9 Ciri Kepribadian Orang yang Suka Banyak Berbicara daripada Mendengarkan, Salah Satunya Percaya Diri
lustrasi: Orang suka bicara (August de Richelieu/pexels.com)
19:00
21 Januari 2025

9 Ciri Kepribadian Orang yang Suka Banyak Berbicara daripada Mendengarkan, Salah Satunya Percaya Diri

Kamu sedang menikmati sebuah acara yang penuh keceriaan, berinteraksi dengan banyak orang di sekitar. Tiba-tiba, seseorang yang sangat mencolok menginterupsi percakapanmu dengan berbicara dengan suara yang sangat keras, tanpa menyadari bahwa kehadiran dan kata-katanya sudah mengganggu alur diskusi yang sedang berlangsung.

Atau mungkin kamu cenderung berbicara terlalu banyak tanpa memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara, lebih memikirkan apa yang ingin dikatakan daripada mendengarkan pendapat orang lain. Melansir kepribadian orang yang suka banyak berbicara daripada mendengarkan, salah satunya percaya diri.

1. Ekstrovert

Ekstrovert dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan nyaman menjadi pusat perhatian. Mereka punya kemampuan berkomunikasi yang baik, tetapi sering lebih banyak berbicara dibandingkan mendengarkan. Menurut psikologi, ekstrovert cenderung berbicara lebih banyak sebab mereka merasa perlu berinteraksi dengan orang lain untuk berpikir dan berfungsi secara baik.

Mereka sering memproses informasi sambil berbicara yang bisa membuat mereka kurang mendengarkan. Walau ini bisa membuat percakapan terasa berat, sifat ini menjadikan mereka pusat energi dalam kelompok. Apabila ini menggambarkanmu, kesadaran diri dan perhatian penuh bisa menciptakan komunikasi yang lebih seimbang, tetapi jika kamu menikmatinya dan hubunganmu berjalan baik, teruslah menjadi diri sendiri.

2. Percaya diri

Orang yang lebih banyak berbicara daripada mendengarkan biasanya lebih percaya diri dibandingkan teman-teman mereka yang pendiam. Keadaan ini mungkin karena mereka memiliki keyakinan kuat pada pengetahuan mereka. Ketika berbicara, mereka melakukannya dengan percaya diri, yakin bahwa perspektif mereka berharga dan memperkaya percakapan.

Menurut para psikolog keyakinan ini mendorong mereka untuk mendominasi percakapan, merasa perlu berbagi wawasan. Mereka jarang ragu-ragu dan tidak menyiapkan naskah pembicaraan. Mereka merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain.

3. Butuh validasi

Beberapa orang berbicara lebih banyak dibandingkan mendengarkan karena mereka merasa perlu mendapatkan validasi. Tanpa disadari, kebutuhan ini mempengaruhi cara mereka berkomunikasi. Dalam percakapan, mereka berbicara berlebihan demi memperoleh pengakuan atas ide atau pencapaian mereka, menjaga perhatian tetap pada diri mereka.

Meskipun mencari persetujuan merupakan hal yang wajar, namun dengan bergantung sepenuhnya pada sumber eksternal guna mengisi kekosongan bukanlah cara yang produktif. Apabila ini menggambarkan dirimu, maka penting untuk mulai mengatasinya.

 

4. Tidak sabaran

Kadang-kadang, orang lebih banyak berbicara daripada mendengarkan terjadi sebab ketidaksabaran. Mereka yang tidak sabar cenderung menginginkan kepuasan instan dan lebih fokus pada keinginan agar segera mengekspresikan diri dibandingkan mendengarkan orang lain.

Ketidaksabaran ini mendorong mereka supaya lebih sering berbicara dan menyela percakapan. Apabila ditambah dengan rentang perhatian yang pendek, maka mereka kesulitan untuk tetap fokus pada pembicaraan orang lain dalam waktu lama dan biasanya teralihkan oleh perhatian.

5. Antusias

Orang introvert umumnya akan lebih banyak berbicara dibandingkan mendengarkan ketika sangat bersemangat mengenai sesuatu, seperti acara yang dinantikan, film favorit, atau topik yang dianggap penting. Walaupun mereka hanya melakukannya di sekitar teman dekat, tetapi pembicaraan tetap menarik perhatian karena jarang terjadi.

Ketika seseorang bersemangat tentang suatu topik, gairah mereka terlihat jelas, mendorong mereka berbagi wawasan. Orang yang bersemangat mudah dikenali melalui pembicaraan mereka yang penuh energi dan antusiasme. Jangan batasi kegembiraan mereka, biarkan semangat itu menular padamu.

6. Tegas

Ketegasan merupakan sifat lain yang sering dimiliki oleh orang yang lebih banyak berbicara daripada mendengarkan. Orang yang asertif tidak ragu menyampaikan pendapat mereka, meski berbeda dari orang lain. Keinginan didengarkan mendorong mereka mendominasi percakapan dan mengarahkan diskusi sesuai preferensi mereka.

Mereka percaya pada kemampuan dalam menyampaikan ide secara persuasif, sehingga tidak menghindar dari obrolan atau perdebatan. Walaupun pendekatan mereka sering mengesankan, terutama di lingkungan profesional, terlalu banyak ketegasan pada percakapan akrab bisa merusak suasana. Ini merupakan hal yang perlu diingat.

7. Empati rendah

Orang dengan empati rendah cenderung lebih banyak berbicara dibandingkan mendengarkan karena kesulitan untuk terhubung dengan perspektif orang lain. Mereka merasa kesusahan guna mendengarkan secara aktif dan lebih fokus membicarakan diri mereka sendiri.

Selain itu, mereka kurang peka terhadap isyarat non-verbal dan sering tidak memahami konteks emosional percakapan. Hal ini membuat mereka tidak menyadari kapan waktunya mendengarkan. Tanpa empati, membangun hubungan yang bermakna menjadi sulit, karena mereka mungkin terlalu mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain.

 

8. Narsistik

Berbicara secara kompulsif bisa menjadi gejala Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD). Orang dengan NPD memiliki kebutuhan berlebihan akan perhatian dan rasa penting diri yang tinggi. Mereka percaya bahwa apa yang mereka katakan lebih berharga dibanding kontribusi orang lain, sehingga sering berusaha memperlihatkan keahlian mereka.

Bagi seorang narsisis, percakapan lebih sebagai kesempatan memperlihatkan kehebatan diri daripada terhubung dengan orang lain. Pembicaraan kompulsif mereka bisa mengganggu, namun dengan bantuan profesional kesehatan mental, mereka bisa belajar mengubah cara berbicara, asalkan mereka bersedia untuk berubah.

9. Impulsif

Salah satu alasan orang lebih banyak berbicara daripada mendengarkan adalah impulsivitas. Menurut psikologi, berbicara berlebihan biasanya merupakan gejala perilaku impulsif. Orang yang impulsif cenderung berbicara tanpa memproses pikiran mereka sepenuhnya, memberi tanggapan tanpa berpikir panjang tentang konsekuensinya.

Kondisi ini membuat mereka mendominasi percakapan, lebih fokus mengekspresikan diri dibanding mendengarkan atau memberikan tanggapan yang matang. Terkadang, sikap ini bisa dianggap tidak peka atau menyinggung orang lain. Guna menghindarinya, cobalah bersikap tenang dan beri kesempatan orang lain untuk menyelesaikan pemikirannya sebelum kamu berbicara. Latihan akan membantumu memperbaikinya.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #ciri #kepribadian #orang #yang #suka #banyak #berbicara #daripada #mendengarkan #salah #satunya #percaya #diri

KOMENTAR