Menurut Psikologi: Inilah 7 Alasan di Balik Perilaku Hidup yang Berantakan: Kreativitas atau Kebiasaan?
Ilustrasi kamar yang berantakan (Pexels)
05:44
21 Januari 2025

Menurut Psikologi: Inilah 7 Alasan di Balik Perilaku Hidup yang Berantakan: Kreativitas atau Kebiasaan?

 

Hidup berantakan bukanlah fenomena baru. Bahkan, hampir setiap orang  memiliki hari-hari di mana mereka malas merapikan barang-barang di sekitarnya.

Namun bagi sebagian orang, pola ini menjadi kebiasaan yang tampaknya sulit untuk diubah.

Oleh akrenanya, psikologi mengungkapkan bahwa hidup dalam kondisi yang tidak teratur dapat mencerminkan lebih dari sekadar kebiasaan buruk.

Banyak hal di balik perilaku berantakan ini, ternyata berkaitan dengan pola pikir, kepribadian, hingga emosi seseorang.

Kekacauan yang terlihat di permukaan sering kali menjadi representasi nyata dari proses internal yang dialami oleh individu tersebut.

Seperti dikutip dari Geediting, berikut adalah tujuh ciri psikologis yang sering ditemukan pada mereka yang hidupnya terlihat berantakan.

1. Kreativitas yang Tinggi

Bagi sebagian orang, tumpukan barang yang berserakan bukan sekadar kekacauan, melainkan cerminan dari pola pikir kreatif.

Menurut psikolog, individu kreatif cenderung berpikir di luar batasan konvensional, termasuk dalam mengelola ruang di sekitar mereka.

Bagi mereka, barang yang terlihat tidak terorganisir sebenarnya mengikuti "sistem unik" yang hanya mereka pahami.

Kekacauan ini sering kali menjadi bagian dari proses kreatif, di mana ide-ide segar dan inovatif muncul dari lingkungan yang tampaknya tidak tertata.

Penelitian menunjukkan bahwa orang kreatif cenderung memprioritaskan eksplorasi ide dibandingkan tugas-tugas rutin seperti merapikan barang.

Kekacauan, bagi mereka, bukanlah penghalang produktivitas, melainkan katalis untuk inovasi.

2. Kebiasaan Menunda

Hubungan antara penundaan dan kekacauan sudah lama menjadi perhatian dalam studi psikologi.

Orang yang hidup berantakan sering kali tidak sengaja menciptakan lingkungan yang tidak teratur.

Penundaan menjadi penyebab utama, di mana pekerjaan rumah tangga terus ditunda hingga waktu yang tidak tentu.

Bagi mereka, merapikan ruangan terasa seperti tugas besar yang membutuhkan energi ekstra, sehingga lebih mudah untuk terus mengabaikannya.

Masalahnya, kebiasaan menunda ini akhirnya menciptakan tumpukan pekerjaan yang semakin sulit diatasi.

Kondisi ini sering kali diperburuk oleh rasa bersalah yang muncul karena melihat kekacauan. Namun, alih-alih bertindak, rasa kewalahan justru membuat mereka semakin terjebak dalam siklus penundaan.

3. Rendahnya Kesadaran Terhadap Ketertiban

Tidak semua orang secara alami menyukai keteraturan. Dalam psikologi, hal ini dikaitkan dengan rendahnya tingkat kehati-hatian, yaitu salah satu ciri kepribadian yang berkaitan dengan disiplin diri dan perhatian terhadap detail.

Orang dengan ciri ini biasanya tidak terlalu peduli dengan barang-barang yang berserakan atau kehilangan hal-hal kecil seperti kunci.

Bagi mereka, keteraturan bukanlah prioritas utama, sehingga mereka cenderung memilih aktivitas lain daripada merapikan lingkungan.

Tanpa kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya ketertiban, mereka sering kali sulit mempertahankan kebiasaan yang mendukung hidup terorganisir.

4. Impulsif

Orang yang impulsif cenderung bertindak berdasarkan dorongan sesaat tanpa banyak mempertimbangkan konsekuensinya.

Misalnya, ketika mereka ingin bersantai menonton televisi, barang-barang seperti pakaian atau buku sering kali diletakkan sembarangan tanpa pikir panjang.

Membersihkan membutuhkan perencanaan dan pengendalian diri, dua hal yang sering kali kurang dimiliki oleh individu yang impulsif.

Akibatnya, mereka cenderung menunda merapikan barang hingga benar-benar terpaksa melakukannya.

5. Kurangnya Rutinitas yang Teratur

Individu yang hidup dalam kekacauan sering kali tidak memiliki rutinitas atau sistem untuk menjaga lingkungan tetap rapi.

Mereka cenderung merapikan ruangan hanya saat benar-benar diperlukan, bukan sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari.

Rutinitas seperti mencuci piring setelah makan atau menyisihkan waktu untuk membersihkan rumah dapat mencegah kekacauan menumpuk.

Namun, tanpa struktur yang jelas, tugas-tugas kecil dengan cepat berubah menjadi pekerjaan besar yang sulit diatasi.

6. Kesulitan Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif dalam psikologi mengacu pada kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasi, dan menyelesaikan tugas secara efektif.

Ketika seseorang mengalami kesulitan dalam fungsi ini, menjaga kebersihan rumah bisa menjadi tantangan besar.

Bagi individu dengan kesulitan fungsi eksekutif, tugas sederhana seperti memutuskan di mana harus mulai membersihkan dapat terasa membebani. A

kibatnya, mereka sering kali merasa kewalahan dan memilih untuk mengabaikan kekacauan.

7. Kewalahan dan Penghindaran

Bagi banyak orang, kekacauan bukanlah hasil dari kelalaian semata, melainkan respons terhadap rasa kewalahan.

Ketika hidup terasa penuh tekanan, tugas seperti membersihkan rumah sering kali menjadi prioritas terakhir.

Namun, ironi dari situasi ini adalah bahwa lingkungan yang berantakan justru dapat meningkatkan tingkat stres.

Semakin berantakan lingkungan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka merasa lelah secara mental.

Ini menciptakan lingkaran setan di mana kekacauan terus bertambah karena penghindaran yang dilakukan.

***

 

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #menurut #psikologi #inilah #alasan #balik #perilaku #hidup #yang #berantakan #kreativitas #atau #kebiasaan

KOMENTAR