Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Berlanjut, Investor Kripto Wajib Waspada!
Ilustrasi Bitcoin. (Dhimas Ginanjar/Dall E/JawaPos.com)
15:09
6 Juni 2025

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Berlanjut, Investor Kripto Wajib Waspada!

- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, baru-baru ini menyatakan lewat media sosial bahwa meski ia menghormati Presiden Tiongkok, Xi Jinping, ia merasa sulit untuk mencapai kesepakatan dengan pemimpin Tiongkok itu. Diduga, yang dimaksud Trump adalah soal perjanjian dagang antara AS dan Tiongkok.

Menurut Fahmi Almuttaqin, Analis di platform investasi kripto Reku, hubungan dagang AS-Tiongkok yang belum membaik membuat investor ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Selain itu, para investor juga sedang menunggu data tenaga kerja dari AS dan keputusan suku bunga dari bank sentral Eropa.

Meski data inflasi AS bulan April lebih rendah dari perkiraan, kekhawatiran soal potensi kenaikan inflasi tetap ada. Hal ini dipicu oleh kebijakan tarif baru dari AS dan belum ada tanda-tanda bahwa The Fed (bank sentral AS) akan menurunkan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell, juga belum memberi sinyal apapun dalam pidatonya awal Juni lalu.

Di sisi lain, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok kembali meningkat. Ini terjadi menjelang berakhirnya masa penundaan kenaikan tarif pada Agustus nanti. Tiongkok menuduh AS melanggar kesepakatan dengan memberlakukan pembatasan ekspor chip AI, software desain chip, serta rencana pencabutan visa pelajar asal Tiongkok.

Sebaliknya, AS menuduh Tiongkok tidak memenuhi janjinya untuk mengekspor mineral penting. Walau Trump percaya bahwa komunikasi dengan Xi bisa meredakan ketegangan, belum ada tanda-tanda pertemuan antara kedua pemimpin itu akan segera terjadi.

Akibat ketidakpastian ini, pergerakan pasar saham dan kripto jadi lesu. Dalam dua hari terakhir, indeks saham AS seperti Nasdaq dan Dow hanya naik-turun di bawah 0,35 persen. Indeks S&P 500 bahkan cuma naik tipis 0,0074 persen pada 4 Juni. Di pasar kripto, harga aset besar seperti Bitcoin dan Ethereum juga tidak banyak berubah.

Fahmi menjelaskan bahwa belum ada sentimen baru yang kuat di pasar. Meski begitu, minat institusi terhadap Bitcoin masih cukup solid. 'Investor lebih memilih menunggu perkembangan data ekonomi dan arah kebijakan suku bunga The Fed sebelum mengambil langkah besar," kata Fahmi melalui keterangannya.

Salah satu indikator yang menarik perhatian adalah masuknya dana ke ETF Bitcoin spot. Pada 4 Juni, tercatat aliran dana masuk sebesar USD 87 juta, meski Trump baru saja menyampaikan komentar negatif soal Xi Jinping. Ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek Bitcoin masih cukup tinggi.

Dari sisi data blockchain, indikator MVRV Z-Score menunjukkan angka 2,6. Ini berarti masih ada peluang harga Bitcoin naik lebih tinggi.

“Kalau Bitcoin tidak segera naik dalam beberapa pekan ke depan, bisa jadi kita akan masuk fase ‘diam di tempat’ seperti pertengahan 2019. Namun, ini belum berarti pasar akan turun. Justru kalau pasar sideways dulu, tren naiknya bisa bertahan lebih lama, memberi waktu lebih bagi investor untuk masuk,” jelas Fahmi.

Dalam situasi seperti ini, strategi investasi bertahap atau Dollar Cost Averaging (DCA) bisa jadi pilihan menarik. Lewat strategi ini, investor membeli aset secara rutin, misalnya sebulan sekali, tanpa perlu memikirkan naik-turunnya harga.

Editor: Edy Pramana

Tag:  #ketegangan #dagang #tiongkok #berlanjut #investor #kripto #wajib #waspada

KOMENTAR