Profil Singkat 11 Panelis Debat Ketiga Capres
Ketiga calon presiden (kanan ke kiri) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).(KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)
19:33
5 Januari 2024

Profil Singkat 11 Panelis Debat Ketiga Capres

- Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah memilih 11 panelis untuk debat ketiga calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024 yang akan digelar pada Minggu (7/1/2024).

Terdapat enam sub tema dalam debat nanti, yakni pertahanan dan keamanan, hubungan internasional dan globalisasi, serta geopolitik dan politik luar negeri.

"Isu hubungan internasional diekspansi dengan globalisasi, geopolitik diekspansi dengan politik luar negeri," kata Koordinator Divisi Sosialisasi Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU RI, August Mellaz usai rapat tim kampanye seluruh paslon di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2024).

Berikut profil singkat 11 panelis:

1. Angel Damayanti

Angel Damayanti merupakan dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta.

Di UKI, Angel Damayanti mempunyai jabatan penting, yakni Dekan Fisipol. Angel Damayanti diketahui juga mengajar sebagai dosen di Program Doktoral Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian.

Dikutip dari laman damayantiangel.wordpress.com, Angel Damayanti menempuh pendidikan sarjana di UKI. Sedangkan pendidikan Master diraihnya di Universitas Indonesia.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan Master di bidang Strategic Studies/International Studies dan Counter Terrorism di S Rajaratnam School of International Studies, Graduate School of Nanyang Technological University Singapore.

Sementara pendidikan Doktor dijalaninya di National University of Singapore pada 2013 dan Institute of Post Graduate Studies, Universiti Sains Malaysia pada 2017.

2. Curie Maharani Savitri

Curie Maharanie Savitri merupakan pengajar di Program Studi Konflik dan Keamanan di Universitas Bina Nusantara (Binus).

Jauh sebelum menjalankan karier sebagai dosen di Binus, Curie aktif bekerja pada isu manajemen pertahanan, baik di Kementerian Pertahanan maupun Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

3. Evi Fitriani

Evi merupakan dosen di Universitas Indonesia sekaligus Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional.

Adapun Evi diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional pada 1 Juli 2021. Sedangkan pengukuhannya berlangsung pada 16 November 2021.

Ia menjadi wanita pertama Indonesia yang meraih gelar Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional.

Tercatat, Evi pernah mengemban sebagai Kepala Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia pada 2012-2016.

4. Hikmahanto Juwana

Hikmahanto meraih gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1987. Tak puas meraih gelar sarjana, Hikmahanto melanjutkan pendidikan strata duanya di Fakultas Hukum Universitas Keio, Jepang pada 1992.

Sedangkan gelar doktornya diraih di Fakultas Hukum Universitas of Nottingham, Inggris pada 1997. Selapas menjalani pendidikan di Inggris, Hikmahanto pulang ke Tanah Air. Ia menjadi staf pengajar Bidang Studi Hukum Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1988.

Dikutip dari laman law.ui.ac.id, Hikmahanto didapuk menjadi Guru Besar pada 2001. Ia diangkat menjadi Guru Besar di usia 36 tahun.

Prestasi ini menjadikannya sebagai profesor termuda dalam sejarah Universitas Indonesia pada waktu tersebut.

Pada tahun 2004, Hikmahanto mendapatkan kepercayaan sebagai dekan termuda di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Selain menjadi Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto saat ini juga menduduki posisi sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat.

5. I Made Andi Arsana

I Made Andi Arsana lahir di Tabanan, Bali, 12 Mei 1978. Ia merupakan dosen Teknik Geodesi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Dikutip dari medan.tribunnews.com, Andi memiliki kiprah yang luas dalam menulis di jurnal, media massa, dan telah menerbitkan buku-buku inspiratif.

Karyanya seperti "Anak Dusun Keliling Dunia" dan "Rahasia Beasiswa Australia" menjadi bukti konkret dari keberhasilan dan dedikasinya dalam menyebarkan pengetahuan.

Tak hanya dalam ranah penulisan, Andi juga telah mewakili Indonesia di ajang internasional, dari lomba prestisius seperti Falling Walls di Berlin, hingga memberikan pidato di markas besar PBB di New York.

6. Ian Montratama

Dikutip dari laman universitaspertamina.ac.id, Ian Montratama merupakan dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Pertamina.

