Pengamat Minta Semua Waspada Harga BBM Pertalite Bisa Naik Imbas Konflik Iran-Israel
Pengendara melakukan pengisian bahan bakar jenis Pertalite di SPBU Pertamina, Jakarta, Selasa (10/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
10:41
24 Juni 2025

Pengamat Minta Semua Waspada Harga BBM Pertalite Bisa Naik Imbas Konflik Iran-Israel

Konflik antara Iran dan Israel ini membuat ketidakpastian bagi harga komoditas, salah satunya harga minyak mentah dunia. Apalagi, jika harga minyak mentah itu melesat akan berimbas pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.

Sebab, harga minyak dunia merupakan salah satu acuan bagi pemerintah maupun PT Pertamina (Persero) untuk menentukan harga BBM di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, meminta semua waspada atas lonjakan harga minyak mentah dunia itu. Karena akan sangat memengaruhi struktur harga BBM nasional, termasuk jenis subsidi seperti Pertalite.

"Sangat berpengaruh pada harga BBM, dampak perang tersebut akan langsung dirasakan oleh Indonesia karena akan mengerek naik harga minyak mentah dunia dan itu akan pengaruh langsung pada harga BBM," ujar Bisman saat dihubungi Suara.com, Selasa (24/6/2025).

Warga melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina, Jakarta, Jumat (22/11/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]Warga melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina, Jakarta, Jumat (22/11/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Bisman menyebut kemungkinan kenaikan harga BBM, baik yang termasuk Public Service Obligation (PSO) seperti Pertalite dan Solar, maupun non-PSO seperti Pertamax, sangat besar jika kondisi konflik tidak menunjukkan tanda-tanda mereda dalam waktu dekat.

"Sangat besar kemungkinan kenaikan harga BBM, baik harga BBM PSO (subsidi) maupun BBM non PSO. Jika kondisi beberapa hari ini konflik Iran-Israel tidak mereda dan harga minyak mentah dunia naik, maka kemungkinan BBM akan naik terutama BBM non PSO," imbuh dia.

Menurutnya, meskipun pemerintah kemungkinan besar masih akan menahan kenaikan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat, hal itu tetap membawa konsekuensi fiskal yang serius.

Beban subsidi yang membengkak akibat harga minyak dunia yang tinggi bisa memperparah tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang saat ini juga sedang dalam tekanan.

"Untuk harga BBM subsidi (PSO) ada kemungkinan naik juga, namun pasti pemerintah akan berpikir panjang. Untuk sementara belum akan naik sehingga beban subsidi semakin besar dan akan ditanggung oleh APBN yang juga sedang tidak baik kondisinya. Namun jika kenaikan terus meningkat saya kira tidak ada pilihan bagi Pemerintah selain juga menaikkan harga BBM PSO," kata Bisman.

Harga Minyak Dunia Bisa Tembus USD 100

Bisman menekankan, harga minyak mentah dunia sangat sensitif terhadap ketegangan geopolitik, terlebih jika terjadi gangguan langsung terhadap produksi atau distribusi dari negara penghasil minyak utama seperti Iran.

"Harga minyak mentah dunia sangat sensitif terhadap kondisi geopolitik dan konflik global, jadi dipastikan konflik Iran vs Israel yang semakin memanas akan mempengaruhi dan menjadi pemicu kenaikan harga crude oil. Apalagi Iran merupakan produsen besar minyak bumi yang apabila proses produksi atau jalur distribusi di Iran kena dampak, maka akan semakin potensial terjadi kenaikan signifikan," imbuh dia.

Menurutnya, keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini akan memperluas cakupan eskalasi dan berdampak langsung pada pasar energi global. Dengan ketidakpastian yang tinggi terhadap masa depan jalur distribusi minyak, seperti di Selat Hormuz, maka potensi harga minyak dunia menembus USD 100 per barel bahkan lebih sangat terbuka.

"Perkembangannya konflik perang tersebut semakin memanas, apalagi AS ikut-ikutan juga yang berarti konflik global semakin meluas, apalagi juga sudah pengaruh pada fasilitas produksi dan distribusi minyak bumi, jadi sangat memungkinkan harga akan tembus USD 100 bahkan bisa jadi lebih," imbuh Bisman.

Harga Minyak Dunia Turun

Ilustrasi: Kilang Minyak. (sxc.hu)Ilustrasi: Kilang Minyak. (sxc.hu)

Harga minyak dunia merosot hingga 7 persen pada Senin 23 Juni 2025, atau turun USD 5 per barel setelah Iran memutuskan untuk tidak menutup Selat Hormuz.

Sebagai gantinya, Iran membalas serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya dengan meluncurkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar.

Seperti dinukil Reuters, Selasa, 24 Juni 2025, minyak mentah Brent ditutup turun sebesar USD 5,53 atau 7,2 persen ke level USD 71,48 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga jatuh USD 5,53 atau 7,2 persen menjadi USD 68,51.

Kondisi Ini menjadi penurunan harian tertajam bagi Brent sejak Agustus 2022.

“Aliran minyak saat ini bukanlah target utama dan kemungkinan tidak akan terdampak. Saya kira akan ada pembalasan militer terhadap pangkalan-pangkalan AS dan/atau upaya untuk menyerang lebih banyak target sipil Israel,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.

Di awal perdagangan Asia, harga Brent sempat melonjak hampir 6 persen karena kekhawatiran pasar bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis di mana sekitar 20 persen pasokan minyak global dikirimkan.

Namun, tidak adanya aksi nyata dari Iran terhadap jalur tersebut membuat kekhawatiran pasar mereda dan harga minyak berbalik arah.

Iran yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), sebelumnya mengancam akan menutup Selat Hormuz. Meski begitu, serangan balasan yang dilakukan lebih mengarah pada target militer, bukan infrastruktur energi global.

Editor: Achmad Fauzi

Tag:  #pengamat #minta #semua #waspada #harga #pertalite #bisa #naik #imbas #konflik #iran #israel

KOMENTAR