



Rupiah Ditutup Melemah 61 Poin di Level Rp 16.303 per Dolar AS
- Nilai tukar atau kurs rupiah melemah 61 poin di level Rp 16.303 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan akhir perdagangan pada Jumat (13/6). Sebelumnya, rupiah sempat melemah 75 poin ke level Rp 16.242 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi menyampaikan pelemahan mata uang Garuda ini terjadi imbas kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah secara tiba-tiba. Hal ini menyusul terjadinya serangan Israel terhadap Iran yang memicu sentimen risk-off yang meluas.
"Selain itu, investor juga khawatir dengan tekanan tarif lebih lanjut setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa ia akan segera menaikkan tarif otomotif," kata Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (13/6).
Sementara itu, Israel mengatakan pada Jumat pagi bahwa mereka menyerang Iran. Adapun ledakan terdengar di Teheran saat ketegangan meningkat atas upaya AS untuk memenangkan persetujuan Iran guna menghentikan produksi bahan untuk bom atom.
Dalam pemberitaan disejumlah media, kata Ibrahim, serangan Israel terhadap Iran ditujukan untuk merusak infrastruktur nuklirnya, pabrik rudal balistiknya, dan banyak kemampuan militernya.
Di sisi lain, dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memprakirakan kinerja penjualan eceran meningkat pada Mei 2025, sebagaimana tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diprakirakan mencapai level 234,0 atau tumbuh 2,6 persen year on year (yoy).
BI mencatat, prakiraan IPR Mei 2025 tersebut meningkat apabila dibandingkan bulan sebelumnya, yakni April 2025 yang kontraksi 0,3 persen (yoy). Peningkatan kinerja penjualan tersebut didorong oleh kelompok barang budaya dan rekreasi, makanan, minuman, dan tembakau, serta subkelompok sandang.
Secara bulanan, penjualan eceran pada Mei 2025 diprakirakan mencatat kontraksi sebesar 0,6 persen month to month (mtm), tidak sedalam kontraksi pada bulan sebelumnya. Beberapa kelompok yang mengalami peningkatan penjualan adalah kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya (tumbuh 5,5 persen mtm) serta barang budaya dan rekreasi (tumbuh 0,2 persen mtm).
Sementara dari sisi harga, tekanan inflasi tiga dan enam bulan yang akan datang, yaitu pada Juli dan Oktober 2025 diprakirakan menurun. "Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juli dan Oktober 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 141,9 dan 144,5, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 146,4 dan 153,1," pungkasnya.