Gelombang Panas Malam Hari Sebabkan Jutaan Orang Kurang Tidur
Ilustrasi kurangnya kualitas tidur (Pexels)
13:00
12 Desember 2025

Gelombang Panas Malam Hari Sebabkan Jutaan Orang Kurang Tidur

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa meningkatnya suhu pada malam hari berdampak signifikan terhadap kualitas tidur jutaan orang di berbagai wilayah. Penelitian yang dipublikasikan dalam Environment International ini menunjukkan bahwa suhu yang lebih hangat secara langsung mengurangi durasi dan kualitas tidur, terutama pada kelompok masyarakat tertentu. 

Temuan ini memunculkan kekhawatiran baru mengenai dampak kesehatan masyarakat di tengah pemanasan global yang terus berlanjut.

Mengutip Earth.com (9/12/2025), penelitian tersebut menggunakan data jangka panjang dari program All of Us, yang memantau pola tidur melalui perangkat wearable. Melalui jutaan rekaman malam tidur, para peneliti menemukan adanya hubungan yang jelas antara peningkatan suhu malam hari, kualitas tidur yang menurun, serta frekuensi terbangun yang lebih tinggi. 

Suhu yang lebih hangat disebut mengganggu kemampuan tubuh untuk mendingin secara alami—proses yang penting untuk memulai dan mempertahankan tidur.

Dalam hasil penelitian, setiap kenaikan suhu sebesar 10 derajat pada malam hari dapat mengurangi waktu tidur seseorang sekitar 2,63 menit. Meski tampak kecil pada level individu, efek kumulatif pada populasi sangat besar. 

“Jika dikalikan jutaan orang, dampaknya benar-benar besar bagi kesehatan masyarakat,” ujar penulis utama studi, Dr. Jiawen Liao dari Keck School of Medicine, University of Southern California. 

Ia menambahkan bahwa peningkatan suhu ekstrem sebelumnya telah dikaitkan dengan kematian akibat penyakit jantung dan paru, sehingga temuan terkait gangguan tidur ini bisa menjadi sinyal baru yang perlu diperhatikan.

Mengutip Earth.com (9/12/2025), para peneliti juga menemukan bahwa suhu panas tidak hanya mengurangi total waktu tidur, tetapi turut mengacaukan keseluruhan ritme tidur. Tidur nyenyak termasuk fase deep sleep dan REM berkurang drastis, sementara waktu terjaga di tengah malam meningkat. 

Hasilnya, banyak orang merasa tidur kurang pulih meskipun durasi total tidak tampak jauh berbeda. Kondisi ini, menurut pakar, dapat berdampak jangka panjang pada fungsi kognitif, kesehatan jantung, serta suasana hati.

Dampak peningkatan suhu tidak dirasakan secara merata. Studi ini menemukan bahwa kelompok berpendapatan rendah, penyewa rumah, serta mereka yang tinggal di daerah dengan sedikit ruang hijau lebih rentan mengalami penurunan kualitas tidur. Hal ini disebabkan oleh akses pendinginan yang lebih terbatas serta isolasi bangunan yang kurang memadai.

Beberapa wilayah pesisir di West Coast juga tercatat mengalami gangguan tidur yang lebih parah karena penggunaan AC yang relatif rendah.

Dari aspek demografis, orang dewasa paruh baya, perempuan, serta kelompok Hispanik menunjukkan penurunan kualitas tidur yang lebih signifikan dibanding kelompok lainnya. 

Selain faktor sosial ekonomi, kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, depresi, dan obesitas juga memperparah sensitivitas terhadap suhu panas. Rekaman wearable menunjukkan bahwa individu dengan kondisi ini mengalami gangguan tidur yang lebih intens pada malam-malam bersuhu tinggi.

Secara musiman, penurunan kualitas tidur paling terlihat pada bulan-bulan musim panas, meskipun penurunan serupa juga terjadi pada akhir musim semi dan awal musim gugur. Pola ini menunjukkan bahwa durasi gangguan semakin panjang seiring meningkatnya anomali suhu tahunan.

Penelitian ini juga memetakan dampak ke masa depan dengan memadukan model iklim dan data tidur. Dalam skenario emisi tinggi, kehilangan waktu tidur tahunan dapat bertambah setiap tahun, dengan beberapa zona—terutama kawasan pesisir—diprediksi mengalami penurunan kualitas tidur paling drastis menjelang akhir abad ini. 

Pada hari-hari terpanas di musim panas, defisit tidur diperkirakan mencapai tingkat yang dapat mengganggu konsentrasi, kestabilan emosi, hingga kesehatan jangka panjang.

Melihat meningkatnya risiko, para peneliti menekankan pentingnya intervensi berbasis lingkungan. Strategi seperti peningkatan standar bangunan, penyediaan sistem pendinginan terjangkau, memperluas ruang hijau kota, hingga penerapan green roof disebut dapat membantu mengurangi paparan panas.

Selain itu, kebijakan publik perlu memprioritaskan kelompok rentan yang menghadapi risiko terbesar akibat peningkatan suhu malam hari.

“Membantu masyarakat mendapatkan tidur lebih baik berarti membantu mereka hidup lebih sehat,” kata Dr. Liao mengutip Earth.com (9/12/2025), menegaskan bahwa upaya peningkatan kualitas tidur harus menjadi bagian dari respons adaptasi terhadap perubahan iklim. 

Dengan bukti yang semakin kuat, para peneliti berharap temuan ini dapat mendorong tindakan nyata untuk melindungi kesehatan masyarakat di era suhu bumi yang terus meningkat.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

Editor: Ruth Meliana

Tag:  #gelombang #panas #malam #hari #sebabkan #jutaan #orang #kurang #tidur

KOMENTAR