



BI Ungkap Penyebab Rupiah Menguat di Tengah Perang Dagang
- Bank Indonesia (BI) mengungkap sejumlah faktor yang membuat nilai tukar rupiah tetap menguat di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian akibat dinamika tarif resiprokal Amerika Serikat (AS), perang dagang, dan konflik geopolitik.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, penguatan rupiah terjadi karena masuknya modal asing ke instrumen surat berharga negara (SBN) dan pasokan valas dari residen.
Sejak awal hingga pertengahan Juni 2025, dana asing masuk ke SBN sebanyak Rp 11 triliun, dan sejak awal tahun mencapai Rp 43,5 triliun.
Bersamaan dengan itu, dana asing yang keluar (outflow) dari pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga mulai mereda, meski masih terjadi outflow yang relatif kecil sekitar Rp 3 triliun dan Rp 5 triliun.
"Jadi ini juga sebenarnya menyebabkan kenapa di sepanjang bulan Mei dan Juni, Juni pertengahan hingga saat ini rupiah itu mengalami penguatan secara kuartalan dibandingkan dengan kuartal yang lalu, di mana kita mengalami penguatan sebesar 1,72 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (18/6/2025).
Menurut dia, masuknya dana asing di SBN pada periode tersebut karena Indonesia masih mampu menawarkan imbal hasil (yield) yang menarik bagi investor asing di tengah ketidakpastian global.
Saat ini, imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun sebesar 6,13 persen dan tenor 10 tahun sebesar 6,71 persen.
Sedangkan suku bunga SRBI tenor 6, 9, dan 13 bulan sebesar 6,22 persen, 6,26 persen, dan 6,27 persen.
"Kita bersyukur karena dengan kondisi global yang memang risiko masih cukup tinggi, tapi ternyata kita masih menjadi negara yang bisa memberikan attractive yield untuk aset instrumen keuangan kita," ucapnya.
Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh kenaikan konversi valas ke rupiah oleh eksportir pasca implementasi penguatan kebijakan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).
Meski begitu, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko global seperti kemungkinan kenaikan tarif dagang serta eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah.
Untuk mengantisipasi dampaknya, BI terus melakukan langkah stabilisasi, termasuk optimalisasi operasi pasar terbuka yang pro-market dan triple intervention. “Kita masuk ke pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), spot, dan juga SBN untuk menjaga stabilitas rupiah sekaligus menambah likuiditas di pasar. Pembelian SBN kita saat ini sudah mencapai Rp 124 triliun,” tutur Destry.
Dengan langkah-langkah tersebut, BI optimistis dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah dinamika global yang belum mereda.
Tag: #ungkap #penyebab #rupiah #menguat #tengah #perang #dagang