Biaya Kesehatan Semakin Mahal, Ini Tips Bijak Hadapi Inflasi Medis
Ilustrasi biaya kesehatan. (Elements Envato)
16:25
6 Agustus 2024

Biaya Kesehatan Semakin Mahal, Ini Tips Bijak Hadapi Inflasi Medis

Pernahkah Anda merasa terkejut dengan tagihan rumah sakit yang membengkak? Ya, kenaikan biaya kesehatan memang telah menjadi perhatian global. Survei Willis Tower Watson mengatakan bahwa inflasi biaya medis global pada tahun 2023 mengalami peningkatan dari 7,4% menjadi 10,7%. Di Indonesia, bahkan mencapai 11,5% dan akan meningkat lagi hingga 12,74% pada 2024.

Lalu, mengapa biaya kesehatan selalu naik? Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan biaya kesehatan, di antaranya perkembangan teknologi medis yang semakin canggih, usia harapan hidup yang meningkatkan kebutuhan akan layanan kesehatan, hingga inflasi medis yang menyebabkan kenaikan biaya dokter, biaya perawatan, operasi, dan lainnya.

Tentu saja, kenaikan biaya kesehatan ini sangat meresahkan masyarakat. Hal ini karena risiko sakit tidak dapat ditebak kapan akan terjadi, dan begitu pula dengan besaran biaya pengobatannya. Apalagi, jika didiagnosa penyakit kritis, tentunya akan membutuhkan biaya yang sangat besar dengan masa pengobatan yang panjang.

Lalu, bagaimana solusi dalam menghadapi kenaikan biaya kesehatan ini? Financial Consultant & Brand Ambassador Sequis Donna Agnesia, mengatakan bahwa kenaikan biaya kesehatan memang sulit dihindarkan dan akan menjadi tambahan pengeluaran keluarga. Untuk itu, Donna menyarankan masyarakat meminimalisir risiko menanggung biaya kesehatan dengan disiplin melakukan perencanaan keuangan sejak memiliki penghasilan.

Baca Juga: Tips Memilih Asuransi Kesehatan untuk Generasi Muda: Pilih yang Tawarkan Benefit Kesehatan Mental

Donna Agnesia, Financial Consultant & Brand Ambassador Sequis (Dok. Sequis)Donna Agnesia, Financial Consultant & Brand Ambassador Sequis (Dok. Sequis)

“Mengelola keuangan termasuk susah-susah gampang. Sering dianggap susah karena kita dikelilingi oleh berbagai kemudahan belanja online dengan harga murah, bermacam diskon di berbagai gerai belanja, dan godaan gaya hidup masyarakat modern yang perlu biaya besar. Namun, dengan kondisi kenaikan inflasi medis, berpotensi membuat kondisi hidup jadi mendesak. Pada akhirnya, kita harus membuat prioritas pengeluaran. Itu sebabnya, pengelolaan keuangan menjadi suatu keharusan,” sebut Donna yang juga ibu dari tiga anak itu.

Hal itulah yang dilakukan oleh Donna. Dengan melakukan perencanaan keuangan, ia secara eratur menganggarkan pos biaya kesehatan, sehingga bila ada anggota keluarga terserang penyakit ringan dan butuh pengobatan sederhana, dapat segera ditangani. Menurutnya, jangan sampai untuk penyakit ringan pun kita tidak memiliki anggaran. Dan, jangan pernah remehkan penyakit ringan, segera berobat demi mencegah dari kemungkinan meluas menjadi penyakit kronis.

“Saya pun membuat anggaran kesehatan setiap bulan. Kebiasaan baik ini kami sosialisasikan juga ke anggota keluarga dan orang-orang terdekat. Anggaran kesehatan dapat digunakan untuk kebutuhan obat ringan, vitamin, dan kunjungan dokter,” imbuh Donna.

Sebagai Financial consultant, Donna kerap berbagi saran kepada calon nasabah dan orang-orang terdekatnya agar saat menerima gaji, bonus, atau pendapatan lain, agar jangan langsung digunakan untuk belanja, tetapi sisihkan setidaknya 50% hingga 70% untuk kebutuhan pokok termasuk cicilan, utang, dan asuransi kesehatan. Kemudian, sisihkan sekitar 10% untuk dana darurat. Jika penghasilan bertambah atau risiko dirasa cenderung meningkat, maka persentase pos dana darurat juga dapat ditambah.

Pos dana darurat berguna sebagai perlindungan jangka pendek untuk menghadapi kejadian yang tidak terduga, seperti jika terjadi risiko pekerjaan yang memengaruhi penghasilan, perbaikan rumah yang mendesak, atau jika terjadi kecelakaan dan kondisi darurat lainnya.

Baca Juga: Biaya Tinggi Bikin Masyarakat Indonesia Sulit Akses Fasilitas Kesehatan, Bisakah Kredit Digital Jadi Solusi?

Donna pun mengingatkan untuk memasukkan asuransi kesehatan dalam perencanaan keuangan, karena jika hanya mengandalkan dana darurat untuk rawat medis akan mengurangi saldo pos dana darurat. Perawatan medis akan butuh dana lebih dan cenderung tidak dapat diperkirakan, karena inflasi medis sudah pasti akan terus naik, dan kondisi alam yang semakin berubah ikut memengaruhi kondisi kesehatan atau kita menjadi lebih mudah sakit.

Tiga hal di atas, menurut Donna, adalah berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan masyarakat tertimpa kesulitan keuangan karena harus menanggung biaya berobat.

Untuk itu, dalam perencanaan keuangan, perlu memitigasi risiko sakit melalui asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan masih dipercaya menjadi solusi karena dinilai mampu menghadapi kondisi ketidakpastian menjadi pasti. Dengan membayar premi yang jumlahnya kecil, asuransi kesehatan mampu mengatasi risiko biaya medis yang besar tanpa perlu mengorbankan finansial dan aset keluarga.

“Menjadikan perencanaan keuangan sebagai gaya hidup akan membantu Anda dan keluarga memiliki kebiasaan menyisihkan uang sehingga bisa membayar premi asuransi kesehatan. Jika terjadi risiko sakit pada anggota keluarga, tidak perlu khawatir dan tidak perlu mengeluarkan dana dari tabungan pribadi karena biaya pengobatan dapat ditanggung melalui klaim asuransi kesehatan,” imbuh Donna.

Head of Health Strategic Business Unit Sequis Mitchell Nathaniel memperkuat alasan kebaikan memiliki asuransi kesehatan, yaitu karena nasabah bisa mendapat perawatan rawat inap yang berkualitas dengan adanya penggantian biaya kesehatan. Pasien juga tidak perlu mengeluarkan biaya sendiri terlebih dahulu apabila perawatan dilakukan di rumah sakit rekanan. Salah satunya Sequis Q Infinite MedCare Shield Rider (IMC Shield) yang sudah dapat melindungi Tertanggung sejak usia 30 hari–70 tahun.

Editor: Vania Rossa

Tag:  #biaya #kesehatan #semakin #mahal #tips #bijak #hadapi #inflasi #medis

KOMENTAR