



Review Sword of Justice: Game MMORPG yang Lebih 'Merakyat'
NetEase baru saja memperkenalkan game Sword of Justice ke pasar global. Ini adalah game genre Massively Multiplayer Online Role-Playing Games (MMORPG) dengan nuansa ala sejarah China.
Mirip seperti game MMORPG lainnya, pemain bisa mengeksplorasi berbagai dunia dalam permainan yang disajikan. Sword of Justice pun menyediakan banyak misi yang bisa diselesaikan pemain untuk menambah kemampuan karakter mereka.
NetEase selaku perusahaan pengembang game Sword of Justice sebenarnya sudah meluncurkan judul tersebut ke pasar China. Kini mereka sudah membuka pra registrasi yang dimulai pada 29 Mei 2025.
Suara.com diberikan kesempatan untuk mencoba review singkat dari game Sword of Justice buatan NetEase, perusahaan game asal China. Berikut ulasannya.
![Game Sword of Justice. [NetEase]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/29/15652-game-sword-of-justice.jpg)
Impresi awal
Sebagaimana game MMORPG pada umumnya, Sword of Justice juga memiliki ukuran file yang cukup besar. Perlu sekitar satu jam untuk mengunduh keseluruhan total isi game ini.
Saat pertama kali mencoba permainan ini, nuansa kerajaan China cukup kental di Sword of Justice. Kehidupan tradisional, lengkap dengan sound effect ala film-film jadul China, memperkuat ciri khas ala dinasti Tiongkok.
Di awal permainan, saya diarahkan untuk memilih tipe karakter apa yang mau dipakai. Ada opsi karakter petarung jarak dekat, jarak jauh, tipe tank yang memiliki ketahanan kuat, tipe karakter dengan penyerang lincah, support, crowd control, hingga tokoh ala penyihir dengan berbagai skill elemental.
Saya sendiri memilih Bloodstorm perempuan. Hal menarik selanjutnya yang saya temukan, Sword of Justice turut menyediakan beragam opsi mulai dari wajah hingga tubuh, yang tentu bisa kalian pilih sendiri mau seperti apa tampang karakternya.
![Review game Sword of Justice. [Suara.com/Dicky Prastya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/04/63207-review-game-sword-of-justice.jpg)
Gameplay
Gameplay pun cukup sederhana. Kami hanya tinggal menjalankan beberapa misi untuk mengembangkan (upgrade) karakter agar lebih kuat. Untuk level awal pun masih mudah, cukup ketuk misi yang mau dijalankan dan karakter bakal dengan sigap mengikuti arahan.
Kebetulan class yang kami pilih adalah Bloodstorm, yang mana karakter ini memiliki mobilitas tinggi dengan menunggangi kuda. Misi bisa diselesaikan dengan cepat, hanya dalam waktu dua hari mencoba saya sudah naik ke level 40-an.
Satu hal yang saya suka dari game ini adalah banyaknya skill yang bisa dimainkan. Tak perlu memainkan game dengan waktu lama untuk membuka skill baru, cukup ketuk-ketuk saja dan lawan bisa dikalahkan.
Skill elemental ini pun juga menciptakan bisa kombo. Misalnya, saya pakai skill api, lalu lanjut ke elemental es, dan beralih lagi ke listrik. Musuh dengan cepat langsung tumbang.
Secara grafis pun masih memanjakan mata. Selama review game Sword of Justice, perangkat saya adalah HP gaming kelas mid-range. Meski belum mencapai opsi 'rata kanan', tampilan visualnya sudah amat mulus ketika dijalankan.
Selama bermain, saya jarang sekali mendapatkan lag, freeze, atau patah-patah. Untuk versi early access, game ini bisa memberikan kesan awal yang sangat baik.
![Review game Sword of Justice. [Suara.com/Dicky Prastya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/04/51714-review-game-sword-of-justice.jpg)
Selain pertarungan, upgrade karakter juga bisa dengan menyelesaikan beberapa misi sosial saja. Misalnya, karakter utama bisa menyelesaikan misi cukup hanya berdialog dengan Non-Player Character. Singkatnya, kalian tinggal ketuk 'skip' dan karakter bisa memperoleh hadiah misi.
