Kenali 3 Faktor yang Mempengaruhi Orang Memiliki Pikiran Terbuka Beserta Ciri-cirinya
– Dalam kehidupan sehari-hari, punya pikiran terbuka sering dianggap sebagai sikap toleran atau tanpa prasangka.
Secara psikologis, ini merujuk pada sejauh mana seseorang ingin mempertimbangkan perspektif baru atau mencoba pengalaman yang berbeda.
Berpikiran terbuka berarti menerima berbagai ide, argumen, dan informasi yang dianggap sebagai kualitas positif.
Sikap ini penting dalam berpikir kritis dan rasional, serta mencakup keinginan untuk bertanya dan mencari informasi yang dapat menantang keyakinan kita.
Berpikiran terbuka juga melibatkan penghargaan terhadap kebebasan orang lain dalam mengekspresikan pandangan mereka, walau kita tidak selalu sepakat.
Mengutip verywellmind.com, berikut beberapa ciri dan faktor yang mempengaruhi orang memiliki pikiran terbuka.
Ciri-ciri orang yang berpikiran terbuka biasanya meliputi sebagai berikut:
- Rasa ingin tahu dalam mendengar pandangan orang lain.
- Kemampuan menantang ide mereka sendiri.
- Tidak marah saat terbukti salah.
- Memiliki empati terhadap orang lain.
- Memperhatikan perspektif orang lain.
- Rendah hati mengenai pengetahuan dan keahlian mereka.
- Terbuka untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
- Menghargai hak orang lain dalam berbagi keyakinan dan pemikiran mereka.
Sementara factor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
- Kepribadian
Dalam model lima faktor kepribadian manusia yang dikenal juga dengan istilah Big Five, keterbukaan terhadap pengalaman menjadi salah satu dari lima dimensi utama yang membentuk struktur kepribadian seseorang.
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana seseorang terbuka guna menjelajahi pengalaman baru, ide-ide yang tidak biasa, serta perubahan dalam hidupnya.
Keterbukaan terhadap pengalaman sering dihubungkan dengan sikap ingin tahu dan rasa penasaran yang tinggi terhadap dunia sekitar.
Orang dengan tingkat keterbukaan yang tinggi cenderung lebih suka terlibat dalam berbagai aktivitas yang merangsang intelektual, seperti membaca, berpikir kritis, atau berdiskusi tentang topik-topik yang kompleks.
Ciri kepribadian ini mirip dengan keterbukaan pikiran, keduanya mencakup kesediaan untuk menerima ide dan perspektif baru yang berbeda dari pandangan pribadi.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman cenderung juga terbuka dalam melakukan refleksi diri, mengevaluasi pola pikir, keyakinan, dan kebiasaan mereka.
Sebagai hasilnya, orang dengan tingkat keterbukaan terhadap pengalaman yang tinggi umumnya lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan lebih cenderung untuk memperluas wawasan serta memperkaya pemahaman mereka tentang dunia.
- Keahlian
Penelitian menjelaskan bahwa ada harapan umum bahwa para ahli dalam suatu bidang akan bersikap lebih dogmatis atau tegas, dalam menyampaikan pandangan mereka mengenai topik yang mereka kuasai.
Ini mencerminkan anggapan bahwa seseorang yang ahli dalam bidang tertentu seharusnya memiliki keyakinan yang kuat dan tidak mudah berubah.
Di sisi lain, ketika seseorang merasa mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan orang lain dalam suatu bidang, maka mereka cenderung menjadi lebih tertutup dan kurang bersedia guna mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa persepsi seseorang terhadap kemampuan atau pengetahuan mereka bisa dipengaruhi oleh umpan balik yang diterima.
Misalnya, bila seseorang menerima umpan balik positif palsu atau sebaliknya, umpan balik negatif palsu terkait dengan kinerja mereka dalam suatu tugas, hal ini dapat memengaruhi seberapa terbuka pikiran mereka terhadap ide-ide alternatif, khususnya dalam hal opini politik.
Dengan kata lain, jenis umpan balik yang diterima seseorang bisa berdampak besar pada kemampuan mereka dalam mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
Ini mengarah pada kecenderungan untuk menutup diri terhadap pandangan yang tidak sejalan dengan keyakinan mereka.
- Kenyamanan dengan ambiguitas
Setiap orang punya tingkat kenyamanan yang berbeda ketika menghadapi ketidakpastian. Terlalu banyak ketidakjelasan bisa membuat seseorang merasa tidak nyaman bahkan tertekan.
Dogmatisme biasanya muncul sebagai upaya dalam menyederhanakan dan mempermudah pemahaman.
Dengan menolak ide-ide alternatif yang berpotensi menantang pandangan yang telah ada, seseorang bisa mengurangi rasa ketidakpastian dan risiko yang dirasakannya.
Atau setidaknya mengurangi persepsi mereka tentang adanya risiko tersebut. Hal ini memberikan rasa kontrol dan kepastian dalam cara mereka memahami dunia.
Penelitian lama mendukung pandangan ini, menunjukkan bahwa orang yang cenderung tertutup lebih sulit mentolerir ketidakkonsistenan dalam pemikiran mereka.
Akan tetapi, penelitian yang lebih baru menantang pandangan tersebut, dengan menunjukkan bahwa kebutuhan akan struktur tidak selalu berarti seseorang memiliki pola pikir tertutup.
Tag: #kenali #faktor #yang #mempengaruhi #orang #memiliki #pikiran #terbuka #beserta #ciri #cirinya