Belajar dari Kasus Baim-Paula, Bagaimana Mengatasi Anak yang Trauma Perceraian Orang Tua?
Tak bisa dipungkuri bahwa akan timbul rasa trauma pada anak pasca terjadinya perceraian orang tua. Hal itu juga dialami oleh kedua anak Baim Wong dan Paula Verhoeven.
Pasca menggugat cerai Paula Verhoeven, pengacara Baim Wong, Fahmi Bachmid mengungkapkan jika kedua anak mereka, Kiano dan Kenzo mengalami trauma.
Bahkan, ia mengatakan jika kedua jagoan Baim tersebut sampai dibawa ke psikolog untuk menangani rasa traumanya.
"Saya katakan, anak-anak trauma. Sudah ke psikolog," ujar Fahmi Bachmid.
Tak hanya Kiano dan Kenzo saja, ada banyak anak di luar sana merasakan trauma pasca orang tua mereka bercerai.
Apakah rasa trauma pada anak itu bisa diatasi? Jawabannya tentu saja bisa. Berikut adalah tips mengatasi anak yang trauma perceraian orang tua.
Mengatasi anak yang trauma perceraian orang tua
Sebagai orang tua, seharusnya tidak terlalu egois apalagi menyangkut seorang anak. Jika memang rumah tangga tidak bisa dipertahankan, sebaiknya kondisi mental anak juga harus dipikirkan.
Melihat ada banyak anak yang trauma setelah orang tuanya bercerai, maka sebagai orangtua yang baik harus bisa mencari tahu terlebih dahulu bagaimana rasa trauma tersebut bisa diatasi. Berikut beberapa cara mengatasi trauma anak akibat perceraian orang tua.
Keluarga Baim Wong [instagram]1. Jangan bertengkar di depan anak
Terkadang, emosi yang sudah memuncak dan tidak bisa dikontrol lagi, akan meledak sehingga menimbulkan pertengkaran.
Sebaiknya, hindari pertengkaran secara langsung maupun tidak langsung di depan anak. Sebab, emosi anak pasca orangtua bercerai cenderung lebih sensitif sehingga mereka akan lebih mudah sedih, terpukul, dan marah.
Akan lebih bijak jika bersikap lebih tenang di depan anak sehingga mereka juga akan menunjukkan sikap yang sama.
2. Biarkan anak mengungkapkan perasaannya
Sekali lagi, orang tua tidak boleh bersikap egois. Anak juga ingin meluapkan perasaan mereka setelah orang tua bercerai.
Terkadang, mereka tidak tahu bagaimana cara meluapkan perasaan-perasaan tersebut sehingga lebih memilih untuk diam.
Sebaiknya, bantu anak agar bisa mengungkapkan bagaimana perasaan mereka. Jika mereka merasa marah, dendam, kecewa, bahkan depresi, itu adalah hal yang wajar.
Katakan bahwa perceraian itu terjadi bukan salah mereka. Dengan demikian, mereka akan merasa lebih baik dan mampu menerima kenyataan.
3. Jangan saling menjelekkan di depan anak
Pasca bercerai, usahakan untuk tidak saling menjelekkan satu sama lain di depan anak. Sebab, meski menjadi pasangan buruk dalam sebuah hubungan, namun tidak mentup kemungkinan akan menjadi orangtua yang baik untuk anak.
Menurut seorang psikolog, tindakan menjelekkan salah satu orang tuanya di depan anak dapat mengganggu psikisnya.
Dampak buruk yang akan terjadi adalah anak akan membenci orang tuanya, bahkan dirinya sendiri.
4. Luangkan waktu untuk anak
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pasca perceraian orang tua, anak akan mengalami kondisi emosi yang tidak stabil.
Mereka akan mudah marah, terpukul, bahkan depresi. Tak hanya itu, banyak dari mereka juga akan menghabiskan waktu sendiri hanya untuk meratapi nasib mereka.
Oleh karenanya, jangan pernah biarkan anak larut dalam kesendiriannya. Luangkan waktu untuk bisa bersama mereka.
Beri anak perhatian dan kasih sayang lebih sehingga mereka tidak akan merasa sendiri.
5. Konsultasikan dengan ahli kesehatan mental
Langkah terakhir untuk mengatasi trauma anak usai perceraian orang tua adalah bawa anak untuk berkonsultasi kepada ahli kesehatan mental alias psikolog.
Cara ini bisa dilakukan jika memang anak sudah memiliki trauma begitu berat dan orang tua sudah tidak mampu mengatasinya sendiri.
Psikolog dapat membantu anak-anak mengatasi perasaan dan emosional meereka. Selain itu, mereka juga bisa memberikan dukungan penuh agar anak bisa keluar dari rasa trauma yang dialami.
Kontributor : Damayanti Kahyangan
Tag: #belajar #dari #kasus #baim #paula #bagaimana #mengatasi #anak #yang #trauma #perceraian #orang