Wall Street Terkoreksi, Investor Cerna Data Ekonomi dan Arah Suku Bunga The Fed
Ilustrasi Wall Street.()
06:52
17 Desember 2025

Wall Street Terkoreksi, Investor Cerna Data Ekonomi dan Arah Suku Bunga The Fed

- Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak di zona merah pada perdagangan Selasa (16/12/2025) waktu setempat.

Investor masih bersikap hati-hati sambil mencermati serangkaian data ekonomi Paman Sam yang dirilis terlambat untuk membaca arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) di 2026.

Mengutip Reuters, Rabu (17/12/2025), Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 303,67 poin atau 0,63 persen ke level 48.112,89.

Indeks S&P 500 melemah 28,91 poin atau 0,42 persen ke posisi 6.787,60, sementara Nasdaq Composite terkoreksi tipis 14,24 poin atau 0,06 persen ke level 23.043,18.

Tekanan terjadi hampir merata di seluruh sektor.

Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, hanya sektor teknologi informasi yang mampu bertahan di zona hijau.

Sektor energi menjadi penekan terdalam setelah harga minyak mentah jatuh ke level terendah sejak 2021.

Adapun sektor kesehatan ikut terseret turun 1,7 persen.

Saham Pfizer menjadi sorotan setelah anjlok 5,1 persen.

Perusahaan farmasi raksasa itu memperkirakan kinerja yang lebih menantang pada 2026, seiring melemahnya penjualan produk terkait Covid-19, serta tergerusnya margin keuntungan.

Secara teknikal, pergerakan indeks S&P 500 dan Nasdaq kini berada di sekitar level terendah dalam tiga pekan terakhir.

Situasi ini mencerminkan berlanjutnya ketidakpastian pasar terkait waktu dan besaran pemangkasan suku bunga, di tengah kekhawatiran investor atas valuasi saham teknologi yang dinilai sudah terlalu mahal.

Dari sisi makroekonomi, laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penambahan lapangan kerja nonpertanian (nonfarm payrolls) sebanyak 64.000 pada November 2025.

Angka tersebut membaik dibandingkan Oktober 2025, yang tertekan akibat pemangkasan belanja pemerintah.

Namun, perbaikan itu dibayangi kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,6 persen pada November 2025.

Tekanan ekonomi dinilai masih berlanjut, terutama di tengah kebijakan perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump.

Laporan lain yang dirilis pada Selasa juga menunjukkan penjualan ritel AS stagnan pada Oktober, sedikit di bawah ekspektasi ekonom dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan 0,1 persen.

Sejumlah analis menilai data ekonomi tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi riil karena terdistorsi lambatnya proses pengumpulan data akibat penutupan sementara pemerintahan (government shutdown) yang terjadi sebelumnya.

“Ini pada dasarnya bukan kabar baru. Sebagian besar data dilihat dari sudut pandang dampaknya terhadap The Fed, dan data yang dirilis hari ini kemungkinan tidak cukup kuat untuk mengubah arah kebijakan,” ujar Chief Market Strategist Nationwide, Mark Hackett.

Meski demikian, pasca rilis data pada Selasa, pelaku pasar kini memproyeksikan pemangkasan suku bunga The Fed setidaknya sebesar 58 basis poin pada tahun depan.

Angka tersebut lebih dari dua kali lipat sinyal pemangkasan 25 basis poin yang disampaikan The Fed pada pertemuan pekan lalu.

“Pergerakan harga minyak hari ini menjadi faktor yang paling menonjol. Selebihnya, pasar terlihat lesu dengan investor cenderung mengambil sikap menunggu,” papar Hackett.

Tag:  #wall #street #terkoreksi #investor #cerna #data #ekonomi #arah #suku #bunga

KOMENTAR