Industri Tambang Dihadapkan dengan Tantangan Zero Fatalities
Aktivitas pengelolaan lingkungan oleh petugas PT TIA di bekas areal tambang. (Istimewa)
15:36
4 Oktober 2024

Industri Tambang Dihadapkan dengan Tantangan Zero Fatalities

- Industri tambang tidak sekadar mengeruk hasil bumi dan dieksplor hingga memiliki nilai jual saja. Lebih dari itu, semua hasil di perut bumi yang telah selesai ditambang perlu dikembalikan dalam bentuk ramah lingkungan.

Begitu juga dengan pekerjaan tambang yang penuh tantangan risiko. Di antaranya adalah risiko kecelakaan kerja. Setiap pelaku tambang memang sudah menyiapkan standarisasi operasional prosedur (SOP) agar pekerjaannya minim risiko.

Tantangan minim risiko dilakoni oleh PT Tunas Inti Abadi (TIA). Perusahaan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) pun membuktikannya. Direktur TIA Dadik Kiswanto mengatakan, selama 15 tahun terakhir telah melakukan 62 juta jam kerja. Selama jam kerja itu tidak ada korban jiwa atau zero fatalities.

"Dari sisi pengelolaan keselamatan dan pengelolaan lingkungan hidup, selama beroperasi sejak 2009, TIA mencatatkan lebih dari 62 juta jam kerja tanpa ada korban jiwa (Zero fatalities)," ujar Dadik Kiswanto kepada JawaPos.com pada Jumat (4/10). Menurut dia, zero fatalities menjadi tantangan bagi pelaku usaha tambang yang tidak bisa ditawari lagi.

Selain dari sisi keselamatan kerja, Dadik Kiswanto mengklaim, hingga semester I tahun 2024 PT TIA telah mereklamasi 900 hektare (ha) lahan bekas tambang. "Ini semua dicapai berkat perencanaan yang cermat dan penggunaan sumber daya yang efektif,” sebutnya.

Untuk diketahui, PT TIA yang merupakan anak usaha PT ABM Investama Tbk (ABMM) bergerak di bidang tambang mineral dan batu bara.

Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Feriwan Sinatra mengungkapkan, pihaknya berupaya menjaga sekaligus menciptakan keamanan dalam bekerja. Grup ABM berupaya untuk terus berkembang dan memaksimalkan kinerja. "Grup ABM memiliki tiga pilar utama visi, yaitu stabilitas finansial, sinergi untuk menjadi grup usaha hulu hilir pertambangan yang terkemuka,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, subsektor mineral dan batu bara merupakan pilar utama bagi perekonomian Indonesia. Kementerian ESDM mencatat penerimaan negara dari subsektor minerba sebesar Rp 99,34 triliun atau 87,49 persen dari target tahun 2024.

Kondisi itu tidak boleh membuat RI jadi terlena. Sebab, Indonesia telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Oleh karena itu, perlu didorong pengembangan metode pertambangan yang ramah lingkungan.

Bahlil menambahkan, saat ini sangat diperlukan program pascatambang yang komprehensif dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial-budaya, maupun lingkungan. Sehingga, akan tetap akan tercipta keselararasn antara tujuan bisnis perusahaan dengan kehidupan dan kesejahteraan setelah kegiatan pertambangan berakhir.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #industri #tambang #dihadapkan #dengan #tantangan #zero #fatalities

KOMENTAR