Batal Nyalon Jadi Ketum PSI, Jokowi Sakit Apa?
Mantan Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi batal ikut berlaga menjadi Ketua Umum PSI. Ada isu dirinya batal mencalonkan diri karena faktor kesehatan, benarkah? [Suara.com]
21:44
24 Juni 2025

Batal Nyalon Jadi Ketum PSI, Jokowi Sakit Apa?

Panggung politik yang sudah disiapkan untuk menyambut Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendadak diturunkan.

Skenario yang digadang-gadang akan menjadi babak baru bagi 'cawe-cawe' politik Jokowi pasca-lengser itu resmi dibatalkan.

Namun, alasan di balik pembatalan ini justru membuka babak baru penuh pertanyaan.

Secara resmi, narasi yang dibangun adalah sebuah drama keluarga yang menyentuh: seorang anak, Kaesang Pangarep, yang tak ingin bersaing dengan ayahnya sendiri.

Tapi, di balik narasi manis tersebut, berembus kencang spekulasi lain yang coba dibantah keras oleh para petinggi partai: faktor kesehatan sang mantan presiden yang menurun.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar lobi politik keluarga paling berpengaruh di Indonesia saat ini?

Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, tampil ke depan untuk memadamkan rumor yang beredar.

Ia dengan tegas menepis adanya kaitan antara kondisi kesehatan Jokowi dengan batalnya pencalonan di bursa pemilihan raya ketum PSI.

"Nggak ada, nggak ada kaitannya (Jokowi sakit dengan daftar calon ketum)," ujar Andy di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Juni 2025.

Bantahan ini seolah menjadi jawaban wajib atas pertanyaan publik, terutama setelah Jokowi sempat dikabarkan sakit alergi kulit beberapa waktu lalu.

Andy bahkan memberikan jaminan bahwa kondisi Jokowi kini sudah membaik.

"Sehat, lagi masa recovery kok," ungkapnya.

Lalu, jika bukan karena sakit, apa alasan utamanya?

PSI menyodorkan sebuah skenario yang berpusat pada Kaesang Pangarep.

Menurut Andy, referensi terbaik untuk memahami keputusan ini adalah pernyataan langsung dari Kaesang sendiri.

"Mas Kaesang sempat ditanya dan menjawab bahwa Beliau sudah selama seminggu terakhir berhubung sama Pak Jokowi meyakinkan, dan kemudian minta atau kurang lebih bilang bahwa ya kasih kesempatan anak-anak muda," kata Andy.

Narasi ini diperkuat oleh Kaesang dalam kesempatan terpisah.

Ia mengaku telah melakukan komunikasi intensif selama seminggu penuh dengan ayahnya di Solo.

Hasilnya? Sebuah kesepakatan bahwa tak akan ada kompetisi di antara mereka.

"Mengenai beliau akan menjadi ketua umum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini. Kan ndak mungkin juga anak sama bapak saingan," kata Kaesang di Basecamp DPP PSI, Sabtu, 21 Juni 2025.

Kaesang mengklaim dirinya berhasil meyakinkan Jokowi untuk memberikan kesempatan kepada generasi yang lebih muda untuk memimpin.

"Saya yakinkan kepada beliau adalah satu, berilah kesempatan kepada anak muda. Anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini," ujarnya.

Namun, benarkah publik bisa langsung percaya pada narasi "memberi jalan pada yang muda" ini?

Terlebih ketika manuver politik keluarga Jokowi selama ini kerap dinilai penuh strategi berlapis.

Pembatalan yang terjadi begitu dekat dengan isu kesehatan Jokowi membuat banyak pihak sulit untuk tidak menghubungkan keduanya.

Apakah narasi "anak-bapak" ini adalah sebuah alasan yang elegan untuk menutupi kondisi fisik Jokowi yang mungkin tidak lagi prima untuk memimpin sebuah partai secara langsung?

Atau, mungkinkah ini adalah strategi untuk menjaga citra Jokowi sebagai "negarawan" yang berada di atas politik praktis, sementara kendali tetap berada dalam genggaman keluarga melalui Kaesang?

Dengan mundurnya Jokowi, Kaesang pun kembali melenggang sebagai calon tunggal untuk melanjutkan kepemimpinannya, dengan alasan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Saya rasa, saya harus selesaikan itu semua dan membawa PSI lebih baik di 2029," tuturnya.

Misteri Ruam di Wajah Usai

Penampilan Jokowi belakangan ini sukses mencuri perhatian publik. Bukan karena kebijakan baru atau blusukan mendadak, melainkan kondisi kesehatannya yang tampak berbeda.

Pertanyaan "Jokowi sakit apa?" pun ramai dibahas di media sosial, terutama setelah kemunculannya di perayaan ulang tahun ke-64 di Solo pada 21 Juni 2025.

Terlihat ruam kemerahan dan sedikit bengkak di wajahnya, sontak memicu berbagai spekulasi di kalangan netizen.

Kondisi ini pertama kali terlihat setelah kepulangan Jokowi dari kunjungannya ke Vatikan.

Perubahan yang cukup signifikan ini membuat banyak orang khawatir dan bertanya-tanya mengenai penyakit yang diderita oleh mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Klarifikasi dari Orang Dekat

Di tengah derasnya spekulasi yang beredar, pihak terdekat Presiden akhirnya angkat bicara. Ajudan pribadi Jokowi, Komisaris Polisi Syarif Muhammad Fitriansyah, memberikan penjelasan untuk meredam kekhawatiran publik.

Menurut Syarif, kondisi yang dialami atasannya adalah efek dari alergi kulit.

“Dan kalau memang secara visual memang bisa kita lihat ya, kulit Bapak memang agak berubah. Tapi secara fisik oke, beliau tidak ada masalah. Beliau sangat-sangat sehat wal afiat,” ujar Syarif kepada wartawan di Solo, Ahad, 22 Juni 2025.

Syarif menegaskan bahwa Jokowi saat ini dalam kondisi fisik yang prima dan sedang dalam proses pemulihan dari alergi tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa alergi itu yang menyebabkan peradangan pada kulit wajah Jokowi.

“Disampaikan oleh dokter, alergi beliau (Jokowi) menyebabkan peradangan. makanya, secara visual kulit Bapak (Jokowi) agak berubah," ungkap Syarif.

Ia kembali meyakinkan, "Saat ini dalam proses pemulihan dan sudah mulai membaik, sangat membaik.”

Bantahan Keras Soal Penyakit Serius

Salah satu spekulasi yang paling santer dibicarakan di media sosial adalah kemungkinan Jokowi menderita Stevens-Johnson Syndrome (SJS), penyakit langka dan serius yang menyerang kulit dan selaput lendir.

Kabar ini menyebar cepat, didorong oleh analisis-analisis yang tidak terverifikasi.

Menanggapi isu ini, Syarif dengan tegas membantahnya. “Wah, hoaks itu enggak benar itu,” kata Syarif di Kota Solo pada Kamis (5/6/2025) lalu.

Penegasan ini penting untuk meluruskan informasi simpang siur yang bisa menimbulkan kepanikan.

Meskipun demikian, beberapa pihak, termasuk seorang dokter bernama Tifa, sempat menyuarakan kekhawatirannya melalui media sosial dan menyarankan agar Jokowi mendapatkan perawatan medis yang serius.

Editor: Bernadette Sariyem

Tag:  #batal #nyalon #jadi #ketum #jokowi #sakit

KOMENTAR