



Gen Alpha Lebih Melek Finansial, Simak 2 Tips Anak di Era Serba Instan
Di era serba instan, ketika Gen Alpha dengan mudah mengakses layanan pengantaran cepat, sebagian orangtua mulai bertanya-tanya bagaimana cara mengajarkan anak keterampilan mengelola uang.
Lahir antara tahun 2010 hingga 2024, Gen Alpha berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh besar dengan smartphone di tangan dan kemampuan berbelanja hanya dengan satu kali klik.
Faktanya, daya beli mereka sangat besar. Menurut riset dari perusahaan teknologi finansial GoHenry—penyedia kartu debit untuk anak-anak di Inggris, AS, Prancis, dan Spanyol—anak-anak Gen Alpha menghabiskan sekitar 92 juta pound atau setara Rp 2 triliun antara 2023 dan 2024. GoHenry merilis Youth Economy Report pada September 2024, berdasarkan data dari 311.832 anak pengguna GoHenry.
Sebagian besar uang ini digunakan untuk layanan daring. Anak-anak pengguna GoHenry membelanjakan lebih dari 3 juta pound (Rp 66,6 miliar) untuk layanan pesan-antar makanan, meningkat 113% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, hampir setengah dari mereka gemar belanja di platform media sosial seperti TikTok Shop, Facebook Marketplace, dan Instagram.
Menurut lembaga riset McCrindle, jejak ekonomi Gen Alpha diperkirakan mencapai 5,46 triliun dollar AS atau Rp 88.452 triliun pada tahun 2029.
"Kenyamanan dan kecepatan telah menjadi norma," ujar Louise Hill, pendiri GoHenry, kepada CNBC Make It.
“Salah satu hal yang perlu kita ingat saat membicarakan Gen Alpha adalah mereka sangat terbiasa dengan segalanya yang serba instan, tinggal klik tombol. Dan ini membentuk perilaku mereka dalam mengelola uang,” tambah dia.
Hill menjelaskan bahwa meskipun kini banyak sumber edukasi keuangan tersedia secara online, produk keuangan yang mudah digunakan juga semakin marak, seperti kartu kredit, sistem bayar nanti (buy now pay later/BNPL), dan pembayaran tanpa sentuhan. Hal ini membuat tantangan bagi orangtua untuk mengajarkan keterampilan finansial kepada anak-anak mereka.
Ia menekankan pentingnya anak-anak memahami bahwa “uang harus dihasilkan terlebih dahulu sebelum bisa dibelanjakan,” dan bahwa membelanjakannya harus disertai pertimbangan.
Buat Uang Menjadi ‘Nyata’
Hill mengatakan, penting bagi anak-anak untuk melihat aspek nyata dari uang seperti uang tunai agar mereka memahami nilainya. Salah satu solusinya adalah dengan memberi uang saku secara rutin, misalnya dari 50 pence (sekitar Rp 11.100) hingga 5 pound (sekitar Rp 111.000) per minggu.
Menurut dia, jika Anda memberi anak uan dan menetapkan hari tertentu untuk memberi uang saku, maka anak akan cepat menyadari bahwa setiap hari tertentu akan dapat uang.
"Kalau aku menabung empat kali, aku punya dua pound. Kalau 10 kali, aku bisa beli barang X, Y, Z,’” kata dia.
Dengan memegang uang tunai, anak-anak jadi tahu harga barang favorit mereka.
“Kita bisa beri anak beberapa koin, lalu mereka bisa memahami konsep berapa banyak koin yang harus ditukar untuk sebungkus permen dibandingkan dengan mainan yang lebih besar,” kata Hill.
Untuk remaja, Hill menyarankan metode “anggaran pizza”, yakni cara visual untuk memahami alokasi uang dalam rumah tangga.
“Bayangkan pizza sebagai gaji atau uang saku. Ajak anak menebak, seberapa besar potongan pizza yang harus diambil untuk membayar sewa rumah atau cicilan?”
Saat potongan pizza semakin kecil, anak mulai memahami seberapa banyak uang yang tersisa untuk kebutuhan hiburan.
Libatkan Anak dalam Percakapan Finansial
Anak-anak seperti spons yang menyerap sikap orangtua terhadap uang, kata Hill. Maka dari itu, penting untuk melibatkan mereka dalam percakapan mengenai keuangan keluarga.
Ia mencontohkan krisis biaya hidup di Inggris setelah pandemi Covid-19 yang sering diberitakan di media. GoHenry mendapati bahwa banyak anak yang khawatir soal krisis tersebut.
“Anak-anak menyerap semua hal, terutama saat keluarga sedang stres tentang uang,” ujar Hill.
Orangtua bisa membicarakan tantangan finansial tanpa harus menyebutkan secara langsung, misalnya jika mereka tidak mampu membayar sewa.
Contohnya, jika keluarga tidak lagi bisa membeli makanan siap saji setiap Jumat malam, maka ajak anak membuat versi fakeaway, yaitu masak makanan ala takeaway di rumah.
“Bagaimana kalau ajak anak membuat pizza dan memilih topping sendiri? Mungkin juga ikut ke supermarket untuk membeli bahan, lalu tunjukkan berapa banyak uang yang bisa dihemat dibanding membeli takeaway,” tambah Hill.
Cara ini sebut dia, bisa membuat anak merasa lebih memiliki kendali atas kebiasaan belanja mereka, serta belajar menyesuaikan pengeluaran saat keadaan keuangan berubah.
Tag: #alpha #lebih #melek #finansial #simak #tips #anak #serba #instan