Perhatikan! 8 Perilaku Orang Tua Ini Membuat Anak Jadi Tidak Bahagia, Menurut Psikologi
Sebagai pengasuh utama, perilaku dan pendekatan yang diterapkan orang tua sering kali menjadi fondasi bagi perkembangan emosional dan mental anak.
Namun, tanpa disadari, beberapa perilaku atau pola asuh dapat berdampak negatif pada kebahagiaan mereka.
Perilaku seperti terlalu sering mengkritik, memberikan tekanan berlebihan, atau membatasi ruang eksplorasi anak dapat membuat mereka merasa tidak dihargai atau kehilangan kepercayaan diri.
Akibatnya, anak tumbuh dengan perasaan cemas atau bahkan minder, yang pada akhirnya menghambat kebahagiaan mereka di masa depan.
Dilansir dari Small Biz Technology, Jumat (24/1), berikut 8 perilaku orang tua yang membuat anak tidak bahagia.
- Mengabaikan emosi
Anak-anak adalah makhluk yang emosional. Mereka tertawa, menangis, dan frustasi, terkadang semuanya terjadi dalam rentang waktu lima menit.
Sebagai orang tua, tugasnya untuk menavigasi perairan emosional yang berombak ini bersama mereka.
Namun, masalahnya jika orang tua menyepelekan emosi anaknya atau menyuruh mereka untuk 'melupakannya', orang tua ini berarti tidak menghargai perasaan anaknya.
Ini adalah pesan bahwa emosi si anak tidak penting dan itu dapat membuat anak merasa tidak diperhatikan dan tidak didengar, yang berujung pada ketidakbahagiaan.
- Membandingkan dengan anak-anak lain
Tidak ada yang lebih cepat menghancurkan kepercayaan diri seorang anak selain terus-menerus dibandingkan dengan orang lain.
Entah itu saudara kandung, teman sekelas, atau anak tetangga, mendengar ucapan, “Mengapa kamu tidak bisa seperti mereka?” membuat seorang anak merasa bahwa dirinya tidak pernah cukup baik.
Alih-alih memotivasi mereka, hal itu malah menciptakan rasa tidak aman dan ketakutan mendalam akan kegagalan.
Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat menyebabkan kecemasan, keraguan diri, dan bahkan kebencian.
Setiap anak itu unik, dengan bakat, perjuangan, dan kecepatan perkembangannya sendiri.
Mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik adalah satu hal yang baik, sedangkan terus-menerus membandingkan mereka dengan orang lain hanya akan mengajarkannya untuk mencari validasi eksternal.
- Menjadwalkan waktu mereka secara berlebihan
Dalam dunia kita yang serba cepat, kita cenderung mengisi jadwal anak-anak kita dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kita ingin mereka berprestasi di sekolah, olahraga, musik, dan banyak lagi. Namun, tahukah kamu bahwa penjadwalan yang berlebihan ini justru dapat menyebabkan stres dan ketidakbahagiaan pada anak-anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki lebih banyak waktu luang untuk bermain tanpa struktur memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, lebih kreatif, dan lebih bahagia.
Mereka belajar memecahkan masalah, bernegosiasi dengan teman sebaya, dan membuat keputusan.
Di sisi lain, anak-anak dengan jadwal yang padat sering kali merasa tertekan untuk berprestasi. Mereka mungkin menjadi cemas untuk memenuhi harapan dan mungkin kehilangan kesenangan sederhana dari bermain bebas.
- Berfokus pada hal negatif
Kita semua pernah melakukan kesalahan, itu bagian dari menjadi manusia. Namun, sebagai orang tua, cara kita menanggapi kesalahan anak-anak dapat berdampak signifikan pada kebahagiaan mereka.
Jika kamu terus-menerus berfokus pada kesalahan yang dilakukan anak, mereka mungkin mulai percaya bahwa anak ini tidak dapat melakukan apa pun dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak berharga dan tidak bahagia.
