Hartanto (tengah) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) saat mengunjugi booth BSI di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025 di Jakarta, Rabu (8/10/2025). (Salman Toyibi/Jawa Pos)
19:45
18 Desember 2025

BSI Siapkan Restrukturisasi Pembiayaan Warga Terdampak Bencana di Sumatera

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyiapkan program relaksasi dan restrukturisasi pembiayaan bagi warga terdampak bencana alam di sejumlah wilayah Sumatera, khususnya Aceh, Sumatera Barat, dan Medan. Kebijakan ini menjadi bentuk dukungan konkret BSI untuk meringankan beban nasabah di tengah kondisi force majeure akibat bencana hidrometeorologi.

Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, relaksasi dan restrukturisasi pembiayaan ditujukan untuk membantu meringankan beban nasabah. Kebijakan tersebut diberikan agar nasabah memiliki ruang untuk bangkit dan memulihkan aktivitas ekonomi.

"BSI berkomitmen selalu hadir mendampingi nasabah, khususnya di saat-saat sulit. Program relaksasi pembiayaan ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi nasabah untuk fokus pada pemulihan, tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian dan ketentuan yang berlaku," kata Anggoro, Kamis (18/12).

Anggoro menjelaskan, BSI menerapkan tiga fase penanganan bagi nasabah terdampak. Fase pertama berupa restrukturisasi kolektif dengan pemberian masa tenggang (grace period) sejak Desember 2025 hingga Maret 2026. Pada periode tersebut, nasabah yang memenuhi kriteria mendapatkan kelonggaran penundaan pembayaran angsuran pembiayaan.

Fase berikutnya berupa relaksasi melalui restrukturisasi dengan skema rescheduling atau penjadwalan ulang. Restrukturisasi dilakukan secara selektif untuk segmen UMKM, ritel, dan konsumer, dengan mempertimbangkan profil risiko, prospek usaha, serta kemampuan bayar nasabah sesuai ketentuan regulator.

Hingga September 2025, total pembiayaan BSI tercatat mencapai Rp 301 triliun. Portofolio pembiayaan didominasi segmen konsumer dan ritel sebesar 72,42 persen. Kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) gross di level 1,86 persen.

Dalam pelaksanaannya, BSI terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kementerian terkait, pemerintah daerah, serta lembaga penanggulangan bencana. Koordinasi tersebut dilakukan agar setiap kebijakan relaksasi tetap berjalan hati-hati dan selaras dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).

Anggoro berharap masyarakat terdampak bencana dapat segera pulih dan kembali beraktivitas. Dia juga mengimbau nasabah terdampak di wilayah Aceh untuk menghubungi kantor cabang BSI terdekat atau layanan BSI Call Center 14040 guna memperoleh informasi terkait mekanisme dan persyaratan program relaksasi pembiayaan.

Anggoro menambahkan, hingga 18 Desember 2025, sebanyak 140 dari 145 kantor cabang BSI di Aceh telah kembali beroperasi normal atau mencapai 97 persen dari total jaringan. Selain kantor cabang, layanan BSI di Aceh juga didukung 715 unit ATM, dengan tingkat operasional sekitar 78 persen, serta 17.126 agen BSI Agen Laku Pandai yang 89 persennya sudah dapat diakses.

Nasabah diimbau memanfaatkan layanan digital BYOND by BSI maupun BSI Agen terdekat untuk memudahkan transaksi dan efisiensi waktu. "Jika terdapat kendala, nasabah juga dapat menghubungi BSI Call 14040," imbuh Anggoro.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #siapkan #restrukturisasi #pembiayaan #warga #terdampak #bencana #sumatera

KOMENTAR