Anita Jacoba Gah, S.E.
Ia lahir di Jakarta, 9 Maret 1974.
Dirinya saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI Komisi X Fraksi Demokrat, mewakili daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II.
Masa kecil Anita Jacoba Gah dihabiskan di tanah NTT, daerah yang kini ia wakili di Senayan.
Setelah lulus SMP, Anita memilih pindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan di SMAN 46 Jakarta.
Lulus SMA, Anita mulai berkuliah di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta mengambil jurusan D3 Musik Gereja dan lulus pada 1997.
Setelah itu, dirinya mengambil S1 ekonomi di STIE Nasional Indonesia dan lulus pada 2008.
Sebelum terjun ke dunia politik, Anita Jacoba Gah aktif sebagai pengajar paduan suara di GPIB Gideon Cimanggis dan GPIB Effatha Jakarta Selatan.
Selain itu, dirinya juga sempat menjadi pengajar musik dan vokal di Sanggar Ananda, Jakarta.
Anita mengawali kariernya di dunia politik dengan menjadi anggota DPR RI periode 2004–2009.
Sejak saat itu, dirinya terus mengikuti pemilihan umum dan terpilih sebagai petahana untuk periode 2009–2014, 2017–2019, dan 2019–sekarang.
Pada 10 Januari 2017, Anita dilantik sebagai anggota Pengganti Antar-Waktu (PAW) DPR RI.
Anita Jacoba Gah saat itu menggantikan Jefirstson Richset Riwu Kore dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II.
Sebab, Jefirstson Richset Riwu Kore mengundurkan diri untuk mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Kupang 2017.
Anita menggantikan posisi Jefirstson sampai akhir periode 2019, sebelum kembali terpilih menduduki kursi Senayan pada periode 2019-2024.
Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Anita maju sebagai petahana melalui daerah pemilihan NTT II.
Lagi-lagi, rakyat masih mempercayai kader Partai Demokrat tersebut dengan perolehan 131.396 suara sah.
Anita pun kembali menduduki Komisi X.
Sebelumnya, Anita Jacoba Gah juga sempat viral karena menyemprot mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di era Presiden Jokowi, Nadiem Makarim.
Kala itu, Anita Jacoba Gah menilai buruknya pejabat Kemendikbudristek dalam mengelola anggaran pendidikan.
Kontroversi pemain naturalisasi
Baru-baru ini, ia melayangkan kritik tajam terhadap proyek naturalisasi pemain keturunan yang terus menerus dilakukan PSSI untuk menambah kekuatan Timnas Indonesia.
Akibat pernyataan tersebut, namanya menjadi perbincangan di media sosial.
Banyak warganet yang menilai dirinya tidak mendukung perjuangan Timnas Indonesia yang sedang berjibaku untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Apalagi, menurut sejumlah warganet, pemain-pemain yang disebutnya "naturalisasi" adalah para diaspora yang sedang ingin kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, membela Merah Putih.
Polemik ini bermula ketika Anita mengeluarkan pernyataan pada rapat tentang naturalisasi Kevin Diks dalam rapat bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2024) kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Anita mengatakan fraksinya mendukung langkah PSSI dalam upaya memperkuat posisi Indonesia di kancah sepak bola internasional.
Namun, Anita Jacoba Gah menilai bahwa peningkatan kualitas atlet dalam negeri lebih baik daripada terus-menerus menaturalisasi pemain.
"Untuk Kemenpora dan PSSI, kami berharap ini yang terakhir. Mungkin sedikit ekstrem, kami berharap sebagai rakyat Indonesia, sebagai wakil dari seluruh rakyat Indonesia, saya berharap semoga ini yang terakhir," ujar Anita dalam siaran langsung di kanal YouTube Komisi X, Senin.
Minta Pemerintah Perhatikan Atlet di Daerah 3T
Adapun, dalam rapat bersama Kemenpora pada Senin lalu, Anita Jacoba Gah meminta pemerintah memperhatikan atlet di daerah 3T.
Anita mengatakan, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan bibit atlet, terutama untuk cabang olahraga lari, tinju, atau sepak bola.
Ia mencontohkan, Nusa Tenggara Timur yang merupakan daerah pemilihan (dapil) Anita dinilai sebagai gudang atlet meski termasuk daerah yang tertinggal dan terbelakang.
Namun, Anita mempertanyakan langkah Kemenpora dan PSSI yang sudah beberapa kali mendatangkan pemain naturalisasi padahal ada bibit atlet di dalam negeri.
"Mau sampai kapan kita terus mengambil atlet dari luar padahal di sana juga dilatih, mereka berhasil sukses karena dilatih," ujar Anita.
"Jadi pertanyaan kami dari Demokrat, bagaimana dengan upaya dari Kemenpora untuk bagaimana pelatih-pelatih kita ini di Indonesia," tambahnya.
Terkait potensi atlet dalam negeri yang belum dibina, Anita berharap, Kemenpora jangan hanya mendatangkan pemain naturalisasi, tapi juga pelatih asing.
Ia menilai, kehadiran pelatih asing bisa menjadi jawaban bagi pembinaan di dalam negeri apabila Indonesia belum bisa mencetak atlet yang luar biasa.
"Karena pengalaman kemarin kita ambil atlet dari luar ternyata tidak berhasil juga. Itu kita bicara keberhasilan. Tapi, bagaimana kalau ini gagal lagi? Apa yang akan dilakukan oleh Kemenpora. Jangan kita ulang terus," tandasnya.
Lebih lanjut, Anita menyampaikan, atlet yang berasal dari daerah terpencil dan tertinggal memiliki potensi untuk dikembangkan karena mereka memiliki fisik dan mental yang kuat.
Ia juga menitipkan pesan kepada Kemenpora supaya bisa membidik dan melatih atlet dalam negeri supaya bisa membawa nama Indonesia harum di luar negeri.
Sumber: Tribun Jabar