Sebaliknya, cobalah untuk lebih fokus pada perilaku positif mereka. Misalnya, jika anak lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya tetapi ingat memberi makan hewan peliharaan, akui tanggung jawab yang telah mereka tunjukkan.
- Mengabaikan perawatan diri sendiri
Inilah sesuatu yang bisa dipelajari sebagai orang tua bahwa kamu tidak dapat menuangkan dari cangkir kosong.
Bagi kalian yang sudah punya anak, pernahkah merasakan bahwa kamu mengutamakan diri sendiri. Melewatkan makan, tidak tidur, dan mengabaikan hobi saya. Semua itu karena kamu ingin memberikan segalanya untuk anak.
Namun, sebaiknya kamu harus sadar bahwa dengan mengabaikan perawatan diri sendiri, bukan tidak hanya melelahkan diri tetapi juga memberi contoh yang buruk kepada anak.
Penting untuk diingat bahwa merawat diri sendiri bukanlah hal yang egois. Dengan merawat diri sendiri, kita menunjukkan kepada anak-anak pentingnya mencintai diri sendiri dan menjaga kesejahteraan diri sendiri.
- Melindungi dari semua kekecewaan
Sebagai orang tua, wajar saja jika kita ingin melindungi anak-anak kita dari segala patah hati dan kekecewaan.
Namun, percaya atau tidak, tindakan tersebut justru dapat lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaatnya.
Kekecewaan, meski sulit, merupakan bagian dari kehidupan. Kekecewaan mengajarkan pelajaran berharga tentang ketahanan, ketekunan, dan cara menghadapi emosi negatif.
Bila kita melindungi anak-anak kita dari segala kekecewaan, kita menghilangkan kesempatan mereka untuk mengembangkan keterampilan penting ini.
Hasilnya akhirnya mereka tidak siap menghadapi tantangan hidup di kemudian hari, yang berujung pada ketidakbahagiaan.
Sebaliknya, mari kita bimbing anak-anak kita melewati kekecewaan mereka. Mari kita ajari mereka cara mengatasinya, belajar dari pengalaman, dan bangkit kembali dengan lebih kuat.
- Kurangnya disiplin yang konsisten
Disiplin adalah hal yang sulit. Meskipun kita tidak ingin bersikap terlalu ketat, kurangnya disiplin yang konsisten dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakbahagiaan bagi anak-anak.
Anak-anak mendambakan struktur dan batasan. Struktur dan batasan menunjukkan perilaku yang dapat diterima dan tidak, sehingga mereka merasa aman dan dapat diprediksi.
Jika aturan tidak konsisten, anak-anak bisa jadi tidak yakin tentang apa yang diharapkan dari mereka.
Ketidakpastian ini dapat menyebabkan kecemasan, tindakan yang tidak pantas, dan ketidakbahagiaan secara keseluruhan.
Jadi, meskipun terkadang lebih mudah untuk membiarkan segala sesuatunya berlalu begitu saja, mempertahankan disiplin yang konsisten sangat penting untuk membesarkan anak-anak yang bahagia.
Ingat, ini bukan tentang hukuman, tetapi mengajari mereka tentang konsekuensi dan tanggung jawab.
- Gagal menunjukkan cinta tanpa syarat
Pada akhirnya, hal terpenting yang dibutuhkan anak agar bahagia adalah merasa dicintai, tanpa syarat.
Bila seorang anak merasa bahwa kasih sayang kamu bergantung pada perilaku, prestasi, atau faktor eksternal lainnya, hal itu dapat menimbulkan rasa tidak aman dan ketidakbahagiaan.
Sangat penting bagi anak untuk mengetahui bahwa mereka dicintai apa adanya, bukan apa yang mereka lakukan.
Cinta tanpa syarat menumbuhkan harga diri, rasa aman, dan akhirnya, kebahagiaan. Jadi, apa pun yang terjadi, pastikan anak-anak kamu tahu bahwa mereka dicintai dengan apa adanya.
Tag: #perhatikan #perilaku #orang #membuat #anak #jadi #tidak #bahagia #menurut #psikologi