Intel Dulu Raja, Kini Dikabarkan Sedang Tidak Baik-baik Saja
Ilustrasi Intel.( The Verge/ Alex Castro)
11:06
22 Januari 2025

Intel Dulu Raja, Kini Dikabarkan Sedang Tidak Baik-baik Saja

- Siapa yang tidak tahu Intel? Perusahaan chip asal Amerika Serikat (AS) ini dikenal sebagai pembuat prosesor (CPU) seri Intel Core yang ada di banyak komputer (PC) di dunia. 

Sejak awal berdiri pada 1968, Intel bisa dibilang memiliki perkembangan dan bisnis yang baik. Pada 1980, misalnya, prosesor Intel 8088 menenagai PC pertama buatan IBM, yaitu IBM PC.

Di tahun 1990, nama Intel semakin meledak berkat slogan ikonik "Intel Inside". Slogan ini bisa ditemui di semua produk Intel. Ini juga merupakan era di mana mereka menciptakan produk prosesor seri Pentium generasi pertama untuk pertama kalinya pada 1993 lalu. 

Intel terus menggarap inovasi baru untuk produk CPU-nya di tahun 2000-an. Pada era ini, Intel meluncurkan prosesor pertama mereka dari seri Centrino (2003), serta arsitektur Core (2006) untuk produk Core 2 Duo dan Nehalem (2008) untuk Intel Core i-Series.

Kesuksesan Intel berlanjut pada 2010, ketika mereka memperkenalkan arsitektur Sandy Bridge. Ini merupakan arsitektur yang memungkinkan CPU dikombinasikan dengan pengolah grafis (GPU) terintegrasi.

Intel juga memperkenalkan arsitektur Haswell pada 2013 lalu yang merilis beragam prosesor hemat daya untuk produk laptop, serta memperkenalkan prosesor paling kuat mereka, Intel Core i9 Series pada 2017 lalu. 

Pada tahun 2000 hingga 2010-an, bisnis dan inovasi Intel tampak bisa dikembangkan dengan lancar. Namun seiring berjalannya waktu, kompetisi di pasar semikonduktor semakin sengit,  dan bisnis Intel pun perlahan menciut. 

Lambat adopsi teknologi

Salah satu kompetitor Intel, yaitu AMD mulai menunjukkan "taringnya" pada 2020. Di era ini, AMD meluncurkan beragam prosesor seri Ryzen yang memiliki performa tinggi, tapi lebih efisien dari prosesor Intel dengan harga tetap terjangkau.

Intel juga kalah kompetisi dari Nvidia untuk bidang kecerdasan buatan (AI) dan GPU. 

Kekalahan Intel di bisnis CPU dan GPU ini bisa dibilang diakibatkan karena ketinggalan membuat produk dengan teknologi fabrikasi 7 nanometer (nm) alias Intel 4 Process atau yang lebih rendah. 

Seperti diketahui, CPU yang memiliki angka nanometer rendah akan turut dibekali dengan jumlah transistor tinggi, dan ini berpengaruh pada performa serta efisiensi CPU itu sendiri.

AMD, berkat bantuan dari pabrikan semikonduktor asal Taiwan, yaitu Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), mampu membuat produk dengan arsitektur 3 nm. Salah satu produknya adalah prosesor Ryzen terbaru, yaitu Ryzen 9 9950X.

Sementara itu, Intel masih menggunakan teknologi fabrikasi Intel 4 Process pada jajaran CPU Meteor Lake yang dirilis pada 2023 lalu.

Intel sendiri mulai berkolaborasi dengan TSMC pada 2021 lalu untuk membuat CPU dengan angka nanometer rendah. Salah satu produk yang menggunakan teknologi TSMC adalah Intel Core Ultra 9 285K. 

Meski sudah berkolaborasi, adopsi Intel untuk menghadirkan chip canggih dengan teknologi fabrikasi rendah bisa dibilang cukup terlambat, terutama apabila dibandingkan kompetitor seperti AMD. 