Dalam perjalanan kariernya, hingga kini ia telah melahirkan sejumlah buku yang fokus kajiannya dalam bidang keamanan dan pertahanan.

Sementara perjalanan penidikannya, Ian menempuh pendidikan S1 dengan menyelesaikan program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1999,

Selanjutnya ia mengambil pendidikan Magister di European Business, Perancis pada 2000–2001). Pada November 2013, Ian pernah mengikuti program eksekutif di Naval Postgraduate School (NPS), Monterey, California, Amerika Serikat.

Ian menempuh jenjang Magister pada September 2013-Oktober 2014 dalam Program Pascasarjana dalam Strategi Perang Total (SPS), Universitas Pertahanan. Pada tahun 2017, ia menuntaskan program doktor dalam Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, secara cum laude.

7. Irine Hiraswari Gayatri

Irine Hiraswari Gayatri merupakan Peneliti Pusat Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sebelumnya, Irine juga pernah bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2017-2018.

8. Kusnanto Anggoro

Kusnanto Anggoro lahir di Klaten, Jawa Tengah, 9 Februari 1960. Ia merupakan pakar politik dan keamanan dari Universitas Pertahanan.

Ia juga menjadi peneliti di Center fot Strategic and Internasional Studies (CSIS). Tercatat juga ia menjadi dosen pascasarjana jurusan Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.

Selain itu, ia juga menjadi dosen tamu di Sekolah Staf dan Komando TNI serta pembimbing Program Studi Strategi dan Keamanan Sekolaf Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal).

9. Laksamana (Purn) Marsetio

Marsetio lahir di Jakarta, 3 Desember 1956. Ia adalah lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut (AAL) 1981. Prestasi ini membuatnya diganjar Bintang Adhi Makayasa.

Selain melahap pendidikan AAL, Marsetio juga pernah menempuh pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) pada tahun 1996 dengan tanda penghargaan Dharma Wiratama.

Lalu Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI tahun 2001 dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dengan tanda penghargaan Wibawa Seroja Nugraha KRA 37/2004.

Pada awal karier militernya, Marsetio beberapa kali dipercaya mengemban posisi sebagai komandan kapal perang. Di antaranya, Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 pada 1995, Komandan KRI Nala-363 pada 1998, dan Komandan KRI Ahmad Yani-351 pada 1999.

Sementara jabatan strategis yang pernah diembannya meliputi, Komandan Latihan (Kolat) Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur (Koarmatim) pada 2003 dan Kepala Staf Gugus Tempur Laut Koarmatim pada 2004.

Selanjutnya, Wakil Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Wakil KSAL pada 2006, Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang pada 2007, dan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) pada 2009.

Di tahun yang sama, Marsetio mendapat promosi jabatan sebagai Panglima Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) pada 2008.

Selanjutnya, karier Marsetio kian moncer dengan menjabat sebagai Wakil KSAL pada 2010 hingga 2012. Marsetio menutup kariernya dengan gemilang. Ia menjabat KSAL pada 2012-2014. Pangkat terakhirnya adalah laksamana atau perwira tinggi bintang empat.

Selepas pensiun, Marsetio tetap saja tidak jauh dari dunia militer. Pada 2018, ia menjadi Guru Besar Universitas Pertahanan.

10. Philips J Vermonte

Philips J Vermonte merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Internasional Indonesia.

Selain aktif di dunia akademik, Philips juga merupakan seorang Direktur Eksekutif CSIS. Philips dikenal sebagai salah satu inisiator berdirinya Perkumpulan Masyarakat Jakarta Peduli Papua (Pokja Papua) pada 2002.

Pokja Papua merupakan organisasi non-pemerintah yang bertujuan mendorong lahirnya prinsip-prinsip demokrasi dan pemenuhan HAM bagi masyarakat Papua.

11. Widya Setiabudi Sumadinata

Widya Setiabudi Sumadinata merupakan Guru Besar Bidang Keamanan Global di Universitas Padjajaran, Bandung.

Di Universitas Padjajaran, Widya Setiabudi menjabat sebagai Dekan FISIP. Jabatan ini telah diembannya selama dua periode.

Selain di Universitas Padjajaran, Widya Setiabudi juga menjadi dosen di Universitas Pertahanan.

Tag:  #profil #singkat #panelis #debat #ketiga #capres

KOMENTAR