Satu hal yang cukup membedakan dari Sword of Justice dengan game MMORPG populer yang biasa saya mainkan ada di jalan cerita. Kalian bisa memilih dialog apa yang diinginkan. Cerita pun berjalan sesuai hasil pembicaraan yang kamu pilih sebelumnya.
Nah cerita ini juga bisa dinikmati karena menyediakan opsi Bahasa Indonesia. Meskipun secara percakapan masih menggunakan dialog mandarin, game menyediakan subtitle agar lebih mudah menyelesaikan misi.
Seperti game MMORPG lainnya, Sword of Justice juga menyediakan banyak wilayah yang bisa dieksplor pemain. Kalian yang senang berjelajah, khususnya tertarik dengan nuansa tradisional Tiongkok, pasti akan suka dengan mengelilingi peta dalam game.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, saya memandang Sword of Justice adalah game yang cukup 'merakyat'. Maksud saya, game ini bisa menampilkan nuansa lawas dinasti China, banyaknya misi interaksi sosial, serta ramah kantong bagi para gamers karena sifatnya F2P. Saya urai satu-satu di bawah.
Salah satu kelemahan yang lazim ditemukan dalam game MMORPG ini adalah jalan ceritanya yang membosankan. Dialog bertele-tele justru membuat pemain bosan, atau bahkan perlu menonton video tutorial di YouTube untuk menyelesaikan misi.
![Review game Sword of Justice. [Suara.com/Dicky Prastya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/04/87892-review-game-sword-of-justice.jpg)
Tapi NetEase sepertinya cermat dengan kelemahan itu. Sword of Justice mampu menyediakan jalan cerita yang bisa diatur sendiri oleh pemain. Dialog dari karakter utama menjadi kunci untuk misi selanjutnya, yang menurut saya bisa mengurangi efek kantuk gamers ketika main MMORPG dan fokus menikmati ceritanya.
Perusahaan game asal China itu juga mengatakan kalau Sword of Justice adalah game free to play (F2P), bukan pay to win (P2W). NetEase menyebut kalau pemain mesti memperoleh item atribut hanya dari gameplay.
Mekanisme ini tentu amat melegakan pemain yang memang bisa mengandalkan skill, termasuk saya, alih-alih membeli sebuah item lewat gatcha. Itu pun juga mesti mengandalkan keberuntungan karena gatcha adalah sistem random, di mana item yang memang kita inginkan justru malah gagal didapat.
Tapi sistem seperti ini sebenarnya plus minus juga. Bagi player sultan tentu mereka bakal kerepotan dengan aturan ini.
Saya ingat game zaman dulu yang menyediakan transaksi antar pemain, di mana gamers kaya raya bisa dengan mudah memperoleh item langka dari pemain lain, yang benar-benar gamers F2P, lewat dompet mereka.
Meski sama-sama menciptakan simbiosis mutualisme, game tersebut nyatanya bangkrut. NetEase mungkin belajar dari sana untuk memilih opsi F2P.
Jika NetEase ingin Sword of Justice berumur panjang, mereka harus bisa menyiapkan game yang mana antar pemain memiliki interaksi sosial kuat, yang mana itu memang disukai kebanyakan orang Indonesia.
Tapi jika berkaca dari debutnya di China, Sword of Justice nyatanya sukses besar dengan 40 juta download dan 1,1 juta pemain yang melakukan pra registrasi. Tapi perlu dicatat juga, kultur gamers China tentu berbeda dengan gamers Indonesia.
Satu hal yang menjadi sorotan saya dalam game Sword of Justice ini adalah tampilan bahasa Indonesia yang tak presisi dalam kotak dialog. Yah karena ini masih dalam tahap pengembangan, saya rasa NetEase bisa dengan mudah memperbaiki celah ini.
Bagi kalian yang tertarik untuk memainkan Sword of Justice, NetEase sudah memulai pra pendaftaran game yang bisa diakses lewat situs resminya. Sejauh ini belum ada informasi kapan game itu muncul di toko aplikasi Google Play Store (Android) maupun Apple App Store (iOS).
Tag: #review #sword #justice #game #mmorpg #yang #lebih #merakyat