Bisnis mulai sulit?

Nah, kompetisi yang semakin sengit ini membuat bisnis Intel semakin sulit. Pada laporan keuangan kuartal 1-2023 lalu, Intel mencatat kerugian (loss) pertama mereka sepanjang sejarah dengan nilai 2,8 miliar dollar AS (sekitar Rp 45,7 triliun) dirangkum KompasTekno dari ArsTechnica, Rabu (22/1/2025).

Sebelumnya, Intel selalu untung dan tidak pernah mengumumkan kerugian di laporan keuangan mereka. Selain itu, pendapatan (revenue) Intel pada saat itu juga anjlok 36 persen ke angka 11,7 miliar dollar AS (sekitar Rp 191,1 triliun). 

Bisnis Intel yang mulai menurun ini memaksa mereka "bermain" di segmen produk atau layanan baru, seperti AI. Namun di kategori ini, mereka harus berkompetisi dengan raksasa GPU yang memimpin industri AI, yaitu Nvidia. 

Intel terus mengalami kerugian hingga sekarang. Untuk mengatasi kerugian ini, mereka mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) alias layoff massal pada Agustus 2024 lalu. 

Kala itu, mereka mengumumkan akan melakukan PHK sekitar 15.000 karyawan mereka di seluruh dunia secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk menghemat uang operasional senilai 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 163,3 triliun) pada 2025.

Langkah layoff ini tentunya tak serta merta mengurangi utang Intel yang saat ini menumpuk. Per September 2024 lalu, utang Intel kini berada di kisaran 50,23 miliar dollar AS atau sekitar Rp 820,4 triliun. 

Nilai atau valuasi Intel juga kini semakin turun. Pada 2020 lalu, valuasi Intel berada di kisaran angka 260 miliar (sekitar Rp 4.244 triliun). Namun kini per Januari 2025, valuasi Intel berada di kisaran 92,7 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.513 triliun). 

Kabar akan diakuisisi

Nah, bisnis Intel yang anjlok kabarnya membuat perusahaan membuka diri untuk proses akuisisi. 

Tidak ada kabar resmi yang mengumumkan soal akuisisi atau pengumuman akuisisi Intel. Namun, rumor terkait akuisisi raksasa chip ini beredar sejak September 2024 lalu. 

Kala itu, Qualcomm disebut merupakan salah satu pihak yang tertarik membeli Intel. Namun jika benar, maka ini akan menjadi masalah dan Qualcomm akan tersandung praktik monopoli di industri chip. 

Kemudian pada Oktober 2024 lalu, Apple juga digadang-gadang tertarik mengakuisisi Intel. Hal ini mencuat berkat kolaborasi kedua perusahaan, terutama pada 2016 lalu ketika Apple menggunakan modem Intel pada jajaran iPhone mereka (iPhone 7 Series).

Pada akhir 2024, CEO SpaceX dan Tesla, sekaligus pemilik X (Twitter) Elon Musk juga disebut tertarik membeli Intel. Dalam proses akuisisi, Elon Musk dikabarkan akan berkolaborasi dengan perusahaan semikonduktor lain macam Qualcomm dan Global Foundries.

Hingga berita ini ditulis, belum ada informasi apapun soal akuisisi Intel oleh pihak-pihak terkait.

Intel juga saat ini masih meluncurkan produk CPU, GPU, dan AI mereka, serta mencoba masuk ke industri foundry untuk berkompetisi langsung dengan TSMC hingga Samsung.

Apapun rencana mereka di masa depan, Intel tentunya harus bangkit dan menghadirkan inovasi baru yang menggebrak pasar semikonduktor.

Hal ini tentunya bertujuan untuk memenangkan persaingan dengan para kompetitor yang semakin agresif macam AMD, Nvidia, dan perusahaan serupa di industri yang sama. 

Editor: Bill Clinten

Tag:  #intel #dulu #raja #kini #dikabarkan #sedang #tidak #baik #baik #saja

KOMENTAR