Hasil Riset UI Ungkap Program Makan Siang Bergizi Gratis Dapat Kurangi Anak Gizi Buruk
PROGRAM BARU: Siswa SDN Tugu Jebres, Solo, menyantap paket uji coba makan siang gratis di sekolah mereka, Kamis (25/7). (M. IHSAN/JAWA POS RADAR SOLO)
11:24
26 September 2024

Hasil Riset UI Ungkap Program Makan Siang Bergizi Gratis Dapat Kurangi Anak Gizi Buruk

Dalam rangka mengatasi masalah kurang gizi pada anak di Indonesia, program makan siang bergizi gratis yang digagas Presiden RI terpilih Prabowo Subianto diperkirakan efektif untuk meningkatkan kualitas SDM.

Hal itu berdasarkan hasil riset yang dilakukan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (PKGK UI) bersama Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA).   Sebanyak lebih dari 1.000 anak sekolah dasar, taman kanak-kanak dan balita mendapatkan makanan bergizi pada Mei-Juni lalu di lima kota, yaitu Padang, Sragen, Mempawah, Malang dan Makassar.   

  Studi ini menguji 3 model pemberian makan bergizi, yakni Ready to Eat (RTE), Ready to Cook (RTC) dan Swakelola. Tujuannya adalah untuk menganilisis efektivitas setiap model sekaligus memantau proses produksi, pemenuhan kebutuhan gizi, hingga distribusinya.    Hasilnya, Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat PKGK Ui Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, mengatakan bahwa konsumsi protein hewani pada anak-anak itu relatif rendah, kecuali telur.    "Selain itu, sebanyak 63% siswa tidak terbiasa membawa bekal. Meskipun demikian, status gizi siswa dilihat dari berat dan tinggi badan, tergolong normal berdasarkan standar WHO dan Kemenkes," ujarnya kepada wartawan, Kamis (26/9).  

  Adapun dari tiga model pemberian makanan bergizi yang dilakukan, Prof. Fika melanjutkan, model Swakelola memiliki tingkat konsumsi tertinggi diantara siswa dengan persentase 84%, diikuti oleh Ready to Cook (RTC) dengan persentase 83%.    Secara keseluruhan, jumlah anak dengan status gizi buruk/kurang, berkurang 2,8% pasca program. Program ini berhasil meningkatkan asupan gizi siswa, terutama dalam hal protein dan buah yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa.    Terkait hal itu, Direktur Corporate Affairs Rachmat Indrajaya mengungkapkan bahwa knsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju dan beberapa negara ASEAN.   

  "Sebagai produsen protein hewani berkualitas, JAPFA berkomitmen menyediakan pangan yang bergizi dan terjangkau, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2: Zero Hunger, serta mendukung visi Indonesia Emas 2045," tuturnya.    Studi ini disiapkan selama tiga bulan, mulai dari konsep model pemberian makan hingga pemilihan lokasi, sebelum akhirnya disosialisasikan pada awal Mei lalu.    Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR) I Dewa Made Agung, menekankan pentingnya kolaborasi multi stakeholder dalam mendukung keberhasilan program makan bergizi.    Menurutnya, edukasi mengenai menu dan konsumsi makanan bergizi, serta pengelolaan food waste perlu diberikan kepada anak dan orang tua.   

  “Studi percontohan yang dilakukan oleh JAPFA dan PKGK UI dapat menjadi referensi penting untuk implementasi program makan bergizi di sekolah-sekolah," ucapnya.    "Dari studi ini juga dapat dilihat penyusunan rentang biaya yang perlu disesuaikan dengan daerahnya. Selain itu, perlunya memastikan bahwa produsen menghasilkan bahan makanan yang berkualitas dan terjamin keamanan pangannya, serta higienitas dalam proses produksi untuk hasil yang optimal. Seperti daging ayam yang berasal dari rumah potong ayam yang memenuhi standar dan memiliki sertifikat NKV,” pungkas Dewa.  

  Untuk diketahui, wilayah cakupan riset studi ini meliputi daerah sekitar unit operasional JAPFA, yakni SDN 06 Batang Anai di Padang, Sumatera Selatan; SDN 01 Duyungan di Sragen, Jawa Tengah; Posyandu Kecamatan Bululawang di Malang, Jawa Timur; SDN 03 Sungai Pinyuh di Mempawah, Kalimantan Barat; serta SD Bugatun Mubarakah dan TK Asoka di Makassar, Sulawesi Selatan.    Selama 6 minggu berturut-turut, setiap wilayah diuji coba selama 10 hari untuk setiap model pemberian makanan, yang kemudian diukur dan dievaluasi angka kecukupan gizi dan efektivitas pelaksanaannya. 

Editor: Banu Adikara

Tag:  #hasil #riset #ungkap #program #makan #siang #bergizi #gratis #dapat #kurangi #anak #gizi #buruk

KOMENTAR