Nasib Saham WIKA, 5 Tahun Lalu Rp 2.050, Kini Cuma Rp 204 Per Lembar

Baru-baru ini, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa melakukan suspensi atau penghentian perdagangan saham BUMN konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA.

Suspensi saham WIKA dilakukan BEI karena perusahaan pelat merah itu resmi mengumumkan gagal melunasi dua surat utang yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025.

Dua surat utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (WIKA02ACN2) dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (SMWIKA02ACN2).

Pokok Obligasi Berkelanjutan II Tahap II 2022 mencapai Rp 1,75 triliun, dengan Seri A senilai Rp 593,95 miliar.

Sementara itu, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II 2022 memiliki nilai pokok Rp 750 miliar, dengan Seri A sebesar Rp 412,90 miliar.

Saham WIKA

Sejak beberapa tahun terakhir, harga saham emiten WIKA terus mengalami penurunan tajam. Lalu kenapa saham WIKA turun terus?

Penurunan harga saham WIKA ini sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan yang kurang memuaskan, bahkan sering merugi beberapa tahun terakhit.

Mengutip Data Historis Saham yang bisa dilihat investor di laman resmi Wijaya Karya, persis 5 tahun yang lalu atau tepatnya 18 Februari 2020, harga saham WIKA pada penutupan perdagangan masih cukup tinggi di level Rp 2.050 per lembarnya.

Harga saham WIKA terus mengalami penurunan dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun.

Per 18 Februari 2025, harga saham WIKA ditutup pada level Rp 204 per lembarnya. Artinya, harga saham BUMN karya ini bisa dibilang sudah terjun bebas dengan penurunan berkalikali lipat dibanding 5 tahun silam.

Hal ini membuat investor yang memegang saham WIKA tentu saja mengalami kerugian. Harga saham ini bukan tidak mungkin bakal semakin mendekati saham gocap, sebutan untuk harga saham terendah di BEI yakni Rp 50 per lembarnya.

Berikut penurunan harga saham WIKA dari waktu ke waktu sepanjang 5 tahun terakhir: