



Menabur Benih dan Bibit untuk Swasembada Pangan Nasional
- Dwi (45 tahun) memamerkan puluhan bibit sayuran siap tanam lewat booth berukuran 2x2 meter, setelah memboyong bibit dari Desa Siraman, Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, menuju Jakarta.
Dwi tengah berpartisipasi dalam Pameran TaniFest yang digelar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di halaman Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, sejak Selasa (25/6/2025) kemarin.
Ia hadir dengan brand Seedling And Fruits yang menyediakan bibit sayuran siap tanam.
Benih yang sudah berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman muda tersebut merupakan berbagai jenis sayuran berbuah, seperti cabai, tomat, hingga terong.
“Identiknya sih untuk sayuran buah, mungkin cabai, tomat, terong. Tapi juga bisa pepaya, semangka, dan melon,” ujar Dwi saat ditemui Kompas.com di lokasi, Rabu (25/6/2025).
Keterlibatan pria berkulit sawo matang ini dalam Pameran TaniFest bukan semata memperluas pasar dari usaha mandirinya saja, lebih dari itu.
Ia ingin membantu para petani yang kerap melakukan penyemaian sayur sebelum dipindahkan ke lahan tanam utama.
Bagi Dwi, produk yang ia tawarkan bisa memangkas waktu tanpa harus menyemai benih untuk menghasilkan bibit yang sehat dan kuat.
“Jadi yang selama ini petani harus bikin semayan, harus menyemai benih sayuran dulu sebelum siap tanam. Nah kami memberikan bibit sayuran yang siap tanam. Sehingga untuk mengurangi waktu ketika pengen cepat,” paparnya.
Saat ini Dwi fokus memasarkan bibit sayuran siap tanam di Pulau Sumatera. Beberapa di antaranya, Lampung, Palembang, hingga Jambi.
Soal harga pun cukup murah, yaitu sebesar Rp 2.000 per batang.
Sama halnya dengan Dwi, Nanda Aditya (25 tahun) dan beberapa rekannya juga terlibat dalam pameran TaniFest.
Mereka mempromosikan produk benih tanaman yang diproduksi Halbanero. Beberapa di antaranya cabai rawit, kacang panjang, timun, hingga buncis.
Nanda mengaku bahwa perusahaan tempat ia bekerja tengah berekspansi untuk memperkenalkan benih tanam. Upaya perluasan pasar ini menyasar para petani di berbagai daerah.
Pria asal Kediri, Jawa Timur, itu yakin ketersediaan benih berkualitas merupakan kunci awal dari pencapaian swasembada pangan.
Benih yang memadai dan punya mutu berasal dari varietas unggul, sehingga target swasembada pangan bisa tercapai.
“Tujuan kami ke sini, sebenarnya kalau ngomongin penjualan memang tidak relevan karena segmen kita kan petani, sementara di sini tidak semua peserta atau pengunjung yang hadir kan petani,” ucap Dwi kepada Kompas.com.
“Namun kita menunjukkan eksistensi kami bahwa perusahaan kami itu memang kecil. Tapi kita mampu show off kok, berkembang di nasional, kita mampu di Jakarta, itu menunjukkan bahwa kami ini ada lho,” lanjutnya.
Untuk benih cabai, lanjut Nanda, Halbanero menyediakan tipe merunduk dan tegak. Bahkan merunduk terbagi ke dalam jenis shypoon, plastari, ponirun, dan brontoseno.
Benih shypoon merujuk pada varietas cabai rawit yang terkenal dengan buahnya menggantung ke bawah dan memiliki potensi hasil tinggi.
Cabe shypoon ini dikembangkan Halbanero dan dipastikan toleran terhadap virus gemini, antraknosa, dan layu. Kemudian, tipe tegaknya ada sakagidua. Benih ini dikenal tahan virus dan memiliki potensi hasil yang tinggi.
Sakagidua memiliki buah tegak dengan warna hijau muda saat muda dan merah oranye saat tua, dengan ukuran buah 3-4 cm dan diameter 1-1,2 cm.
“Kalau paling sustain ya, jadi kita ada namanya plastari. Jadi cabai rawit tipe ini sudah dari produk lama. Tapi untuk penjualan kalau dilihat dari grafik marketing itu sustain, artinya dia stabil terus di angka segitu, naik turunnya nggak jauh dari angka itu,” tutur Nanda.
Tag: #menabur #benih #bibit #untuk #swasembada #pangan #nasional