



AS Ngegas ke Iran, Apa Dampaknya untuk Indonesia?
- Serangan Amerika Serikat ke Iran untuk membantu sekutunya, Israel, membuat gejolak di kawasan Timur Tengah semakin memanas.
Usai negeri Paman Sam menghantam fasilitas nuklir di tiga lokasi, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan dengan bom dan rudal yang dijatuhkan pesawat siluman B-2, Iran bereaksi.
Parlemen Iran bahkan mendukung rencana Pemerintah Iran penutupan Selat Hormuz, yang menjadi salah satu jalur distribusi logistik minyak dan gas terpenting dunia. Hal ini yang lantas membuat kekhawatiran dunia meningkat, karena mereka akan menghadapi ancaman krisis energi.
Lantas, bagaimana dampak atas serangan terbuka ini bagi Indonesia sendiri?
Krisi global meningkat
Pengamat militer, Khairul Fahmi, menyebutkan bahwa serangan AS ke Iran bukan sekadar operasi militer terbatas.
Langkah ini menandai keterlibatan langsung AS dalam konflik dan membuka babak baru atas konfrontasi terbuka yang membawa dampak besar bagi tatanan global, termasuk Indonesia.
“Jadi, serangan AS ke Iran bukan hanya soal militer atau geopolitik di Timur Tengah. Ini adalah pengingat bahwa krisis global dapat terjadi dengan cepat dan menimbulkan efek domino yang luas," kata Khairul, Senin (23/6/2025).
Ia pun berharap pemerintah Indonesia dapat meningkatkan kesiapsiagaan nasional, terutama terhadap tiga aspek:
1. Diplomatik
Indonesia harus memperkuat komunikasi dengan negara-negara sahabat serta aktif dalam forum internasional seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Posisi Indonesia sebagai negara bebas aktif perlu dimaksimalkan untuk mendorong deeskalasi konflik serta memastikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia (WNI) di kawasan rawan konflik.
2. Ekonomi dan Energi
Selat Hormuz merupakan jalur vital perdagangan energi dunia. Sebab, 30 persen pasokan energi dunia berasal dari sini.
Menurut Fahmi, konflik di Timur Tengah dapat berdampak terhadap pasokan energi dunia, termasuk Indonesia, yang hingga kini masih impor energi.
"Kita perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan dampak tidak langsung, baik dalam jangka pendek maupun menengah. Lonjakan harga minyak dan gas akibat ketegangan di Selat Hormuz, misalnya, dapat memicu tekanan inflasi domestik dan meningkatkan biaya logistik serta produksi," ungkap Khairul.
3. Keamanan dan Siber
Indonesia juga perlu mewaspadai potensi serangan siber yang akan terjadi.
Potensi penyebaran informasi yang tidak benar atau disinformasi secara masif di media sosial, dapat mengakibatkan polarisasi sosial yang bisa melemahkan ketahanan nasional dari dalam.
Kekhawatiran picu Perang Dunia Ketiga
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana mengkhawatirkan terjadinya Perang Dunia Ketiga, pasca-serangan AS ke Iran pada Sabtu (21/6/2025) lalu.
"Serangan Amerika Serikat terhadap Iran ini sangat membahayakan karena meskipun Presiden Amerika Serikat mengeklaim bahwa pilihan Iran hanya ada dua yaitu, menyerah dan kemudian ada perdamaian atau Amerika Serikat akan melakukan serangan lebih besar apabila Iran tak mau menyerah," kata Hikmahanto, Minggu (22/6/2025).
Dia berharap pemerintah Indonesia tetap berpihak kepada perdamaian dalam merespons konflik tersebut.
Lemhanas kaji kemungkinan terburuk
Gubernur Lemhannas, Ace Hasan Syadzily, memastikan bahwa pihaknya melakukan berbagai kajian strategis terkait eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang kini telah memasuki hari ke-11.
Ia menyebutkan bahwa Lemhannas juga telah menyusun skenario terburuk jika konflik tersebut berkembang menjadi perang jangka panjang yang berdampak pada ketahanan nasional Indonesia.
“Tentu kita sebut sebagai kajian krisis termasuk juga kita lakukan kajian yang dilakukan Lemhannas, kajian krisis, termasuk road map proyeksi dan prediksi dengan kuadran 1, kuadran 2, kuadran 3, kuadran 4 kemudian skenario termasuk pada kuadran berapa kita taruh skenario itu semua di Lemhannas biasa kita lakukan," kata Ace ditemui di Jakarta Pusat, Senin.
Kajian itu mencakup analisis risiko krisis, dinamika politik global, hingga dampaknya terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Menurut dia, setiap perkembangan konflik global, termasuk yang kini terjadi antara Iran dan Israel, terus dimonitor secara intens oleh tim pengkaji Lemhannas.
Masukan-masukan strategis tersebut disampaikan secara tertutup kepada Presiden dan jajaran pemerintahan, sebagaimana diatur dalam regulasi.