



Cerita Pegiat UMKM di BCA Expoversary 2025: Lestarikan Budaya Bangsa Hingga Menyulam Asa Lewat Tangan Istimewa
Area Bakti BCA pada hari ketiga perhelatan BCA Expoversary di Hall 3, ICE BSD, Kabupaten Tangerang, dipadati pengunjung, Sabtu (22/2). Di sana terdapat berbagai pegiat Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Bakti BCA yang memamerkan produk unggulannya.
Salah satunya, terdapat booth Wastra Warna Alam Indonesia (Warlami) yang memamerkan karya wastra atau kain tradisional berbahan warna alam. Karya-karya tersebut merupakan hasil pembinaan para pelaku wastra dari tiga daerah, yaitu Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur di NTT, serta Badui di Banten.
Suroso, Koordinator Warlami, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mengembalikan penggunaan warna alami berbasis tradisi dalam pembuatan wastra. "Melalui pelatihan dan pendampingan selama lebih dari satu hingga dua tahun (oleh Bakti BCA), para penenun diajak untuk kembali menggunakan teknik pewarnaan alami yang ramah lingkungan," ujarnya.
Kolaborasi antara BCA dan Warlami ini tidak hanya fokus pada pemberdayaan ekonomi, tetapi juga konservasi budaya dan lingkungan. "BCA memiliki visi yang kuat di bidang budaya melalui Bakti Budaya. Wastra sebagai salah satu warisan budaya Indonesia menjadi titik temu yang tepat untuk program ini," tambah Suroso.
Dalam acara BCA Expoversary, stand Wastra Warna Alam mendapatkan respons positif dari pengunjung. Menurut Suroso, antusiasme masyarakat terlihat dari banyaknya pembeli yang merupakan kolektor, penggemar wastra, dan bahkan mereka yang baru mengenal kain tradisional. "Ini bukan hanya ajang penjualan, tetapi juga edukasi dan showcase bahwa program Bakti BCA benar-benar memberikan dampak nyata," ujarnya.
Menurut Suroso, program ini tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi lebih menitikberatkan pada peningkatan kapasitas pengrajin. "Kami membantu bahan baku dan memfasilitasi event seperti ini. Namun, fokus utama adalah membekali para penenun dengan kemampuan untuk menghasilkan karya wastra menggunakan warna alami sesuai tradisi mereka," jelas Suroso.
Dukungan ini diharapkan dapat memotivasi para pelaku wastra untuk terus berkarya. "Budaya harus bisa menghidupi pelakunya. Dengan apresiasi pasar yang baik, semangat mereka akan semakin tinggi," tambahnya.
Suroso berharap event seperti BCA Expoversary dapat terus diadakan secara rutin. "Ini baru sebagian kecil dari potensi wastra Indonesia. Masih banyak daerah lain yang perlu disentuh agar budaya, lingkungan, dan ekonomi pelakunya dapat berkembang," ungkapnya.
Meski tidak menargetkan angka penjualan tertentu, Suroso optimis bahwa nilai penjualan yang baik akan meningkatkan semangat para penenun. Karya wastra yang dipamerkan memiliki harga bervariasi, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp8-9 juta.
Sementara itu, pelaku usaha lainnya, yakni Precious One, juga mendapat sambutan positif dari para pengunjung BCA Expoversary 2025. Pendirinya, Ratnawati Sutejo mengatakan, Precious One fokus pada pemberdayaan teman-teman disabilitas dan orang tua yang memiliki anak disabilitas. Semua produk yang dihasilkan di workshop ini merupakan karya tangan mereka.
Produk-produk Precious One sangat beragam, mulai dari alat peraga untuk anak-anak sekolah, baju, boneka kertas, hingga tas. Boneka kertas menjadi salah satu produk unggulan yang bisa dipesan sesuai permintaan konsumen. Misalnya, jika konsumen memiliki hobi memasak, boneka kertas bisa dibuat dengan tema orang sedang memasak.
“Kami juga menerima pesanan khusus. Misalnya, ada yang hobi naik sepeda, kami bisa buat boneka dengan tema itu. Semua produk kami unik dan berkualitas,” jelas Ratnawati.
Precious One menjalin kerjasama dengan BCA melalui program Bakti BCA. Ratnawati mengungkapkan bahwa kolaborasi ini terjalin karena visi yang sama antara Precious One dan BCA, yaitu pemberdayaan dan kepedulian sosial.
“Dukungan dari BCA sangat berarti bagi kami. Mereka memberikan kesempatan bagi produk kami untuk dikenal masyarakat luas. Ini bukan sekadar belas kasihan, tapi tentang memberikan apresiasi terhadap karya teman-teman disabilitas yang berkualitas,” ujarnya.
Selain para pengrajin, pegiat UMKM lain dari kolaborasi dengan Bakti BCA yakni Doesoen Kopi Sirap. Bermula dari kelompok tani yang mengelola kopi sejak 1993, Dusun Kopi Sirap kini telah berkembang menjadi produsen kopi berkualitas dengan produk jadi yang siap dipasarkan.
Nur Anisyah, PIC Doesoen Kopi Sirap, menceritakan bahwa awalnya dusun ini hanya menjual green bean atau biji kopi mentah ke perusahaan besar. Namun, sejak 2017, Doesoen Kopi Sirap mulai mengembangkan produk jadi dengan dukungan dari Bakti BCA. "Dulu kami hanya supplier, tapi sekarang kami punya produk sendiri berkat bantuan BCA," ujar Anisyah.
Bantuan dari Bakti BCA tidak hanya berupa alat-alat produksi, tetapi juga pelatihan manajemen keuangan, pengembangan produk baru, dan pemanfaatan media digital. Bahkan, Anisyah dan tim sempat dibawa ke Singapura untuk belajar ekspor. "Kami diajarkan bagaimana cara ekspor sendiri, dan itu sangat membantu perkembangan usaha kami," tambahnya.
Meski tidak mendapatkan bantuan dana tunai, Dusun Kopi Sirap merasakan manfaat besar dari pendampingan dan pelatihan yang diberikan. "BCA membantu kami dari segi infrastruktur, SDM, dan pendampingan. Ini sangat berarti bagi kami," jelas Anisyah.
Tag: #cerita #pegiat #umkm #expoversary #2025 #lestarikan #budaya #bangsa #hingga #menyulam #lewat #tangan #istimewa