



Demo ASN Dikti, Ini 4 Cara Hadapi Atasan Otoriter di Tempat Kerja
Penyalahgunaan wewenang atau abuse of power oleh atasan masih menjadi isu yang sering ditemukan di berbagai lingkungan kerja.
Salah satu contoh kasus yang mencuat adalah aksi demo di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikti) baru-baru ini, yang menggambarkan situasi penyalahgunaan kekuasaan terhadap karyawan.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pegawai untuk memahami langkah-langkah menghadapi perlakuan tidak adil dari atasan agar tidak berdampak buruk pada produktivitas maupun kesehatan mental.
Berikut adalah empat cara menghadapi atasan yang otoriter atau abuse of power di tempat kerja.
Cara menghadapi atasan otoriter
1. Kenali penyebabnya
Abuse of power biasanya dimulai dari tindakan atasan yang melemparkan tanggung jawab secara tidak adil.
Menurut Business Director di TOSEC WORLD, Antoneitta Dewi, bentuk abuse of power yang sering terjadi adalah ketidakadilan dalam pembagian tugas, memberikan kritik yang tidak membangun, dan menurunkan moral bawahan.
“Bentuk penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power yang sering terjadi dalam perusahaan adalah pembebanan kewajiban kerja atau melempar kesalahan kepada bawahan atau orang lain,” jelas Neitta saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (15/1/2025).
Abuse of power juga sering terjadi akibat kurangnya pengawasan dari atasan terhadap kinerja pekerjanya.
Hal tersebut dapat menciptakan ketidakadilan di lingkungan kerja dan membuat karyawan merasa tertekan.
2. Berkomunikasi dan terbuka
Setelah mengenali penyebab abuse of power, langkah selanjutnya adalah berkomunikasi secara terbuka.
Menurut psikolog sekaligus dosen Universitas Gunadarma, Meity Arianty, komunikasi yang sehat antara atasan dan bawahan dapat mencegah penyalahgunaan wewenang.
“Jika bawahan mendapatkan perlakuan tidak layak, sebaiknya disampaikan kepada atasan, apa yang mengganggu atasan, atau apakah ada yang harus diperbaiki atau mungkin ada kesalahpahaman,” ucap Meity.
Melalui komunikasi yang terbuka, atasan dapat mendengar langsung perasaan dan kebutuhan pekerjanya.
Selain itu, pekerja juga bisa merasa lebih percaya diri untuk memberikan feedback yang membangun kepada atasan mereka.
3. Lakukan pengaduan secara resmi
Jika upaya menjalin komunikasi dengan atasan belum membuahkan hasil, tidak ada salahnya untuk melakukan pengaduan secara resmi.
Langkah tersebut penting dilakukan jika abuse of power semakin merugikan karyawan secara psikologis.
“Pegawai bisa mengadukan dan akan dilakukan audit terhadap aduan yang disampaikan,” ujar Neitta.
Pengaduan resmi ini juga membantu perusahaan untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan atasan yang melanggar kode etik.
Selain itu, pekerja juga akan mendapatkan perlindungan hukum dan dukungan dari pihak internal perusahaan.
4. Jalin dukungan dari rekan kerja
Selain melakukan pengaduan secara resmi, pekerja juga perlu memiliki dukungan dari rekan kerja.
Meity menjelaskan, dukungan dari sesama karyawan bermanfaat untuk menghadapi situasi yang tidak mengenakkan di lingkungan kerja.
“Dukungan sangat penting diberikan sesama rekan agar yang bersangkutan dapat melewati masa sulitnya,” kata Meity.
Meity menambahkan, sesama pekerja dapat saling memberikan perhatian dan empati satu sama lain, baik secara moral maupun emosional.
“Jika ada sesama pegawai dapat menolong sebaiknya saling menolong, sebab roda akan selalu berputar, siapa tahu besok lusa salah satu dari mereka juga menjadi korban,” imbuhnya.
Meski tidak mudah, para pekerja perlu berani untuk speak up dan membela diri.
Dengan langkah-langkah yang tepat, para pekerja dapat melindungi hak pribadi dan mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih sehat.
Tag: #demo #dikti #cara #hadapi #atasan #otoriter #tempat #kerja