Orang yang Kesulitan Mencari Teman Seringkali Menunjukkan 9 Perilaku ini Menurut Psikologi
Ilustrasi sembilan perilaku umum yang mungkin menghalangimu untuk terhubung dengan orang lain yang didukung oleh psikologi. (Pexels/José Luis Photographer)
09:28
23 Januari 2025

Orang yang Kesulitan Mencari Teman Seringkali Menunjukkan 9 Perilaku ini Menurut Psikologi

 

Kita semua ingin merasa terhubung yaitu memiliki persahabatan yang terasa mudah, mendukung, dan nyata. Namun, bagi sebagian dari kita, menjalin dan mempertahankan persahabatan tidak semudah yang terlihat.

Kamu mungkin merasa seolah-olah selalu tertinggal satu langkah di belakang, bertanya-tanya mengapa koneksi datang begitu alami bagi orang lain tetapi terasa seperti perjuangan untukmu. Faktanya, terkadang hal itu bukan sekedar nasib buruk atau keadaan.

Ada kebiasaan yang orang kembangkan, seringkali tanpa disadari, yang diam-diam menghalangi mereka untuk dapat terhubung dan membentuk hubungan yang lebih dalam. Pola-pola ini menyusup pada interaksi sehingga makin sulit membangun persahabatan yang kita inginkan.

Dilansir dari Hack Spirit, terdapat sembilan perilaku umum yang mungkin menghalangimu untuk terhubung dengan orang lain yang didukung oleh psikologi.

1. Menganalisis interaksi sosial secara berlebihan

Analisis berlebihan terhadap situasi sosial merupakan sifat umum pada orang-orang yang merasa sulit berteman. Hal ini tidak selalu terlihat jelas, karena seringkali terjadi secara internal dan secara halus memengaruhi perilaku mereka.

Orang yang terlalu menganalisis mungkin terlalu banyak merenungkan percakapan atau pertemuan di masa lalu. Mereka mungkin khawatir apakah mereka mengatakan sesuatu yang salah, apakah mereka cukup lucu, atau apakah mereka memberikan kesan yang baik.

Pemikiran berlebihan yang terus menerus ini dapat terwujud dalam berbagai cara. Mereka mungkin ragu memulai percakapan, takut mengatakan hal yang salah, atau mungkin mereka terlalu khawatir tentang bagaimana orang lain menilai mereka.

Hal ini dapat mengarah pada perilaku tidak percaya diri yang dapat dianggap canggung atau angkuh.

2. Takut ditolak

Takut ditolak merupakan perilaku lain yang dapat menghambat terbentuknya persahabatan. Ketakutan ini bisa begitu besar hingga menghambat seseorang untuk mencoba menjalin koneksi.

Orang yang takut penolakan mungkin menahan diri untuk menghubungi orang lain, atau mereka mungkin menghindari acara sosial sepenuhnya untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan malu atau kecewa.

Ketakutan ini juga dapat mengarah kepada perilaku merusak diri sendiri. Misalnya, mereka mungkin menafsirkan interaksi yang netral atau bahkan positif sebagai negatif, menduga penolakan bahkan sebelum hal itu terjadi.

Hal ini dapat menciptakan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, karena ketakutan dan perilaku mereka selanjutnya dapat menjauhkan orang, memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka ditakdirkan untuk ditolak.

3. Terlalu menyenangkan

Meskipun bersikap menyenangkan mungkin tampak membantu dalam menjalin pertemanan, bersikap terlalu menyenangkan sebenarnya dapat menjadi penghalang dalam menjalin hubungan yang tulus.

Orang-orang yang terlalu menyenangkan seringkali menekan pendapat dan pilihan mereka sendiri dalam upaya menghindari konflik atau agar disukai. Mereka mungkin setuju dengan segala sesuatu yang dikatakan seseorang bahkan ketika mereka tidak benar-benar memiliki pandangan yang sama.

Mereka juga mungkin selalu mengikuti apa yang ingin dilakukan kelompok tanpa menyuarakan keinginan mereka sendiri. Perilaku ini dapat menyebabkan orang lain memiliki pemahaman yang dangkal tentang siapa mereka sebenarnya.

Hal ini dapat mengakibatkan mereka merasa tidak puas dan terputus hubungan, karena mereka tidak menjadi diri mereka yang sebenarnya.

4. Berjuang dengan kepercayaan diri

Mari kita bersikap jujur, kurangnya rasa percaya diri dapat membuat kita sulit menjalin persahabatan. Itu seperti mencoba menjual produk yang tidak kamu yakini, akan sulit menjualnya.

Orang-orang yang berjuang dengan kepercayaan diri seringkali merasa mereka tidak cukup baik atau cukup menarik untuk menjadi teman seseorang. Mereka mungkin berpikir, "Mengapa ada orang yang mau berteman denganku?"

Pola pikir ini dapat membuat mereka menahan diri untuk tidak menghubungi orang lain atau membuka diri dalam percakapan. Kurangnya rasa percaya diri ini dapat dirasakan oleh orang lain dan dapat membuat orang lain sulit terhubung dengan mereka.

Membangun rasa percaya diri bukanlah proses yang dapat dilakukan dalam semalam, tetapi merupakan langkah penting dalam meningkatkan hubungan sosial.

5. Sulit mengekspresikan emosi

Banyak dari kita yang kesulitan mengekspresikan emosi. Mungkin sulit, bahkan terkadang menakutkan, untuk terbuka dan berbagi apa yang sebenarnya kita rasakan. Orang yang kesulitan mengekspresikan emosinya seringkali merasa seperti orang luar yang hanya bisa melihat dari dalam.

Mereka mungkin menahan perasaannya karena takut dihakimi atau disalahpahami. Hal ini dapat menyebabkan orang lain menganggap mereka jauh atau tidak tertarik.

Masalahnya, persahabatan dibangun atas dasar pengalaman dan emosi yang sama. Ketika kita terbuka tentang perasaan kita, hal itu memungkinkan orang lain untuk berempati dengan kita dan membentuk hubungan yang lebih dalam .

6. Berusaha untuk menyesuaikan diri

Berusaha untuk menyesuaikan diri, menjadi bagian dari kelompok yang 'keren', atau sekadar berusaha untuk tidak menonjol karena takut dikucilkan. Itu adalah perjuangan yang umum, dan itu sepenuhnya manusiawi.

Namun, orang-orang yang selalu berusaha keras untuk diterima mungkin akan merasa lebih sulit untuk mendapatkan teman sejati. Mereka mungkin mengadopsi minat, pendapat, atau bahkan perilaku yang sebenarnya bukan milik mereka dalam upaya untuk diterima.

Hal ini dapat dianggap tidak tulus dan menghalangi terbentuknya hubungan yang autentik. Ironisnya, persahabatan sejati bukanlah tentang menyesuaikan diri dengan cetakan. Melainkan tentang diterima dan dicintai apa adanya.

7. Pengobrol yang banyak

Orang yang mendominasi percakapan seringkali kesulitan mencari teman. Mereka mungkin begitu bersemangat untuk berbagi cerita atau pendapat sehingga lupa memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

Meskipun antusiasme mereka dapat menular, terus-menerus memonopoli pembicaraan dapat membuat orang lain merasa tidak didengarkan dan tidak penting.

Mengingat bahwa percakapan adalah jalan dua arah dan menunjukkan minat yang tulus terhadap apa yang dikatakan orang lain dapat membuat perbedaan besar dalam interaksi. Bagaimanapun, semua orang suka didengarkan dan merasa dihargai.

8. Tidak bisa diandalkan

Mereka sering membatalkan rencana di menit-menit terakhir atau sering terlambat, yang membuat orang lain sulit memercayainya. Padahal kepercayaan adalah dasar dari persahabatan yang kuat. Mereka terus-menerus mengecewakan orang lain sehingga orang lain mulai merasa tidak dapat mengandalkannya.

Jika orang tidak dapat mengandalkannya, mereka cenderung tidak akan menginvestasikan waktu dan energi mereka untuk membangun hubungan dengan orang tersebut. Menjadi dapat diandalkan tidak berarti harus sempurna. Kita semua ada kalanya terlambat atau perlu menjadwal ulang.

Namun berupaya menghargai waktu dan komitmen orang lain menunjukkan bahwa mereka menghargai dan menghormati orang lain, yang sangat membantu dalam menjalin persahabatan yang langgeng.

9. Tidak mendengarkan secara aktif

Orang-orang yang kesulitan menjalin pertemanan seringkali lupa untuk mendengarkan secara aktif selama percakapan. Mereka mungkin terlalu fokus pada apa yang akan mereka katakan selanjutnya atau terlalu terganggu oleh pikiran mereka sendiri untuk benar-benar mendengar apa yang dikatakan orang lain.

Mendengarkan secara aktif bukan hanya tentang mendengarkan kata-kata. Mendengarkan secara aktif melibatkan menunjukkan minat yang tulus terhadap pikiran dan perasaan orang lain, mengajukan pertanyaan lanjutan, dan menanggapi dengan cara yang menunjukkan bahwa kamu benar-benar terlibat dalam percakapan.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #orang #yang #kesulitan #mencari #teman #seringkali #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi

KOMENTAR