Rahasia Perencanaan Kota Jakarta yang Berkelanjutan,  Apa yang Harus Diubah?
Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Sabtu (5/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
18:44
27 Juni 2025

Rahasia Perencanaan Kota Jakarta yang Berkelanjutan, Apa yang Harus Diubah?

Jakarta dinilai sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dari banjir berulang, konsumsi energi yang tinggi, hingga pembangunan vertikal yang tidak ramah lingkungan, berbagai persoalan tersebut menunjukkan pentingnya arah baru dalam merancang kota secara menyeluruh.

Jakarta dari waktu ke waktu terus mengalami banjir akibat sistem drainase yang belum optimal,” ujar Dr. Alyas Widita, pakar perencanaan kota dari Monash University, Indonesia, melansir ANTARA, Jumat (27/6/2025).

Menurutnya, kota yang berketahanan iklim tidak bisa dibangun hanya dengan menambah infrastruktur fisik, tetapi juga harus mempertimbangkan ruang, iklim, dan manusia secara utuh.

“Masa depan kota Jakarta tidak hanya bergantung pada apa yang kita bangun, tetapi juga bagaimana kita mempertimbangkan seluruh aspek, seperti ruang, iklim dan manusia,” kata dia.

Elemen Penting Menuju Kota Hijau (Green City)

Untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan dan tahan terhadap dampak krisis iklim, setidaknya ada beberapa aspek utama yang harus dipenuhi:

1. Manajemen Air dan Drainase Cerdas

Sistem drainase yang efektif sangat penting untuk mencegah banjir dan mengelola limpasan air hujan secara berkelanjutan, termasuk melalui konsep sponge city atau kota spons.

2. Gedung Ramah Energi dan Bersertifikat Hijau

Pembangunan vertikal harus mengikuti prinsip efisiensi energi, memanfaatkan pencahayaan alami, ventilasi silang, serta menggunakan material bangunan rendah emisi karbon.

3. Ruang Terbuka Hijau yang Merata

Taman kota, jalur hijau, dan hutan kota membantu menurunkan suhu, memperbaiki kualitas udara, serta mendukung keseimbangan ekosistem dalam wilayah urban.

4. Transportasi Publik dan Perencanaan Terintegrasi (TOD)

“Transit Oriented Development” atau TOD terbukti dapat meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum dan mengurangi polusi dari kendaraan pribadi. "Penambahan 1.000 lapangan kerja di zona TOD mampu meningkatkan sekitar 300 pengguna angkutan umum pada hari kerja."

5. Tata Kelola Partisipatif dan Inklusif

Warga perlu dilibatkan dalam proses perencanaan, agar pembangunan kota mencerminkan kebutuhan sosial dan tidak mengabaikan aspek keadilan lingkungan.

Jakarta Masih Kurang dalam Integrasi Ruang dan Lingkungan

Widita menilai pembangunan di Jakarta masih didominasi oleh pendekatan jangka pendek, seperti menambah hunian vertikal tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan.

Ia mengingatkan bahwa tantangan tata kota Jakarta yang kompleks hanya bisa dijawab lewat pendekatan lintas sektor dan keterampilan para perancang kota masa depan.

“Dengan tantangan pembangunan yang kompleks, tata kelola Jakarta butuh penanganan yang komprehensif dari para perancang kota masa depan,” katanya.

Salah satu contoh pendekatan efektif adalah keberhasilan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, yang disebut Widita mampu mengurangi kemacetan hingga 34 persen.

"Temuan ini menegaskan pentingnya perencanaan TOD yang terintegrasi sebagai strategi untuk menciptakan kota yang lebih berkelanjutan," tutupnya.

Editor: M. Reza Sulaiman

Tag:  #rahasia #perencanaan #kota #jakarta #yang #berkelanjutan #yang #harus #diubah

KOMENTAR