Rekam Jejak Tomy Winata dan Deretan Bisnisnya
Pengusaha Tomy Winata pemilik Artha Graha.(Dok. YouTube Setpres)
10:44
30 Juni 2025

Rekam Jejak Tomy Winata dan Deretan Bisnisnya

- Presiden RI Prabowo Subianto sempat terkejut ketika melihat pemilik Artha Graha Group, Tomy Winata (TW), di acara groundbreaking pabrik baterai listrik di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu 29 Juni 2025.

Saat sedang berpidato, Prabowo tiba-tiba berhenti berbicara karena melihat Tomy Winata. Prabowo pun menyapanya. Prabowo menyebut wajah Tomy Winata sangat familiar, sehingga TW harus disapa.

"Peresmian Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM, IBC, dan CBL. Saudara-saudara sekalian, saya menyambut dengan sangat bahagia dan sangat bangga acara ini," ujar Prabowo.

"Memang biasanya saya tidak mau ada... TW ada di sini... Muka familiar, jadi, harus saya sapa juga," sambungnya seraya menunjuk Tomy Winata.

Tomy Winata pun berdiri ketika disapa Prabowo. Tomy Winata tampak menelungkupkan tangannya sebelum duduk kembali.

Bisnis Tomy Winata

Sebenarnya tak banyak informasi seputar rekam jejak pengusaha Tomy Winata di internet. Ia merupakan pendiri dan pemilik Artha Graha Group atau juga dikenal dengan AG Network.

Dilihat dari LinkedIn perusahaan, Artha Graha merupakan konglomerasi yang bergerak di 4 bisnis utama meliputi properti, keuangan, industri argo, dan hospitaliti.

Selain 4 bisnis utama, Artha Graha Network juga merambah ke bisnis pertambangan, media, hiburan, ritel, dan telekomunikasi.

Sosok Tomy Winata juga dikenal sangat dekat dengan konglomerat pemilik Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan.

Salah satu anak usaha Artha Graha Network adalah Bank Artha Graha. Dilihat di situs resmi bank ini, Tomy Winata bersama dengan Aguan menjabat sebagai wakil komisaris utama.

Sementara Komisaris Utama Artha Graha adalah Kiki Syahnakri yang merupakan pensiunan jenderal TNI AD yang pernah menjabat sebagai Wakasad dari tahun 2000 sampai 2002.

Pengusaha Tomy Winata juga merupakan sosok di balik perusahaan pengembang SCBD atau Sudirman Central Business District di Jalan Sudirman. Pengelolaannya dilakukan PT Danayasa Arthatama, anak usaha Artha Graha Network.

PT Danayasa Arthatama pernah berstatus perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun kemudian memutuskan mundur dari pasar modal (voluntary delisting) pada tahun 2020.

Sosok pemilik Artha Graha dikenal cukup dekat dengan beberapa pensiunan jenderal TNI. Pada tahun 1988 misalnya, bisnis Artha Graha banyak menggandeng Yayasan Kartika Eka Paksi, sebuah yayasan di bawah TNI AD, seperti pembangunan kantor dan barak militer.

Artha Graha dan Yayasan Kartika Eka Paksi mengakuisisi dan merevitalisasi Bank Propelat hingga kemudian mengganti namanya menjadi Bank Artha Graha.

Beberapa bisnis yang diketahui terafiliasi dengan Artha Graha Network milik Tomy Winata antara lain Hotel Borobudur, dan Hotel Discovery Jakarta.

Tomy Winata juga lama terjun di bisnis pangan dari mulai impor daging, budidaya sayur, peternakan ayam, hingga budidaya beras. Bisnis ini dikelola oleh anak usaha Artha Graha lainnya, PT Sumber Agro Semesta (SAS).

Inisiator JJS dan Rempang Eco City

Sementara merangkum dari beberapa pemberitaan lama KOMPAS.com, sosok pengusaha Tomy Winata pernah santer diberitakan di akhir periode kedua pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, Artha Graha Network mewacanakan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JJS).

Sempat melakukan studi kelayakan, proyek bernilai puluhan triliun ini urung dilaksanakan. Di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), JJS tak masuk dalam Rencana Jangka Menegnah Nasional atau RPJMN 2015-2025.

Bisnis Tomy Winata kembali diperbincangkan publik pada April 2023. Perusahaannya, PT Makmur Elok Graha yang bekerja sama dengan Badan Pengusaha (BP) Batam, berencana membangun Rempang Eco City.

Investasi dalam proyek tersebut senilai Rp381 triliun, dan direncanakan menyerap 306 ribu orang, dengan membangun 50 persen pulau sebagai kawasan industri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Pulau Rempang memiliki luas 16.583 hektare, terdiri dari dua kelurahan, yakni Kelurahan Rempang Cate dan Sambulang, dengan jumlah penduduk sebanyak 7.512 jiwa.

Proyek Rempang Eco City kemudian jadi kontroversi setelah adanya konflik lahan antara perusahaan dengan penduduk setempat yang menolak direlokasi.

 

Tag:  #rekam #jejak #tomy #winata #deretan #bisnisnya

KOMENTAR